Archive for Agustus 2016

Saat yang meneduhkan bertandang ke Malang

Sumber: http://jowonews.com/

Lamongan, Dua puluh Sembilan Agustus 2016

Saat Iwan Fals menanyakan dan mencari kiai yang asyik, jatuhlah pilihannya pada sosok karismatik asal Rembang, kiai yang tak hanya jago dakwah tetapi juga pelukis, penyair dan kolomnis ulung, KH Mustafa Bisri atau sering disapa Gus Mus. Kerja sama pertamanya dengan Gus Mus adalah saat membuat puisinya menjadi sebuah lagu yang diberinya judul Aku menyayangimu. Puisi yang sarat makna kemanusiaan.

Selain karena banyak keahlian beliau dalam bidang seni, penulis menaruh hormat pada Gus Mus karena setiap ceramahnya yang sangat meneduhkan. Saat kita banyak dijejali doktrin agama yang menjenuhkan, Gus Mus hadir bak mata air di tengah padang gurun yang panas dengan ceramahnya yang tak membuat orang gusar apalagi geram.

Tepat seminggu yang lalu saat beliau bertandang ke Malang untuk mengisi ceramah di acara Halalbihalal pondok pesantren Sabilurrasad serta pengajian umum di Universitas Negeri Malang, penulis tak melewatkan kesempatan langka ini untuk dapat berjumpa langsung dengan sosok yang meneduhkan ini.

Dan tetap saja, dalam setiap ceramahnya semua jamaah akan dibuat ketawa terbahak-bahak oleh joke-joke natural yang keluar dalam setiap kata mutiara yang beliau ucapkan.

Singkat saja penulis akan menyampaikan hasil Ngalap Barokah ngaji bersama Gus Mus minggu lalu.

Dalam ceramahnya di pondok pesantren Sabilurrasad, beliau menjelaskan mendetail mengenai pentingnya kita meminta maaf. Beliau mengawali dengan sulitnya hidup bergaul dengan manusia, bahkan beliau menyebutkan bahwa bergaul dengan Allah jauh lebih mudah dibandingkan bergaul dengan manusia, karena Allah memiliki lembaga pengampunan yang sangat amat luas. Saat kita berbuat dosa, kita menyesal saja Allah telah memaafkan, berbeda sekali dengan manusia yang sering kali tak mau meminta maaf dan memberikan maaf.


Sumber: Dokumen penulis

Fenomena sulitnya memaafkan pada diri manusia membuat ulama’ tradisional membuat sebuah acara yang dapat menghindarkan manusia dari dosa sulit memaafkan, sehingga lahirlah acara Halalbihalal. Beliau juga menegaskan bahwa acara Halalbihalal adalah acara khas Nusantara dan tak di temukan di negara lain, bahkan dalam kamus Arab tak ditemukan entri makna Halalbihalal, malahan yang menjelaskan Halalbihalal adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia. Sehingga dari sana Gus Mus memprediksi dan berkeyakinan bahwa tradisi Halalbihalal diawali dan dibuat oleh ulama penyebar Islam di Nusantara seperti walisongo.

Kenapa acara Halalbihalal dilaksanakan setelah puasa Ramadhan, beliau memberikan alasan karena pada saat hari raya Idul Fitri setiap orang memiliki dada yang lapang, sehingga dengan mudah akan memberikan maaf. “ini adalah trik dari walisongo agar manusia mudah memaafkan, segala dosa dimintakan maaf saat dada manusia sedang lapang-lapangnya” ujar Gus Mus.

---

Berbeda dengan ceramahnya di pondok pesantren Sabilurrasad yang bertema Halalbihalal, saat ceramah di Universitas Negeri Malang yang bertajuk ceramah umum beliau menjelaskan banyak hal, dari masalah Tuhan, Islam sampai Dakwah.


