Posted by : bakhruthohir.blogspot.co.id Kamis, 23 Mei 2019

[Sumber: merdeka.com]
Kalau hari ini, refleksi yang bisa dilakukan ya soal rusuh-rusuh di jakarta itu. La piye? Sekarang siapa yang tidak terdampak dari huru-hara itu. Banyak orang keluar memberikan komentar dan mengidentifikasi diri untuk masuk ke peran mendukung atau menolak. nampak menjadi emas ketika masih menemukan orang yang menahan diri atas aksi anarkis dini hari malam nuzulul quran itu. Entah dia itu siapa, kok ya berlindungnya di masjid.

Mbok kalau malam nuzulul quran di masjid kui ngaji karo mujahadah, ogak malah teriak-teriak dan main bom. Gitu pas ada anak main pecut-pecutan sarung saat teraweh dimarahin, la dapurane dewe ceto-ceto gak tadarus.  

Rasane wes emang kita gak bisa bener-bener percaya pada simbol identitas.

Gimana kalau kita bersepakat saja, ndak ada itu pakaian islami, musik islami, sampai makanan islami. Kalau udah kek gini, narasi mlintir makin mudah saja. Bermodal sorban lalu melakukan aksi anarkis, kok jek uwenake bilang rezim represi islam karena aksinya ditolak. La islam seperti saya yang masih mementingkan buka gratis dari pada demo-demo yang jelas bikin puasa syariat tidak kuat ini dianggap apa?

Lek sek diterus-teruskan lebel islami itu disandarkan pada sesuatu yang kulit, besok-besok kita juga akan liat orang yang buka puasa pakai kurma lebih islami dari yang pakai nasi padang. Yang denger mahir zain lebih islami dari yang denger coldplay. Yang mukulin orang pakek didahului takbir lebih islami dari tinju yang fairplay, gitu? Terus pas semua percaya ada sesuatu yang lebih islami dari yang lain, baru lah akal-akalan lebih suci dimainkan. Terus pas argumennya kalah main aksi playing victim lah anda. Gocik tenan.

Disaat seperti ini, hadirnya elit berpengaruh untuk tampil dengan sikap kesatria sangat diharapkan.

Kesatria tidak sekedar berani untuk gontok-gontokan, menang-menangan, berbicara keras. kesatria tidak selalu diterjemahkan menjadi orang yang tidak punya takut seperti superhero. Keberanian yang lebih diutamakan adalah soal keberanian mengelola hati dan memenagkannya dari kungkungan ego, nafsu, sahwat kekuasaan dan amarah.

Kok ya dilalah, elit yang harusnya berperan dalam meredam segala kericuhan ini malah jadi oknum minyak gas ketika ada kayu-kayu terbakar. Malah nuding-nuding ini antek ini antek, antek endoke.  

Yo ancen sih, egois itu enak. Enak betul jadi anak kecil. Enak betul jadi tidak bijaksana. ENAK BANGET DINGERTIIN.

Yang ra enak itu ya pas mau berbagi, pas sadar bahwa kita iki bareng-bareng, dan gak iso semua orang menuruti egonya kita.

Nuruti ego itu gak ada ujungnya, menahan sahwat dan amarah, itu yang lebih diutamakan. Pakai nurani dalam tindakan. Kalau salah ya minta maaf, kalau kalah ya ngaku kalah, kalau menang ya bersyukur, kalau pinter yang ojok keminter. Kabeh enek cocokane, ogak terus lek kalah gak trimo tapi lek  menang diterimo.  

Kalau salah minta maaf itu bukan konsep yang diperuntukan hanya untuk anak-anak pas hari raya, bukan diperuntukan untuk latihan membentuk karakter pada anak-anak, bukan juga diperuntukan untuk masyarakat akar rumut yang sudah bertikai horizontal karena elit awale cakar-cakaran. Yang lebih penting minta maaf i mereka yang punya kuasa, mereka yang elit, mereka yang egonya lebih besar.

Kayak misal di rumah, yang harusnya minta maaf ki ya orang tua, lawong mereka yang punya kehendak dan egonya lebih besar, bukan malah anak-anak.

Mengajari anak minta maaf kalau ada salah itu hal yang berbeda. Kita sedang membicarakan egonya siapa yang lebih berpengaruh dan menguasai ego yang lain.

Jadi di momen seperti ini, adanya kestaria hadir dengan penuh kekuatan yang bisa mengontrol amarah dan sahwat sangat diharapkan. Pemimpin yang berpikir untuk indonesia ke depan lebih baik untuk semua kalangan.

Jadi gimana, masih ingin merasakan ramadan lagi atau kita wes bener-bener pengen meninggalkan ramadan demi menuruti nafsu dan amarah?

Yo semoga ae si, pas gontok-gontokan dan nuruti sahwat gak bertepatan pas lailatul qodar, lek pas, lak modar iku. Dosa amarah 1000 bulan.

Semoga keselamatan tetap pada teman-teman semua :)

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

Tengok Sahabat

Diberdayakan oleh Blogger.

Top Stories

About

- Copyright © Tigabelas! -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -