Archive for Juli 2020

PREDIKSI AKHIR PANDEMI CORONA

[Sumber: AyoPurwakarta.com]

#CatatanCorona

Akhir maret, nyaris semua jalan masuk desa di sekitar tempat tinggalku memasang bilik disinfektan. Terlepas tepat atau tidak tepat penggunaannya, yang mana lebih baik disinfektan disemprotkan ke benda-benda yang sering disentuh, alih-alih dibuang di jalan, tapi pemasangan itu mengindikasikan kewaspadaan warga pada penyebaran virus corona.


Tiba-tiba juga banyak tong air yang terpasang di depan rumah, lengkap dengan sabun di sampingnya. Masjid juga akhirnya meng-insall beberapa kran air yang ada di sepanjang jalan keluar masjid. Pelaksanaan salat idul id juga dilakukan dengan protokol yang diatur pemerintah desa. Dan yang paling terasa adalah setiap pemudik diwajibkan lapor ke balai desa, kemudian para pemudik dilarang berkegiatan di luar rumah selama 2 minggu, sebagai bentuk antisipasi kalau-kalau membawa virus yang tidak kita inginkan ini.


Saat awal masa pandemi, saat aku masih ada di Jogja, aku sempat berkelakar pada seorang kawan "pandemi di Indonesia ini tidak akan selesai karena selesai, tapi karena dianggap selesai". Aku mengatakan begitu bukan tanpa alasan, tetapi karena memang pola yang seperti itu sudah berkali-kali aku alami. 


Ketika dulu ramai flu burung, semua heboh, semua siap menghalau penyebaran virus flu burung mulai dari memasak unggas sampai benar-benar matang, menghindari berinteraksi dengan unggas sampai membakarnya. Lalu tanpa kita tahu akhirnya, kita semua sudah merasa aman dari flu burung. 


Selain virus, beberapa tren juga memiliki pola senada, seperti tren batu akik. Tiba-tiba meledak, semua orang jadi kolektor dan kemudian pelan-pelan melandai lalu dilupakan.


Meskipun aku tak suka, tetapi pada kenyataannya virus corona juga diperlakukan dengan cara dan pola yang sama.


Saat ini nyaris semua bilik disinfektan yang dipasang di setiap pintu masuk desa sudah tidak beroperasi, malahan ada beberapa desa yang sudah mencopotnya. Tong-tong air di depan rumah juga tidak terisi air, tetapi beralih fungsi jadi sarang laba-laba. Para pemudik baru juga seenaknya berkeliaran, dan yang paling pol, sudah ada beberapa warga yang menggelar hajatan, misal nikahan dengan mengadakan rame-rame.


Ini sungguh cobaan yang berat dalam penanggulangan virus corona. Ketika jumlah kasus positif masih saja bertambah setiap hari, tetapi yang terlihat di akar rumput adalah anggapan bahwa corona sudah bubar. 


O ya, aku baru ingat. Ada satu kejadian lagi menurut saya ini W-O-W banget. Sebagai desa yang mayoritas diisi masyarakat nahdliyin, yang pengamalan syariatnya kenceng sekali, ada warga yang dengan kesadaran penuh berkomentar pada muadzin mushola begini "Kamu ngapain masih pujian Li Khomsatun? Corona sudah tidak ada sek Li Khomsatun ae!".


Sampai sini saya ingin mengatakan bahwa kewaspadaan masyarakat pada corona memang sudah bisa dikatakan luntur.


Sudah tidak berlaku lagi analisa-analisa tentang kapan corona akan selesai di Indonesia, nyatanya semua prediksi yang keluar dari para ahli ternyata meleset. Yang katanya Mei akan jadi puncak dan juni juli perkembangan corona akan melandai, nyatanya itu semua jadi isapan jempol.


Bukan ahli statistik yang tidak tepat memprediksi, tetapi yang lebih krusial adalah ahli statistik itu memprediksi sesuatu yang salah. 


Hitung-hitungan mereka akan berfungsi pada realita eksak, semisal pertumbuhan bakteri pada cawan. Sementara yang kita hadapi  bukan realita eksak, melainkan realita sosial. 


Memang virus adalah kajian eksak, tetapi cepat lambatnya sebaran virus dari satu inang (baca: orang) ke inang yang lain adalah realita sosial.


Bisa kita cek pada negara-negara yang kehidupan sosial masyarakat dan pemerintahannya berjalan dengan disiplin dan punya komitmen kuat menanggulangi corona, rata-rata corona bisa dikendalikan dalam kurun waktu 3 bulan, bahkan bisa kurang. Dan lihat juga pada negara yang tidak memiliki disiplin dan komitmen kuat dalam menangani corona, sampai 4 bulan lebih ini angka positif masih saja tumbuh.


Sehingga tidak ada prediksi yang bisa menghitung kapan pandemi ini akan selesai. Yang perlu ditanyakan terlebih dahulu adalah kapan kita mau serius menyelesaikan pandemi ini.


Eh, tapi udah dianggap gak ada si ya, ngapain juga diurusi.

Siap-siap imun aja, dan antri dapat giliran kenalan dengan corona.


Jumat, 31 Juli 2020
Posted by bakhruthohir.blogspot.co.id
Tag :

Popular Post

Tengok Sahabat

Diberdayakan oleh Blogger.

Top Stories

About

- Copyright © Tigabelas! -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -