Archive for Maret 2017

Hibridisasi* antara masyarakat dan akademisi

Sumber: chickopurwakarta.wordpress.com

Malang, dua puluh sembilan Maret 2017

Apakah teman-teman semua pernah menemui sebuah iklan yang mengatakan “Produk bebas bahan kimia”?

Nampaknya sebagian besar dari kita pernah menemuinya, atau menemui istilah lain tapi bernada sama. Yang semuanya memiliki arti bahwa apa-apa yang bernama, senafas atau sealiran dengan kimia pasti berbahaya.

Penulis tidak pernah mencari data –mungkin ini kekurangan essai- tentang perbedaan omzet dagang produk yang menggunakan iklan serupa di atas atau yang tidak menggunakan. Tetapi tanpa kita mencari data tersebut, kita tetap bisa mengatakan bahwa apa-apa yang berbau kimia pasti berkonotasi jelek untuk masyarakat umum.

Air, daging, jajanan, obat dan lain-lain yang tidak mengandung bahan kimia selalu dipersepsikan tidak berbahaya. Sementara sebaliknya, apa-apa yang mengandung bahan kimia pasti berbahaya dan perlu diperhatikan batas aman pengunaannya kalau bisa tidak perlu dikonsumsi.

---

Penulis menganggap bahwa hal ini kurang benar dan perlu diluruskan. Bukan hanya para masyarakat yang menganggap bahan kimia itu berbahaya, tetapi kemauan para kimiawan untuk turun gunung dan memberikan pengertian pada masyarakat akan apa yang sebenarnya terjadi.

Hal ini juga menjadi penting agar masyarakat tidak beranggapan bahwa apa-apa yang mahasiswa serta siswa pelajari di bangku sekolah tidak ada korelasi dan manfaat terhadap kehidupan nyata.

---

Oke, mari kita mulai dari matapelajaran kimia, nanti bisa teman-teman lanjutkan pada bidang-bidang yang lain.

Saat air tidak dianggap bahan kimia, alkohol sebagian ada yang mengatakan bahan kimia dan ada yang mengatakan tidak dan untuk kloroform seluruh masyarakat kompak mengatakan bahwa itu adalah bahan kimia. Imbas dari persepsi itu adalah air mutlak dianggap tidak berbahaya, alkolok kadang kala berbahaya dan suatu ketika menjadi tidak berbahaya dan kloroform sampai kapan pun pasti berbahaya. Apakah persesi ini bermula karena embel-embel kimia tadi?

Saat disebutkan bahwa air memiliki rumus molekul H2O, alkohol adalah sesuatu yang memiliki gugus fungsi (–OH) dan kloroform memiliki rumus molekul CHCl3. Apakah masih ada yang mengatakan bahwa air tetap bukan bahan kimia? Tentu masih ada!

Hal ini dikarenakan persepsi yang sangat mengendap di masyarakat bahwa kimia adalah ilmu yang jauh dari masyarakat. Saat siswa atau mahasiswa belajar kimia selalu dipersepsikan bahwa anak-anak mereka sedang mempelajari sesuatu yang jauh, tidak ada hubungannya dan tidak bermanaat untuk kehidupan. Hal ini yang menurut penulis perlu dirubah, mari mengajak masyarakat belajar, mengenal apa-apa yang dibutuhkan dan memperlakukan sesuai dengan bijaksana. Penulis rasa, apabila ini bisa terjadi, masyarakat tidak mudah ikut arus tren media. Selain itu para akademisi juga harus ikut turun gunung dengan memberikan pengertian ke masyarakat bahwa kimia adalah sesuatu yang sangat dekat. Kehidupan kita tak akan bisa lepas dari bahan kimia.

Kulit kita terdiri dari serat karbon, darah kita mengandung logam-logam, kita menghirup oksigen dan melepas karbon dioksida, dalam setiap gelas kita ada satu buah oksigen yang mengikat dua hidrogen dengan tambahan mineral alam yang membuatnya terasa segar. Minyak goreng sampai minyak urut adalah segerombolan lipid, sabun kita juga mengandung surfaktan dan semua yang ada di bumi ini pasti bahan kimia. Masyarakat juga perlu diberi pengertian bahwa bahan kimia pun tetap mahluk di dunia ini, ada diantara mereka yang tidak berbahaya dan ada yang berbahaya. Ada yang bermanfaat dan ada yang merugikan. Ada yang kita butuhkan dan ada yang tidak kita butuhkan.

