Archive for Desember 2015
Harmoni malam tahun baru
Malang, tiga puluh satu Desember 2015
Selamat sore Indonesia, di penghujung tahun ini nampaknya di
luar sana sudah semakin sesak jalan-jalan raya. Suasana mendung selepas hujan
tak mengganggu niat orang-orang untuk menikmati malam pergantian tahun
bersama-sama di pusat keramaian. Namun aksi berbondong-bondong menuju tempat
keramaian ini kok serasa dibarengi dengan gerakan masa untuk mempropagandakan
aksi jangan merayakan malam pergantian tahun.
Pas tadi malam penulis sempat mengganti PM BBM penulis dengan
sebuah pertanyaan “masih adalah yang mau larang-larang merayakan tahun baru?”
dan dari sana ada beberapa orang yang memberikan komentar pada PM tersebut, dan
kok sama-sama memberikan respon “jangan merayakan tahun baru”
Lalu kenapa kalau ada orang yang ingin merayakan?
Argumen yang diberikan orang-orang melarang ini adalah proses
perayaan tahun baru adalah pemurtadan masa secara masal, karena dalam
praktiknya banyak menyerupai agama lain. Seperti meniup trompet adalah praktik
agama Yahudi untuk memanggil jamaahnya, kembang api adalah praktik agama Majusi
dan lonceng adalah praktik agama Nasrani. Lalu kalau kita melakukan praktik
tersebut, serta mertakah kita keluar agama?
Kalau sebelum berangkat ke pusat keramaian ada seorang yang
selesai salat isya dan keluar untuk bertemu teman-temanya untuk menyambung
silaturahim masih salah? Ya “salah” kalau yang menjawab dari kalangan orang
yang melarang merayakan tahun baru.
Sebenarnya satu hal yang cukup membuat risih penulis adalah
“ya cumak ingin mengingatkan sesama muslim”.. hem muslim ya, yakin sekali kalau
sedang ngomong masih muslim,. Jangankan kita datang ke perayaan pergantian
tahun, kita salat tidak ingat Allah saja sudah tergolong syirik kecil, nah
loh,, enteng sekali mulut itu bilang bahwa jasad dan sukmanya masih muslim.
Penulis rasa, momen seperti inilah yang sangat ditunggu oleh
pedagang-pedagang kecil. Besok banyak orang-orang
bisa makan dengan tenang karena malam ini jualan jagung manis mereka laku
keras, dagangan trompet mereka banyak terbeli, dan banyak pedagang makanan dan
minuman yang mengambil laba banyak malam ini. Malam ini pertukaran uang sangat
besar, dan membuat wong cilik bisa bernafas lega karena mengantongi uang
hasil berjualan malam ini.
Apakah aspek ekonomi semacam ini tak pernah di fikirkan
teman-teman yang suka melarang perayaan malam tahun baru?
Kok ketika dibayangkan, semisal tak ada sama sekali orang
yang berjualan trompet, jagung dan makanan kecil sama sekali malam ini, mereka
masih akan mikir, besok anak saya makan apa. Bukankah perayaan ini
berkah untuk mereka?
Lantas semisal ada orang yang malam ini membuat sebuah
cita-cita yang harus terealisasi di tahun 2016 dan mengevaluasi cita-cita di
tahun 2015 itu hal yang buruk? Islam mengajarkan agar kita selalu bergerak
untuk menuju kebaikan, dan mengevaluasi perbuatan yang salah di masa lampau.
Apakah ini berlawanan dengan ajaran Islam?
Apakah masih ingin melarang-larang orang merayakan tahun baru
dan menjual nama muslim?
Ya tidak papa se kalau
ada teman-teman yang tidak mau merayakan malam pergantian tahun, namun alangkah
lebih elok kita saling menghormati, biarkan yang mau merayakan silakan
merayakan, kalau tidak mau merayakan ya silakan gak usah merayakan. Berbedaan
itu wajib hukumnya, namun yang tak boleh adalah saat terpecah belah. Kita harus
tetap saling menghormati dan menghargai.
Ingat juga kita sedang hidup di Indonesia yang sangat beragam
masyarakatnya, kalau tak siap dengan perbedaan ya monggo cari negara lain yang
homogen masyarakatnya.
Pada ulama’ kita telah mengajarkan kita untuk hidup sederhana
dan saling menghormati. Yang ingin merayakan ya rayakan dengan wajar, yang tak
mau merayakan ya silahkan beraktifitas lain yang wajar, gak usah terlalu ngeresulo
hatinya melihat banyak orang merayakan.
Semua ada sisi positif dan negatif, namun jangan sampai lupa
sudah jadi sunnahnya manusia terlahir berbeda, namun kita harus siap menghargai
satu sama lain. Ya seperti sebuah lagu, akan terbentuk sebuah harmoni yang
indah apabila disusun dari banyak instrumen musik. Bayangkan saja apabila musik
itu hanya dibentuk dari satu instrumen musik dan hanya bermain di kunci G saja,
apakah ya enak dan akan tercipta harmoni? Ya seperti itulah indahnya perbedaan.
Yang dapat dinikmati.
Wallahu A’lam
Semoga perayaan malam tahun baru kali ini lancar dan aman.
Sampai jumpa tahun depan. Semoga kita masih diberikan waktu oleh Tuhan untuk
bisa bertemu dan bercerita kembali.
Nikmat yang Terlupakan
Malang, Dua puluh Lima Desember 2015
Selamat siang Indonesia, semoga Jumat ini menjadi benar-benar
barakah. Penulis ucapkan pula selamat natal pada teman-teman yang merayakannya,
semoga di lindungi dan damai sentosa untuk kita semua.
Apabila tidak melakukan dosa, yang
paling berbahaya dari itu adalah merasa benar
Semoga kita diselamatkan dari perkara merasa benar, dan menganggap
bahwa mereka yang tersesat. “masak orang tersesat kita ucapkan selamat?”. Dari pada
begitu lebih baik kita diam, karena tanpa disadari kita merasa benar. Apa jaminan
kita berada di jalan yang benar, dan teman-teman yang mengucapkan selamat natal
dan yang merayakan natal itu tersesat? Apakah gara-gara kita berlabel Islam di
KTP dan barusan selesai salat jumat dapat mengukuhkan kita bahwa kita berada di
jalan yang benar?
TAK ADA JAMINAN
Ada yang mengatakan “kalau tak berucap baik, lebih baik diam”.
Kalau tak mau mengucapkan ya monggo, namun jangan melarang-larang yang
lain mengucapkan. Itu pilihan dan jangan mencederai hati orang lain. Ingat pula,
kita hidup di Indonesia, negara dengan demokrasi yang sedang dibangun, lantas
kalau larang-larang orang mengucap selamat natal, apa bedanya dengan orde baru
yang tak boleh mengkritik pemerintah?
Semoga lisan kita dijaga. Berbicara yang bermanfaat dan
melegakan hati orang lain. Hati-hati pula dengan penggunaan ayat-ayat Tuhan. Ayat-ayat
itu tak dapat berbicara, ayat-ayat itu berbicara sesuai dengan siapa yang
menafsirkan.
Menggunakan ayat “lakum dinukum waliyadin” sebagai dalih
pelarangan mengucapkan selamat natal juga nampaknya kurang bijaksana, kita
melupakan Asbabun nuzul ayat tersebut. Perlu ditengok secara utuh ayat
tersebut, dan Asbabun nuzul ayat tersebut. Menurut tafsir ibnu Katsir, surat
itu turun saat nabi Muhammad di tantang untuk mengubah Tuhan mereka menjadi Tuhan
kaum kafir Qurais dan kaum kafir Qurais akan bertuhan Allah selama setahun, dan
mencari siapa Tuhan yang benar. Lalu turunlah surat itu, yang menegaskan bahwa
bagiku agamaku dan bagimu agamamu dan tak akan bertukar-tukar kepercayaan. Sementara
mengucapkan selamat natal bukanlah sebuah situasi dengan konteks yang sama
dengan Asbabun nuzul ayat tersebut.
Mengucapkan selamat natal dengan menghormati saudara kita
yang berbeda agama, dan bergembira akan hari besar mereka, bukan pada akidahnya.
Ada tetangga kita sedang bergembira, masak kita malah susah karenanya?.
Ingat pula “Indonesia bukanlah negara agama, tapi negara beragama”
dinegara ini muncul banyak sekali agama dan kepercayaan. Kalau kita benar-benar
mengamalkan bhinneka tunggal ika, harusnya kita menghormati satu dan yang lain.
Karena kita hidup di Indonesia dan kebetulan beragama A, B, C dan seterusnya.
Dan ada satu hal yang sangat penting. Kita sering kali melupakan
fitrah kita sebagai manusia. Telah tertulis dalam ayat qauliyah Allah bahwa
kita diciptakan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kita saling mengenal. Sudah
jadi sunnah kita berbeda, dan kita di perintah Tuhan untuk saling mengenal. Sekarang
bagaimana cara kita mengenal kalau tak membuka dialog dengan mereka yang
berbeda?
Akankah dalam al-quran terdapat ayat yang berlawanan? Nampaknya
tidak
Kalau ayat “lakum dinukum waliyadin” memerintahkan kita untuk
tak mengucap selamat pada yang beragama lain karena takut mencederai aqidah
kita, kenapa Allah harus membuat ayat yang meminta kita mengenal orang-orang
dengan latar belakang suku, agama, budaya yang berbeda.
Pesan damai yang dapat diambil dalam perayaan natal kali ini
adalah, kita sering kali melupakan nikmat Tuhan berupa perbedaan. Kita sering
mengucap alhamdulillah apabila mendapatkan harta, namun kita dibuat dengan
suku, bangsa, kepercayaan yang berbeda tidak membuat kita semakin taqwa pada Tuhan
dan berucap Alhamdulillah kita berbeda, malah menjadi bumbu-bumbu pertikaian. Kita
pula harus berbuat baik pada setiap manusia. Nabi Muhammad pernah menyuapi Yahudi
buta, paus Fransiskus pernah merangkul manusia berpenyakit dan mencuci kaki
tahanan muslim, Gandhi membela hak kaum muslim, bunda Theresa pernah merawat
kaum Hindu miskin. Lantas kita siapa? Sampa tak mau berbuat baik hanya sekedar
mengucapkan selamat merayakan hari besar agama lain dan membuat hati mereka
bahagia. Masih kita merasa benar?
Semoga Nikmat perbedaan ini tak hilang dari muka bumi.
Wallahu A’lam
Semoga kita semua di dilindungi Tuhan. Dan masih dalam
koridor. Amin.
Desember Barokah
Malang, dua puluh empat Desember 2015
Selamat pagi Indonesia, selamat pagi malang, selamat pagi
semuanya, dan semoga hari ini menjadi hari yang menyenangkan.
Desember ini begitu istimewa, karena perayaan dua nabi
bertepatan di tanggal yang berjejeran. Pada tanggal 24 ini kita merayakan ulang
tahun nabi Muhammad SAW dan besok tangga 25 kita merayakan ulang tahun nabi Isa
AS.
Lalu apa yang menjadi lebih istimewa dari dua hari ulang
tahun yang berjejeran ini?
Yang lebih istimewa tentu kita menjadi terbelah dan saling
ejek. Yang merayakan ulang tahun nabi Muhammad banyak yang menghina dan menghujat
perayaan ulang tahun nabi Isa. Dan entah bagaimana sebaliknya, karena yang
merayakan ulang tahun nabi Isa minoritas di negeri ini.
Lalu kita terbelah ini karena apa? Apakah agama yang sudah
mengotak-kotakkan manusia..
Nampaknya tidak, tak ada satu pun agama yang mengajarkan pada
jamaahnya untuk saling bermusuhan dengan pemeluk agama lain. Semua agama mengajarkan
kedamaian, semua agama mengajarkan cinta kasih pada sesama. Namun kenapa selama ini konflik-konflik yang
terjadi seakan-akan disebabkan karena kita berbeda agama?
Menurut versi film bulan terbelah di langit Amerika, bukan
agama yang memecah belah kita, namun kepentingan sebagian orang dalam menguasai
dan mendapatkan harta dunia yang berkedok agama yang membuat kita semua
terbelah, seakan-akan karena agama.
Dan nampaknya memang iya. Tak hanya agama.. suku dan bangsa
yang selama ini seakan-akan bertikai karena berbeda, seyogyanya hanya praktik
adu domba sebagian orang yang menginginkan tahta dan dunia yang berkedok dan
mengkambing hitamkan suku dan bangsa.
Lalu masihkan kita harus terbelah mengatas namakan agama?
Harusnya kita berbahagia atas perayaan ulang tahun nabi
Muhammad dan nabi Isa. Karena nabi Muhammad adalah pemimpin orang Islam (bertuhan
Allah) dan nabi Isa juru selamat umat Kristen
(bertuhan Allah). Karena sesungguhnya kita sama-sama saudara hamba Allah.
Namun yang terjadi saat ini cukup memprihatinkan, terutama di
kota Malang dan sekitarnya. Yang beberapa waktu lalu terdengar kabar akan ada razia
melarang orang mengucapkan selamat natal dan menggunakan atribut natal. Entah apa
dasarnya, mereka hanya mengatakan “awas murtad” dan “bagiku agamaku bagimu
agamamu”.
Pertama yang penulis tanyakan, apakah ketika kita datang ke
gereja dan mengucap selamat natal dapat menggugurkan kita menjadi seorang
muslim.?
Mereka berpendapat bahwa jangan mengucapkan selamat natal,
meskipun Cuma kata-kata itu dapat menggugurkan keimanan kita. Sama halnya
dengan orang Kristen tak mau bersyahadat, meskipun syahadat hanya kata-kata.
Penulis di sini cukup terheran-heran kok bisa mereka
berpendapat seperti itu, mereka menyamakan ikrar masuk agama dengan berbuat
baik. Syahadat adalah suatu ikrar dan janji kita untuk masuk ke agama Islam,
sementara mengucapkan selamat natal menurut penulis adalah sebuah perbuatan
baik. Masak kita bisa masuk Kristen hanya karena kita mengucapkan selamat
natal? Yang penulis mengerti, untuk menjadi seorang Kristen tidak sesimpel itu
persyaratanya.
Jadi ayolah jangan terjerumus dengan kata-kata substansial. Mari
bedakan mana ikrar masuk suatu agama dengan berbuat baik. Karena kita berbuat
baik harusnya pada siapa saja, bukan hanya yang seagama. Agama bukan pengotak-kotak
dan yang membedakan kita satu sama lain.
Jangan nodai perayaan kelahiran nabi Muhammad ini dengan
hal-hal konyol seperti melarang-larang orang berbuat baik (mengucapkan selamat
natal). Karena di hari ini kita harus bisa merefleksi perbuatan kita dengan
perbuatan nabi. Kita harus menjadikan nabi Muhammad tauladan kita. Dan dalam
perayaan ulang tahun nabi Muhammad ini, kita bergembira saja akan kelahiran
nabi Muhammad sudah suatu hal yang sangat bagus, dan Allah tahu imbalannya.
Kalau ada yang mengaku umat nabi Muhammad namun dia masih
melarang-larang orang lain berbuat baik, nampaknya ada yang salah dengan
pemahamanya. Nabi Muhammad saja tak pernah melarang dan memaksa orang kafir
masuk Islam, kok kita hanya umat Islam sok-sok an melarang orang lain berbuat
baik.
Wallahu A’lam
Semoga perayaan hari besar di bulan Desember ini menjadi Barokah
untuk kita semua. Mari berdamai, mari berbagi cinta kasih, dan mari bersaudara.
Karena kita saudara se-hamba Allah.
Akankah avatar kembali?
Malang, dua puluh tiga Desember 2015
Selamat siang Indonesia, selamat siang kota malang, selamat
siang teman-teman semua. Senang rasanya bisa kembali berceloteh dan membagi
keresahan pada teman-teman.
Kali ini mari membahas masalah nyelatu lagi, ya
nampaknya orang-orang tak akan puas dengan apa yang diberikan Tuhan, sehingga nyelatu
masih sangat asyik dilakukan. Saat ini malang panas, ya semoga gak
banyak-banyak yang nyelatu malang, kasihan Tuhan, lhoo.. Tuhan kok
dikasihani , hehe
Nyelatu tak akan bisa selesai kalau hidup kita tak ada syukur, dan hanya
memikirkan diri sendiri.
Pas beberapa jam yang lalu, saat penulis masih duduk menunggu
dosen pembimbing ada kabar yang tak mengenakkan, karena salah satu kerabat dari
dosen pembimbing meninggal dunia, dan ini sedikit cuplikan pembicaraan yang
terjadi:
A: eh, ada SMS dari pak budi, sek tak baca ya “Assalamualaikum,
mohon maaf saya harus putar balik ke rumah karena ada kerabat yang meninggal”..
la pak budi gak jadi ke kampus, bagaimana ini?
B: wah iya piye iki, bisa gak pulang-pulang -_-
C: cobak tanyak ke pak budi kapan ke kampus?
A: sek bentar tak SMS-e.
A: iki dibales, senin insaallah.
B: wah, gak jadi hari ini, hem..
(dan mereka bertiga membuat PM dan ganti DP di BBM untuk
mengungkapkan perasaan hati mereka).
Saat itu yang bercakap-cakap adalah adik tingkat penulis, dan
saat itu penulis hanya diam mengamati saja apa yang mereka bicarakan.
Hemm,, cukup menghela nafas dulu. Ini yang dinamakan saudara
muslim?
Saat ada saudara muslim yang meninggal apakah kita di minta
berbicara “wah, terus kapan saya bisa bertemu pak budi” dan bukan mengucapkan “Innalillahi
wainna ilaihi rojiun”.
Saat ada masalah kematian saja kita masih memikirkan diri
kita masing-masing. Tak ada bela sungkawa dan doa yang mengantarkan sodara kita
menuju alam barzah. Seakan-akan pak budi yang bersalah karena tidak jadi ke kampus
karena kembali pulang untuk melayat. Hem, seandainya yang meninggal orang tua
kita, apa kita masih akan meneruskan menunggu dosen dan tidak bergegas pulang?
penulis teringat pada sebuah kisah ulama' di baghdad yang dia sampai beristigfar selama 30 tahun gara-gara berucap Alhamdulillah. pada saat itu terjadi kebakaran di pasar Baghdad, kemudian ada salah satu warga yang menghampiri ulama' itu dirumahnya, kemudian berkatalah dia pada ulama' "pak, pasar sedang terbakar sekarang, tetapi toko bapak tidak terbakar" dan ulama' tadi spontan menjawab "Alhamdulillah". dan karena ucapannya ini dia merasa bersalah karena masih bergembira untuk dirinya sendiri di atas penderitaan orang lain.
semoga kita bisa mengikuti jejak ulama' ini dalam upaya selalu meminta maaf atas kerakusan dan memikirkan diri sendiri.
penulis teringat pada sebuah kisah ulama' di baghdad yang dia sampai beristigfar selama 30 tahun gara-gara berucap Alhamdulillah. pada saat itu terjadi kebakaran di pasar Baghdad, kemudian ada salah satu warga yang menghampiri ulama' itu dirumahnya, kemudian berkatalah dia pada ulama' "pak, pasar sedang terbakar sekarang, tetapi toko bapak tidak terbakar" dan ulama' tadi spontan menjawab "Alhamdulillah". dan karena ucapannya ini dia merasa bersalah karena masih bergembira untuk dirinya sendiri di atas penderitaan orang lain.
semoga kita bisa mengikuti jejak ulama' ini dalam upaya selalu meminta maaf atas kerakusan dan memikirkan diri sendiri.
Memang dosa dan lupa kita terlalu banyak, sampai kita lupa
kalau sedang lupa.
Penulis kemudian bertanya pada diri sendiri., kualitas hidup
kita kok setiap hari malah semakin menurun ya? Semakin bertambah umur kita kok
malah semakin kekanak-kanakan dan memikirkan diri sendiri ya? Kapan kita
berbuat baik ke orang lain?
Melihat dulu itu seakan-akan orang-orang pada baik, orang
yang tak kenal saja bisa numpang tidur di rumah biar tidak tersesat di
hutan (baca teroris visual oleh Aji Prasetyo). Nah sekarang sama tetangga saja gak
sopoan.
Kalau sekarang sudah jarang orang baik, bagaimana dengan 10
20 30 tahun ke depan? Nampaknya sekarang kita butuh avatar, avatar harus
kembali memperbaiki dunia dengan kekuatannya mengendalikan 4 elemen (air, api,
tanah dan udara)
Menurut penulis, avatar adalah sebuah citraan orang baik,
orang yang kompleks dan memahami seluk beluk kehidupan. Avatar yang diibaratkan
seorang yang sakti dan menguasai segala elemen sama halnya dengan orang baik
yang bisa berbaur dengan semua kalangan (elemen).
Avatar nampaknya memang sudah jadi kodrat akan hilang dan
lenyap saat dunia membutuhkan,. Lalu kita
sekarang harus bagaimana?
Menurut penulis, avatar bukan dicari, tetapi harus kita
munculkan dalam diri kita masing-masing. Untuk memperbaiki dunia jangan kita
sandarkan semuanya pada kekuatan avatar, namun kitalah yang harus jadi avatar
di dunia kita masing-masing.
Sedari sekarang mari berbuat baik dan menjadi avatar yang akan
menyelamatkan dunia dari kehancuran dan seranggan dari negara api. Meskipun kita
tak dapat menguasai segala elemen seperti avatar, sepaling tidak kita bisa
menguasai satu elemen dan berjuang di dunia kita masing-masing.
Kalau kita mengaku muslim, ya mari berbuat seperti seorang
muslim, kala ada satu yang sedih dan berduka karena kematian, ya selayaknya
kita mendahulukan mengucap bela sungkawa dan mendoakan, bukan
berbondong-bondong mengeluh dan ditampilkan di status-status sosial media kita.
Wallahu A’lam
Semoga kita bisa lebih baik, mari menjadi avatar di hidup
kita masing-masing.
Guru rival sama murid, kok bisa?
Malang, delapan desember 2015
Selamat sore Indonesia, dan kali ini akan kuceritakan apa
yang penulis lihat tadi pagi. Tema yang ingin diangkat juga sesuai dengan
judul, seputar pendidikan, terutama pendidikan yang berada di lingkungan kita. Dan
nampaknya di Indonesia masih banyak yang melakukan praktik seperti ini.
Dalam esai ini, penulis akan menyampaikan tiga hal kebiasaan
pendidikan kita, tidak hanya yang tadi pagi penulis alami.
Pagi ini berjalan seperti biasa, penulis datang ke jurusan
dengan tujuan mencari acc naskah tugas akhir, namun nampaknya hari ini tak
semulus yang di inginkan dengan segera mendapat acc. Bukan masalah naskah yang
bermasalah namun akan kurang mulus karena dosen konfirmasi akan datang telat. Oke
lah ndak masalah, pagi ini penulis isi dengan ngobrol santai dan bercanda saja
dengan teman-teman yang sudah ada di jurusan. Dan ketika di sesi bercanda itu
mencul beberapa orang adik tingkat datang mendekati kerumunan kami, dan
nampaknya dia membawa tumpukan kertas laporan yang cukup banyak, seraya dia
bilang pada salah satu dari kami “aduuhhh, apa ini, kok bisa adek-adek ini ndak
bisa dibilangi, laporan salah semua, nilainya pada jelek, padahal sudah
dijelasin. Tambah puanas telingaku, masak semalam aku di sms lebih dari 10
orang, bahkan ada 1 orang yang sms lebih dari 10 sms, ya aku bales aja –sms lagi
gak tak koreksi laporanmu-. Duh gak habis fikir sama kelas ini, sulit di ajari”.
Kurang lebih seperti itu yang dikatakan, intinya dia ngeluh
pada praktikan dan menganggap praktikan bodoh dan sulit dikasih tahu, dan
nampaknya sangking gak sukanya sama praktikan, dia sampai mengancam. Oke lah
dia binggung mengurusi praktikan.
Aku dalam hati hanya bisa mbatin “woy, di sini kalian
gurunya, kok bisa malah seakan-akan jadi rival dengan praktikan, praktikan ndak
bisa itu tanggung jawabmu, mereka gak bisa ya tunjukan sampai mereka bisa,
jangan malah di hina dan tak di hiraukan, guru dan murid itu partner, ndak
rival. Saat UAS bukanlah saat puncak perang antara guru dan murid, namun UAS
adalah masa evaluasi kemampuan siswa dalam berkembang dan masa evaluasi
seberapa sukses mengembangkan orang. UAS adalah masa-masa evaluasi, seharunsnya
guru juga malu saat ada anak didiknya memiliki hasil UAS yang buruk, karena
sang guru belum selesai dan tuntas mengembangkan siswanya. Malah bisa dikatakan
dia belum sukses menjadi guru”
Ya itu sedikit curahan hati penulis, kenapa saat ini masih
banyak sekali yang menganggap bahwa guru dan murid tidaklah satu bagian, yang
antara keduanya saling melengkapi. dan yang diuji hanya murid saja. Kalau ada
siswa gagal, kok ndak pernah terdengan ada guru gagal mengajar karena banyak
siswa yang gagal UAS. Kalau ada siswa yang tak naik kelas, harusnya ada hukuman
untuk guru, karena gak bisa menggembangkan siswa yang tak naik kelas tadi.
Selain hal di atas, ada hal lain menyoal pendidikan kita. Selain
masalah seakan-akan jadi rival antara guru dan murid. Di negeri tercinta kita
sering kali ada praktik menjudge yang kurang bijaksana.
Kalau ada yang bertanya, kenapa siswa melakukan tindakan
contek-mencontek.. jangan melulu menyalahkan siswa, karena bisa di bilang siswa
adalah korban sistem. Kenapa ada siswa mencontek, karena di masyarakat kita,
nilai yang tinggi lebih di hargai dari pada proses yang jujur. Orang dengan
nilai A lebih dihargai dari pada orang yang mendapat nilai D, meskipun yang
dapat nilai D melakukanya dengan jujur dan yang mendapat nilai A karena hasil
mencontek.
Nampaknya kita semua harus mulai merubah mindset kita, kalau
kita ingin budaya pendidikan yang lebih baik, mari lebih bijaksana menjugde
siswa. Jangan semata-mata memaksa siswa harus mendapat nilai baik dan hanya
menghargai yang bernilai baik. Tapi lihat prosesnya, lihat mana yang sudah
faham bahwa jujur itu penting, yang sudah sadar bahwa yang paling penting
bukanlah nilai, melainkan seberapa jauh perkembangan siswa dan proses-proses
yang dilalui siswa.
Yang terahir, kebiasaan lucu bangsa kita adalah soal hukuman
pada siswa. Pasti teman-teman semua mengetahui prakteknya.. kalau ada siswa
telat, tidak masuk sekolah, pulang sebelum jam pulang, tidak mengerjakan PR,
apa hukuman yang diberikan? Biasanya yang diberikan adalah berdiri di depan
kelas, berdiri dilapangan dan hormat pada bendera dan maksimal di skors untuk
tidak boleh masuk sekolah. Itu semua buat apa? Hukuman-hukuman itu buat apa? Buat
siswa jera? Buat siswa berubah sikap? ENDAK.. malah bisa-bisa semakin parah. Guru
ki hajar dewantara memberikan solusi untuk hal-hal semacam ini. Beliau mengatakan
“kalau ada yang telat masuk sekolah, jangan berdirikan dia di depan kelas,
tambah saja jam belajarnya” kalau sekolah masuk jam 7.00 sampai jam 12.00, dan ada siswa datang jam 8.00, jangan di suruh
berdiri, tetapi suru dia belajar sampai jam 13.00.
Teman-teman pembaca bisa bayangkan, mana yang akan lebih
masif? Berdiri di depan kelas atau menambah jam belajar.
Kita telah ditampar dengan sangat keras oleh ki hajar
dewantara, beliau yang hidup di tahun 1900-an mampu berfikir melampaui zaman
semacam itu, namun kita yang hidup ditahun 2000-an masih berpikir cetek dengan
memberikan hukuman-hukuman konyol macam itu.
Waalahu A’lam
Semoga kita semua lebih baik, dan semoga pendidikan kita bisa
menemukan jati dirinya dan tak mencerabut akarnya sendiri dari tanah airnya
sendiri. Amin..
Teknologi Idiot
Malang, enam desember 2015
Selamat pagi indonesia, mentari cukup
hangat menemani pagi ini, meskipun ditemani sedikit grimis.. Ya sudah wajar lah, ini bulan desember, semakin aneh kalau bulan ini tak ada hujan, cukup kita berayukur pada rahmat tuhan..
Pernah teman2 semua punya kawan yang suka sekali main game online? Nampaknya kita semua pernah punya teman semacam ini, karena saat ini para pemain game online sudah berada dinana-mana bak jamur di musim penghujan.
Pernah merasa dicueki karena kebiasaan mereka?
Nampaknya pernah. Tapi kita tak ingin membahas perihal cuek mencuek dicueki..
Yang akan kita bahas adalah tentang terdegradasinya budaya berbicara karena kebiasaan bermain gane online d mana-mana.
Esai bodoh ini bermula dari sebuah celetukkan teman pemain salah satu game online, beliau mengatakan "saat ini CoC adalah game online terbesar" ya penulus kurang faham maksut perkataan itu bermuara pada kebanggaan karena menjadi bagian komunitas game online terbesar atau sekedar info saja. Namun penulis spontan menjawab "praktik kapitalis paling masif saat ini".
Kenapa penulis spontan berbicara seperti itu?, ya sebab banyak diantara kita sedang dimonopoli oleh pemilik server game online itu untuk melupakan aktifitas pribadi dan membuang waktu berharga kita untuk memainkan game online. Waktu yang seharusnya bisa kita gunakan untuk berkarya dan mengubah lingkungan kita, malah tak kita hiraukan hanya sekedar meneruskan memainkan game dan bahkan sampai lupa waktu.
Selanjutnya teman penulus berbicara "ya seperti sekarang ini, kita lagi nunggu, bisa kita main dulu, biar gak bosen nunggu".. Oke kalau sedang sendiri, namun posisinya kita sedang duduk bertiga.. Waktu yang seharusnya bisa kita gunakan untuk ngobrol malah hilang begitu saja karena kembali termonopoli waktu ngobrol kita dengan waktu bermain game online.
Penulis tak pernah sekalipun menyalahkan teman-teman yang bermain game online.. Karena penulis tau itu hak kalian, namun seharusnya apapun yang kita kerjakan bisa membuat kita lebih bijaksana.. Silahkan bermain game online, namun kita tetap harus sadar kalau punya kewajiban dalam mengurusi hidup kita dan lingkungan kita.. Waktu yang berharga ini bisa bermanfaat untuk banyak orang, jadi jangan di degradasi hanya untuk bermain game online.
Jangan sampai ramalan einstein yang mengatakan bahwa orang-orang akan idiot karena teknologi benar-benar terjadi. Mari mengunakan teknologi dengan cerdas..
Waallahu A'lam
Semoga kita semua bisa berbuat adil dan bijaksana. Amin..
Dalam koridor
Malang, empat desember 2015
Selamat sore Indonesia, nampaknya lama sekali tak menulis lagi,
entah apa sebabnya.. sibuk dengan sesuatu yang lain atau selama ini tak ada
keresahan yang bisa ditulis karena hidup terlalu bahagia, tapi yasudahlah,,
hehe. Tak apalah, penulis bersyukur sore yang hangat ini bisa menulis lagi.
Kita semua hidup dalam tujuan yang sama meskipun dengan corak
dan metode yang berbeda. Mengambil jalan sebagai pendidik, seniman, saintis,
atau apalah itu kita semua memiliki tujuan untuk mencari ridho tuhan. Apalah arti
kita hidup kalau tak ada sebuah keridhoan dari sang maha kuasa.
Sempat teringat apa yang sempat senior sampaikan pada
penulis, bahwa kita semua hidup memiliki tujuan yang sama yakni mencapai titik
bersama tuhan, namun meskipun tujuan kita adalah sampai pada tuhan, tuhan
sendiri tidak mengharuskan kita untuk sampai padanya, tuhan hanya ingin kita
tetap berada dalam koridornya.
Hidup ini diibaratkan jalan setapak yang sangat-sangat
panjang, yang mana kita mengawali langkah dari salah satu ujung dan berjalan
mengarah pada sisi yang lain dan disisi yang lain itulah keberadaan tuhan,
namun di kanan kiri jalan setapak ini adalah sebuah jurang. Tugas kita bukanlah
semata-mata sampai dititik yang dituju, namun tugas kita adalah bisa selesai
hidup tetap berada diatas jalan setapak tanpa terserosok ke jurang yang ada di
kanan kiri.
Jurang yang dimaksut bisa bermakna adalah godaan hawa nafsu
kita, yang mengarahkan kita untuk mengikuti jalan-jalan setan, yang membuat
kita tak melaksanakan perintah tuhan dan semakin memperbanyak dosa.
Senada dengan kiasan ini, proses di sebuah organisasi juga
sama.
Dalam mengawali sebuah roda organisasi kita memiliki target
tujuan kesuksesan kita, namun menurut penulis bukanlah terselesaikanya semua
program yang menjadi hal yang paing penting, namun dalam sebuah proses
organisasi, yang paling penting adalah seberapa progres kita dapat berkembang,
sejauh mana kita bisa meningkatkan kemampuan diri dan seberapa banyak kita bisa
merubah kebiasaan buruk menjadi sesuatu yang lebih bermakna untuk orang banyak.
Titik tekan yang lebih disukai penulis dalam menilai sebuah
proses berorganisasi adalah bukan semata-mata legalitas program yang
terselesaikanya dengan tanda laporan pertanggung jawaban organisasi terisi
dengan kata-kata “program telah terlaksana”. Namun lebih dari itu, penulis
lebih menyukai dalam menilai proses organisasi adalah seberapa progres
peningkatan kemampuan pengurus organisasi dalam berkembang menjadi lebih baik.
Sehingga dalam penilaianya, bukanlah seberapa jauh dan sampai
kita pada titik kesuksesan, namun beserapa banyak kita dapat melangkah dan kita
tetap berada pada koridor jalan organisasi.
Nampaknya kiasan koridor ini tak hanya dapat digunakan dalam
dunia kita beragama dan berorganisasi, namun banyak hal lain yang dapat
mengunakan kiasan ini. Seperti dalam pendidikan, politik, ekonomi, sosial dan
lain-lain.
Wallahu A’lam
Semoga kita tetap berada dalam koridor tuhan, ya tuhan kami,
tuhan yang maha membolak-balikkan hati, jagalah hati ini agar tetap berada
diatas agama yang engkau ridhoi. Amin..