Sumber: Dokumen penulis

Beliau dengan gaya khasnya yang santai dan santun dalam menyindir sebagian golongan yang melakukan ceramah agama dokmatis membuat seluruh jamaah terkekeh. Beliau bertanya pada semua hadirin “memang ada jaminan kalau kau marah Allah mesti marah?”, dengan kompak hadirin menjawab “tidak”, lalu beliau meneruskan penjelasan dan mengatakan “kalo begitu buat apa kok mengkafir-kafirkan orang. Nabi kita itu Nabi yang sangat baik, tidak pernah menyikat siapa pun yang tak mau ikut dengannya. Kalau semua disikat, yang Islam hanya Nabi Muhammad. Beliau itu semangat dakwahnya tinggi sekali. Kalau tak dirinya yang dapat diajak mungkin anaknya, mungkin bapaknya, mungkin istrinya. Bahkan saking sabarnya Nabi Muhammad, malah malaikatlah yang gemas ingin menyikat orang-orang kafir ini. kalau kita mengaku umatnya Nabi Muhammad tirulah akhlaknya, tidak hanya pakaiannya. Kalau pakaian saja yang ditiru tetapi suka marah dan menyikat siapa pun yang berbeda aliran, Anda ini ikut Nabi Muhammad apa Abu Lahab?” dan semua jamaah terkekeh.

Selanjutnya beliau menjelaskan tentang Islam, kembali beliau menyindir pada mereka yang sangat mengagungkan agama sampai melupakan tujuan. Beliau memberikan analogi agama sebagai jalan atau tujuan. Beliau bercerita saat pertemuan dengan para ulama’, saat itu beliau menanyakan pada para ulama’  tentang 3 hal, yakni partai, organisasi keagamaan dan agama, dari ketiga ini mana yang jalan mana yang tujuan.

Saat bertanya soal partai seluruh ulama’ kompak menjawab dengan lantang bahwa partai adalah jalan. Saat bertanya soal organisasi keagamaan para ulama mulai ragu dengan jawaban, sebenarnya organisasi keagamaan semacam Nahdhotul Ulama’ atau Muhammadiyah itu jalan atau tujuan. Dan untuk pertanyaan yang terakhir soal agama, seluruh ulama’ bungkam, ulama sulit menentukan sebenarnya Islam itu jalan atau tujuan. Saat forum itu hening dan tak ada yang dapat menjawab, muncul satu pertanyaan dari hadirin “kalo menurut Gus Mus sendiri agama itu jalan atau tujuan?” dan Gus Mus dengan enteng menjawab “ya jelas jalan, kan tujuan kita Allah”.

Sementara saat menjelaskan soal dakwah beliau mengingatkan pada semua hadirin tentang kerancuan kita selama ini dalam memaknai dakwah, amar ma’ruf dan nahi mungkar. Beliau menjelaskan bahwa dakwah adalah mengajak, amar adalah perintah dan nahi adalah larangan. Dalam berdakwah jangan memaksa, namanya juga ngajak, urusan dia mau ikut atau tidak itu persoalannya dengan Tuhan yang mengatur hatinya. Dan untuk mereka yang telah mau diajak tak perlu diberikan dakwah, langsung saja perintah amar ma’ruf dan larangan nahi mungkar.

Dan kedua ceramah itu beliau sampaikan dalam kurun waktu sama-sama satu jam. Acara diakhiri dengan doa yang di pimpin beliau langsung.

Semoga uraian singkat ini dapat sama-sama kita ambil barokah manfaatnya dan untuk yang terkhusus Gus Mus dan keluarga semoga selalu di lindungi Tuhan yang maha asyik.

Wallahu A’lam.
Senin, 29 Agustus 2016
Posted by bakhruthohir.blogspot.co.id
Tag :

Saat Kaum Inlander Merayakan Kemerdekaan

Sumber: http://www.compusiciannews.com

Perjalanan Yogyakarta-Semarang, 17 Agustus 2016

Merdeka!!!
Itulah kata yg saat ini akan sangat viral. Namun apakah kita benar-benar sudah merdeka? 
Sebagian teman-teman yg mengatasnamakan aktifis banyak mempertanyakan hal itu. 

Kata merdeka selalu di identik kan dengan frasa dijajah. Karena merdeka adalah pemisah fase hidup terkungkung kekuatan asing dengan berdikari sendiri. 
Namun apakah penjajahan bisa berakhir?
Kata jajah yang berarti menguasai dan memerintah suatu negara nampaknya akan sangat sulit di eliminasi dari setiap denyut kehidupan kita. Karena kita hidup untuk di kuasai atau menguasai.
Harus realistis era industri seperti ini kalau tak jadi babu ya bos, kalau tak mau jadi babu ya buat usaha sendiri dan nanti akan bermunculan babu-babu lagi.
Dua ribu enam belas kita mendapati era pasar bebas Asean. Yang mana kita dapat dengan mudah keluar masuk dan menjual barang dagangan kita se-Asean. Artinya kita mengundang orang-orang asing untuk masuk ke negeri kita dan kita juga bisa dengan leluasa masuk ke negeri orang. 

Kalau yang di maksud merdeka adalah mengusir penjajah dengan metode kekerasan seperti dulu era 45, apakah mungkin kita bisa benar-benar tak terjajah lagi, padahal sistim pasar bebas memungkinkan kita untuk keluar masuk ke negara orang. Pilihannya hanyalah kita mau di jajah atau kita yang menjajah Asean. 

Pikiran kaum inlander yang di tanamkan Belanda nampaknya cukup masif mengkonstruk pikiran manusia Indonesia untuk selalu merasa di jajah dan di bawah. Padahal kita juga punya peluang yang sama besar untuk menjajah. 

Saat ini kalau kita hanya bertanya "apakah kita sudah merdeka?" Padahal sudah baca seluruh buku-buku perjuangan kemerdekaan 45, harusnya kita malu!. Terutama malu pada buku, kapan ilmu yg ada di buku perjuangan itu terinternalisasi di dalam diri kalau kita hanya bertanya. 
Soekarno dan kawan-kawannya saat ini di katakan pahlawan karena mereka dulu memperjuangan kemerdekaan, yang mereka lawan adalah penjajah yang ada wujudnya. Harusnya saat ilmu dari Soekarno dan kawan-kawannya itu sudah terinternalisasi kita akan sadar musuh kita saat ini bukanlah penjajah yang terlihat wujudnya. 

Nah sekarang yang perlu kita lakukan adalah terus berjuang, bersama-sama dengan segala lini di negeri ini. Pemimpinnya, rakyatnya, gurunya, pedagangnya, mahasiswanya.. semuanya.. perjuangan kita harus holistik dari atas sampai bawah, dari kanan sampai kiri, dari depan sampai belakang. Tepat seperti dulu!. 
Kalau dulu hanya Soekarno yang melawan dan rakyatnya hanya merengek dan melulu bertanya "kapan kita akan merdeka?" . Nampaknya kita juga akan ikut berjuang merebut kemerdekaan sampai saat ini. 

Yang akan menyerang kita saat ini banyak sekali, yang akan menjajah dan mengancam Indonesia banyak sekali. Budaya, pendidikan, politik, hukum, sosial dan seterusnya. Pilihannya adalah kita masih ingin di jajah dan bertanya, atau kita yang akan menjajah dunia? 
Mari berkarya dan menyedikitkan protes.
Rabu, 17 Agustus 2016
Posted by bakhruthohir.blogspot.co.id
Tag :

Bertemu Mereka yang Tak Biasa


Yogyakarta, 14 Agustus 2016

Selamat malam Indonesia, akhirnya kembali bisa berjumpa lagi setelah dua bulan terakhir absen saling sapa. 
Bahagia rasanya karena blog asal-asalan ini bisa bertahan sudah tepat satu tahun, semoga selanjutnya kita tetap bisa saling bersilaturahmi dan bertukar ide lewat media sederhana ini. 

Minggu-minggu ini penulis seperti mendapatkan kejutan bertubi-tubi yang nampaknya akan mubadzir kalau tak di bagikan dengan seluruh pembaca yang Budiman. 
Sebuah pengalaman yang luar biasa, bertemu dengan orang-orang luar biasa dan dengan semangat yang luar biasa. 

Penulis masih teringat bahwa apapun yang kita dapatkan sebagian adalah hak teman-teman kita untuk tahu dan bersama-sama belajar, dan dengan tulisan singkat ini penulis ingin membagikan apa yang telah penulis alami. 

---

Pertama adalah pertemuan di Minggu kemarin. Bertemu dengan sosok orang nyentrik, dandanan semacam anak gunung dengan gelang yang bertumpuk mengikat di tangan kanannya. Namun sebelum mendengarnya berbicara ada satu hal yang sangat menarik untuk di amati, yakni cara dia merokok. Menurut penulis, hal ini berbeda meskipun penulis yakin orang seperti ini tak hanya ada satu, tetapi perokok di sekitar penulis tak ada yang melakukan hal ini, selain dia membawa rokok dia juga membawa tempat latu/utis/buangan sisa rokok sendiri. Menurut penulis ini penting, karena dia merokok tidak untuk mengotori lingkungan. Dia bertanggung jawab atas sampah bekas rokoknya. Ya dialah mas icrul. Atau lebih akrab di Facebook sebagai icrul doank. 

Pendiri gubuk baca lentera negeri yang beroperasi di gang tato kecamatan Jabung kabupaten Malang. 
Dia adalah tokok pendidikan yang bergerak dari bawah. Mengerakkan sumberdaya yang ada dan melakukan apapun yang bisa di lakukan. Mengajari anak kecil membaca, menggambar dan berkreasi membuat kerajinan. Beliau mengatakan yang terpenting dari sebuah gubuk baca bukanlah banyaknya buku saja, tetapi penting untuk mengadakan kegiatan-kegiatan agar anak-anak tak bosan.
Banyak saat ini orang tua yang kuwalahan menanggulangi derasnya arus modernitas dengan masuknya teknologi dan membiarkan anak-anak untuk bermain gadget dan melupakan sekitarnya. Tentu keseringan bahkan sampai ketergantungan teknologi semacam itu tak baik dalam jangka panjang. Menurut kang icrul untuk menangkal arus semacam itu cukup mudah yakni hanya dengan kita membuat sebuah permainan yang lebih seru di mainkan di bandingkan permainan-permainan yang ada di gadget. Adannya orang tua untuk ikut bermain dan menuangkan kasih sayang secara langsung pada anak-anak itu sangat penting.

Kutipan dari mas icrul yang sangat terngiang di fikiran dan sangat mengilhami penulis agar terus berjuang adalah "kalau pendidikan di negeri ini kita ibaratkan mobil mogok, mobil itu tak akan bergerak kalau kita hanya berbicara, berteriak dan memegang TOA" 
Semoga mas icrul dan kawan-kawannya selalu di berikan kesehatan.
Sangat inspiratif.

---


Yang kedua adalah mas Aguk Irawan. Sastrawan karismatik dengan ratusan karya dan perjuangannya yang luar biasa. 
Sebelum bertemu dengan beliau, satu hal yang menarik adalah ternyata mas Aguk berasal dari kabupaten yang sama dengan penulis, Lamongan. Yang selama ini penulis anggap kabupaten ini minim kegiatan sastrawi, mulai saat ini persepsi penulis salah. 
Beliau adalah penulis novel best seller penakluk badai dan haji backpaker. 

Datang dari Kairo ke jogja dan masih melunta-lunta tinggal di rumah tak jelas dan sering berpindah karena tak punya tempat menetap. Tapi karena kerasnya perjuangan itu membuatnya kokoh menerjang badai kehidupan. Tak kurang ratusan karya sastra yang sudah beliau cipratan, dari novel, cerpen, puisi dan masih banyak lagi. 

Yang sangat menarik dari mas Aguk adalah saat ini beliau memiliki pondok pesantren bernama Baitul kilmah yang terletak di daerah Bantul DIY. Di pesantren ini kalau penulis bilang adalah sebuah pesantren sastra dan mengajari santri-santrinya hidup produktif. Ada kegiatan kajian sastra yang selalu di lakukan di joglo milik mas Aguk sendiri. Dari membuat puisi cerpen bahkan novel, di kritisi di evaluasi dan di perbaiki bersama. Sangat luar biasa. 
Banyak buku di pondok tersebut, sangat banyak dan jauh lebih banyak dari yang pernah penulis lihat untuk kelas perpus rumah. 
Seluruh biaya di pondok pesantren mutlak nihil. Semuanya gratis di biayai mas Aguk sendiri.
Beliau hanya menginginkan santrinya produktif. 
Semoga beliau di beri kesehatan dan santri-santrinya juga tak kalah produktif dengan mas Aguk. 

Wallahu a'lam
Senin, 15 Agustus 2016
Posted by bakhruthohir.blogspot.co.id
Tag :

Popular Post

Tengok Sahabat

Diberdayakan oleh Blogger.

Top Stories

About

- Copyright © Tigabelas! -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -