Archive for Juni 2016
Kaget di himbau untuk ibadah
Sumber: http://rosellanadia.blogspot.co.id/
Lamongan, Enam Juni 2016
Marhaban ya Ramadhan, semoga yang menjalankannya dapat
memetik hikmah sebanyak-banyaknya dari ritual tahunan umat muslim ini. Semoga
tahun ini kita tak kembali melewatkan begitu saja bulan suci ini, dan nanti
ketika telah sukses melaksanakan ibadah Ramadhan sebulan penuh, kita menjadi
pribadi yang lebih fitri dengan semakin bisa memanusiakan manusia. tidak
melewatkan bulan ini hanya di penuhi rasa lapar dan haus saja.
Beberapa hari yang lalu wali kota Malang mengeluarkan sebuah
edaran untuk menyambut bulan suci ini.
Sumber: Akun resmi Twitter Pemkot Malang
dalam edaran tersebut di jelaskan bahwa wali kota menghimbau
pada jajaran yang di sebutkan dalam surat tersebut untuk mendirikan salat
berjamaah.
---
Sama dengan beragam kebijakan yang di buat oleh pemerintah,
mesti akan menimbulkan pro dan kontra, apa pun bentuk kebijakannya, tak luput
pada kebijakan ini. secara instan penulis melihat netizen terbelah menjadi
dua kelompok besar, yakni yang suka dengan himbauan salat berjamaah ini dan
yang tak suka.
Untuk kelompok yang pertama, mereka dengan lantang menyerukan
dukungan pada surat edaran yang di keluarkan Abah Anton. Mereka bersuka cita
dan berbondong-bondong meneruskan pesan abah Anton di media sosial yang mereka
miliki. Mereka menganggap bahwa surat edaran ini sangat baik dan di perlukan
umat muslim khususnya di kota Malang, agar tepat waktu dalam menjalankan salat
5 waktu.
Tak kalah heboh dengan kelompok yang pertama, kelompok yang
kedua pun responsif menerima kabar ini. bahkan nada-nada cibiran di ikuti
memampangkan copy edaran itu pun banyak berserakan di media sosial. Nada-nada
sumbang seperti “sampek segitunya ya :P ”, “beneran ta edaran seperti itu ada”,
“memang wali kota berhak mengatur peribadatan umat” sampai “Malang ini multi
agama bah, ogak islam tok!”. Mungkin mereka kalap belum membaca bahwa
itu hanyalah himbauan mendirikan salat berjamaah, bukan mewajibkan. Sudah kadung
kaget sebelum dipahami.
Abah Anton menjelaskan bahwa keluarnya edaran ini di lakukan
untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Di harapkan agar instansi-instansi
membudayakan salat berjamaah agar lebih semarak perayaan Ramadhan kali ini.
---
Sekarang pertanyanya, apakah surat edaran itu salah?
Tentu siapa saja yang menghimbau melaksanakan ibadah tidak
salah, lantas kalau itu tidak salah, kenapa masih saja netizen terbelah
menjadi 2 golongan. Apakah ada orang-orang yang tak mau di mintak beribadah.
Tentunya tidak salah dan akan semakin tepat apabila abah Anton
benar-benar memahami perbedaan dakwah dan amar makruf nahi mungkar -bukan
berarti abah Anton tak paham ini, tetapi mungkin saja terbelit sistem-. Namun pada
kesempatan kali ini penulis tidak ingin menyoroti berlebih pada kurangnya
penerapan dakwah atau amar makruf nahi mungkar dalam edaran tersebut. Tetapi penulis
lebih tertarik pada metode yang di lakukan.
Menutur penulis, kenapa hal sesepele ini menjadi ramai di
karena kan kurang tepatnya metode yang di lakukan, ya meskipun hanya
menghimbau. Siapa saja boleh menghimbau untuk beribadah.
Saat ini pemimpin suatu daerah tak lantas menjadi pemimpin
keagamaan umat, karena terlalu bodohnya kita saat ini sehingga saat ini perlu di
bentuk spesialis-spesialis di masing-masing bidang. Saat kualitas intelektual
manusia mumpuni, dia dapat merangkap menjadi pemimpin daerah, pemimpin agama, cendikiawan
sampai pengusaha, contohnya ya saat kualitas manusia masih se kece Al-Ghazali,
Jabir Ibn Hayyan, dan lain-lain. Namun saat ini hal itu sulit bahkan tidak bisa
di lakukan. sehingga saat ini menjadi perlu untuk di bentuk suatu sistem
spesialis, yang mana satu orang hanya boleh paham dan mafhum satu hal saja.
Tak perlu banyak contoh, kita bisa melihat apa yang ada di
sekitar kita. Saat ini ketika kita melihat cendikiawan ngomong soal agama, dia
akan di remehkan. Kiai pun demikian, saat dia mulai ngomong nasionalis juga
akan di cibir. Dan itulah yang terjadi pada abah Anton, saat dia mulai ngomong
soal agama, di sanalah mulai dia di remehkan.
Harus dipahami bahwa mind set masyarakat kita sudah
terkonstruk sangat rapi dalam sistem spesialis, sehingga masyarakat kita
menjadi sangat gemar mencibir dan meremehkan seseorang. Sedikit atau banyak
bicara kalau itu bukan daerah spesialis kita, cibiran dari yang bernada satire
sampai blak-blakan akan di kenai badan.
Jadi untuk kalian yang tidak atau belum spesialis,
sedikit-sedikit saja berbicara, pun kalau berbicara pakai catatan kaki saja
lah, sebelum di serbu masyarakat kita yang sudah tak percaya kalau dia belum
spesialis.
Kembali ke kasus abah Anton, karena masyarakat kadung tidak
percaya pada siapa yang tidak spesialis, abah Anton yang notabennya bukan
pemuka agama kota Malang akan di cibir karena sok-sok ngomong soal agama, jadi
kalau soal himbau-menghimbau soal ibadah biar dilakukan yang spesialis urusan ibadah
saja. Dan juga menurut penulis, soal peribadatan tak cukup kalau hanya dengan
ucapan, tetapi contoh dahulu. Sebaiknya abah Anton langsung saja jamaah, biar
rakyatnya tahu dan mengikuti untuk solat berjamaah, hehe
Dan mereka yang kadung kaget juga tak akan mengulang membaca
dan memahami kalau sebenarnya itu hanya himbauan.
Kok penulis mulai sentimen, jangan-jangan yang terlalu heboh
dengan himbauan ini, baik di kubu pro atau yang kontra keduanya memang jarang
salat.
Kalau sudah sering salat, kok risau di himbau. Kalau tak
pernah salat kok kaget ada himbauan kayak begitu.
Ya, mungkin mereka sedang abu-abu. Hehe
Wallahu A’lam
Semoga di bulan suci ini kita bisa memperbaiki perilaku kita,
dari tutur, budi sampai hati.