Kalau seperti itu, mana ada air yang tidak mengandung atom hidrogen dan oksigen. Mana ada daging yang tidak mengandung kobalamin. Mana ada jajanan yang tidak mengandung karbohidrat dan turunannya dan mana ada obat penurun demam yang tidak mengandung senyawa yang memiliki fungsi mirip seperti parasetamol.

Penulis rasa, saat masyarakat sudah merasa dekat dengan apa yang anak-anak mereka pelajari, masyarakat akan tahu bahwa pendidikan memang penting, anak yang sekolah sampai perguruan tinggi tidak hanya merubah kualitas ekonomi keluarga, tetapi juga kualitas pendidikan dalam rumah. Siapapun, baik lelaki atau perempuan layak mendapat pendidikan, tak ada cibiran “buat apa belajar tinggi-tinggi wong nanti juga kembali ke dapur”, “buat apa belajar filsafat, wong bapakmu ini petani”, “ilmu matematikamu tidak berguna buat ngitung omzet bapak di pasar, tanpa pitagoras bapak juga bisa jualan” dan lain sebagainya.

---

Selain kimia, penulis rasa bidang ilmu yang lain juga merasakan hal yang sama. Sehingga mari memperbaiki kulaitas kehidupan kita dengan meresapkan pendidikan itu sampai ke sendi-sendi kehidupan dan di sadari betul dalam lingkungan masyarakat pahwa kehadirannya adalah penting.

Wallahu A’lam



*Hibridisasi adalah suatu proses memberlakukan ego secara bijaksana. Jadi ceritanya hibridisasi ini terjadi di banyak atom. Salah satu atom yang dapat terhibridisasi adalah karbon, dalam karbon ada kulit s dengan tingkat energi rendah dan ada kulit p yang memiliki tingkat energi lebih tinggi. Saat tidak terjadi hibridisasi kulit s terisi penuh oleh elektron dan kulit p terisi 2 elektron, ini dikarenakan ada perbedaan level energi antara kulit s dan kulit p. Saat tidak terjadi hibridisasi, karbon hanya dapat mengikat 2 atom lain, tapi saat terjadi hibridisasi, karbon bisa mengikat lebih dari samadengan 2. ini terjadi karena ada toleransi ego antara kulit s dan kulit p, yang semula p lebih tinggi dari s, tetapi saat sudah terjadi hibridisasi, tingkat energi kulit s dan kulit p menjadi sama. 
Rabu, 29 Maret 2017
Posted by bakhruthohir.blogspot.co.id
Tag :

Menunggang Badai Menuju Nirwana



Malang, Sembilan Maret 2017

Terhitung sudah tiga kali menonton secara langsung dan sudah puluhan kali melalui YouTube, masih belum merasa bosan akan kejutan-kejutan yang selalu diberikan oleh band yang di komandani oleh Iga Massardi dalam setiap live show-nya.

Sebut mereka Barasuara, band yang mengaku tak memiliki aliran musik, bukan berarti tidak berkarakter, tetapi mereka mengaku soal genre musik diserahkan pada pendengar, ingin menyebut genre musik band ini apa. Konsep ini sangat menarik!.

Sudah setahun lebih intens menikmati alunan nada dari barasuara. Diawali dari kegandungan akan alunan nada di lagu tarintih.

Ya, Bakhru Thohir adalah salah satu stereotipe penikmat musik yang kurang menggubris lirik. Dalam menikati setiap band tidak pernah diawali –atau kebanyakan- karena suka lirik dan maksud lagu. Selalu diawali dari keunikan nada dan alunan musik yang bisa mengalihkan dunia. Ini bukan muluk-muluk, karena awal kecintaan pada nada-nada barasuara juga tidak karena sengaja mendengar barasuara. Saat itu memang sedang gandrung dengan nada lagu “Di Udara” milik efek rumah kaca, membuka YouTube dan ada rekomndasi konser untuk dilihat, kolaborasi antara efek rumah kaca X Barasuara.

Semakin kesini, fokus menikmati juga tak hanya terpaku pada nada, karena lirik-lirik yang dibawakan barasuara juga tak kalah mengigit.

---

Jakarta sedang bergemuruh, ya tentu, karena koh Ahoh. Kita tak bisa mengatakan seratus persen benar atas segala argumen-argumen kita mengenai jakarta. Entah itu soal menista agama atau hanya intrik politik saja. Tapi kita tak akan terlalu membahas itu lebih lanjut, kita akan kembali kepada barasuara.

Dimuka sudah dikatakan bahwa barasuara memiliki lirik yang amat mengigit, coba dengarkan lagu berjudul “Hagia” dan cermati setiap lirik yang ada.
Sempurna yang kau puja 
Dan ayat-ayat yang kau baca 
Tak kurasa berbeda 
Kita bebas untuk percaya 
Seperti kami pun mengampuni 
Yang bersalah kepada kami
Lirik yang dibuat beberapa tahun sebelum permasalahan koh Ahok mengudara kok nampaknya amat cocok dan menohok menyindir kenyataan yang terjadi. Bukankah ini menunjukan bahwa lirik-lirik barasuara bermuara dari kegelisahan yang terjadi di sekeliling kita. Lirik yang jujur dari dalam hati dalam merespon kegaduahan masyarakat.

Kata-kata seperti “kita bebas untuk percaya”, apakah ini akan diperkarakan lagi, karena menganggap kepercayaan kita yang paling benar dan yang lain salah? Mari berpikir lagi!.

---

Di lagu yang lain, ada sebuah lirik yang amat baik. Lirik yang penuh dengan sarat pesan dalam menjalani hidup. Coba dengarkan lagu “Taifun”
Di dalam hidup ada saat untuk berhati-hati atau berhenti berlari 
Tawamu lepaskan tangis kau redam, didalam mimpi yang kau simpan sendiri 
Sumpah serapah yang kau ucap, tak kembali 
Semua harap yang kau ucap, tak kembali 
Saat kau menerima dirimu dan berdamai dengan itu 
Kau menari dengan waktu tanpa ragu yang membelenggu
Menurut pengakuan si empunya pencipta lirik, bahwa lirik ini dibuat sebagai pesan pada anaknya yang masih kecil.Cara yang menarik, bahwa pesan seorang ayah kepada anak disampaikan dalam sebuah lagu dan ini sudah diperdengarkan kepada banyak pasang telinga. Tentu selain menikmati lagunya, ada alunan aura positif yang disampaikan dalam setiap likik-likik milik Barasuara.

Di dalam hidup ada saat untuk berhati-hati atau berhenti berlari. Di dalam hidup ada sesuatu yang mesti kita perjuangkan dan kita ihlaskan. Di dalam hidup ada sesuatu yang mesti kita usahakan dan ada yang tinggal bersantai sesuai kehendak Tuhan.

Hal menarik lain dari Barasuara adalah mereka menyayikan seluruh lagunya dengan bahasa Indonesia. vokalis selalu bernyanyi mengenakan batik, kaos yang dikenakan oleh personil Barasuara memiliki pesan implisit dan menggunakan alat-alat serta banyak atribut buatan dalam negeri. Secara sederhana kita bisa mengatakan bahwa Barasuara cinta Indonesia.

Kita tak akan membahas semua lirik dari Barasuara, kita hanya akan menambah satu lagu dari Barasuara. Sebut saja lagunya Samara, dalam lagu itu terdapat lirik pamungkas seperti ini
Kita bisa tengelam dan bisa padam, atau bangkit berjalan lalu melawan
Dan saat lagu ini terbit sekitar tahun 1980, apa yang akan terjadi pada Barasuara saat ini?

Sehingga dalam melihat Barasuara, kita akan melihat juga sebuah kemerdekaan dalam berekspresi. Saat kita sudah mau mendengar alunan musik ala Eropa dan Amerika, sudah saatnya Eropa dan Amerika mendengarkan musik Indonesia, dan optimis bisa diwakili oleh Barasuara.

Dan kemerdekaan berkarya ini jangan berhenti di Barasuara. Mari berkarya dan berekspresi. Negeri ini masih ada sisi merdeka yang patut kita syukuri. Meskipun juga memiliki sisi terjajah yang perlu kita perjuangkan.

Waallahu A’lam
Selamat berkarya!
Minggu, 19 Maret 2017
Posted by bakhruthohir.blogspot.co.id
Tag :

Popular Post

Tengok Sahabat

Diberdayakan oleh Blogger.

Top Stories

About

- Copyright © Tigabelas! -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -