- Back to Home »
- Embun »
- Definisi: Sebuah proses konstruktif atau destruktif
Posted by : bakhruthohir.blogspot.co.id
Minggu, 05 November 2017
[Sumber: teknonetwork.com] |
Entah mengapa aku lebih senang menyebut proses kita selama hidup ini dengan “mengungkap teka-teki Tuhan”. Aku tak ingat ini bermula dari omongan orang, hasil perenungan selama di kamar mandi atau membaca, tak ingat pasti, karena sedikitnya hal berfaedah yang aku lakukan dalam hidup. Yang aku percayai adalah Tuhan telah membuat seluruh alam semesta ini dengan sangat sempurna, dari bunga yang mekar di musim semi sampai perihal kecelakaan dan musibah. Semuanya adalah sesuatu yang sangat sempurna, kemudian kita mulai merangkai dan menerka-nerka maksud Tuhan di balik setiap kejadian yang kita alami.
Setidaknya itu garis besar kita
dalam hidup yang aku percayai dan dengan berjalannya waktu, pengamatan-pengamatan itu
terpecah menjadi sebuah studi-studi kecil. Ada yang memilih fokus pada
fenomena-fenomena alam, ada pula yang menaruh perhatian pada interaksi antar
manusia.
Menurutku, sejak manusia pertama
ada, entah itu versi adam atau versi manusia yang jalan dan bentuk tubuhnya seperti
kera. Saat batu dilempar ke atas pasti dia akan jatuh lagi ke bawah. Sehingga
fenomena itu bukanlah hal baru dan tak membuat orang yang melihat peristiwa itu
terperangga, dan membuat manusia bertanya-tanya apa penyebab batu itu jatuh.
kemudian ada sebuah momentum dimana seorang Newton menyebut penyebab peristiwa
itu dipengaruhi oleh adanya gaya grafitasi dan kemudian mendefinisikanlah apa
itu grafitasi.
Di suatu hari yang lain, hidup
rukun antar umat manusia sudah terjadi di Tanah jawa. Konon kabarnya saat Jawa
masih diduduki kerajaan maha besar Majapahit, kehidupan antara pemeluk iman
satu dan yang lain dapat hidup rukun. Tak ada pemeluk iman ini menghujat dan
menjelek-jelekkan yang lain. Semua berjalan baik-baik saja dan selaras bersama
harmoni yang ada. Kemudian barulah orang mendefinisikan bahwa interaksi yang
dibangun Majapahit adalah sebuah tindakan toleransi.
Definisi-definisi ini muncul
seiring dengan hasil pengamatan manusia pada setiap objek, sehingga muncul
istilah-istilah baru, seperti kata HoAX, Kepo, Swafoto dan lain-lain. Kata-kata
yang barusan saya sebutkan nampaknya belum ada saat era 90an dan kegiatan
mendefinikan ini akan selalu berjalan sesuai dengan berkembangnya pola hidup.
Selanjutnya, dari proses-proses
kita mendefinisikan intisari hidup ini. Apakah ini adalah sesuatu yang
mengarahkan kita ke jalan yang lebih baik atau malah sebaliknya.
---
Manusia mengekspresikan isi hati
dengan berbagai cara, ada yang disampaikan lewat tutur kata, tulisan-tulisan
sampai interaksi pada sesama yang lain. Apa yang ada di dalam hati, mulai dari
senang, acuh sampai benci dapat tercitra melalui perilaku manusia. Saat orang-orang
merasa benci, tentu gerak-gerik dan gestur tubuh akan berbeda dengan orang yang
sedang jatuh cinta. Apa yang dikeluarkan dari mulutnya tentu pula berbeda. Tiap
orang juga memiliki ciri khas masing-masing dalam mengungkapkan itu, ada yang
memilih jalan kata-kata, tindakan bahkan hanya memendam.
Gerak-gerik yang dikeluarkan
manusia untuk merespon kondisi lingkunagan kemudian mulai diamati dan dipelajari.
Para pengamat ini mulai menaruh perhatian pada pola-pola kehidupan manusia,
mengklasifikasikan dan menyusunnya menjadi sebuah cabang studi baru.
Beragam cara manusia
mengekspesikan isi hati, seperti yang diungkapan di atas, salah satunya adalah
dengan cara tutur dan tulis. Dalam ekspesi itu memiliki suatu kekhasan dengan
ekspresi manusia dalam menghadapi situasi yang biasa-biasa saja. Ekspresi tutur
tadi ditulis dengan bahasa yang indah, lugas, tajam dan dengan makna yang
dalam. Kemudian para pengamat mulai menyebut bahwa ekpresi-ekspesi tadi adalah syair dan puisi.
Puisi-puisi mulai terdefinisi,
puisi adalah kata-kata yang berbeda dengan obrolan setiap hari. Definisi-definisi
mulai muncul bahwa yang disebut puisi ini harus begini dan begitu, harus ada
unsur ini dan itu. Tersusunlah definisi, cara sampai guna puisi dan syair.
Kemudian apa yang telah didefinisikan dipelajari dan membuat satu lingkar studi
yang baru.
---
Di hari yang lain, saat api masih
dapat membakar daun, saat air masih dapat membeku, saat udara masih segar untuk
dihirup. Ada beberapa orang yang bertanya, apa yang sebenarnya terjadi dengan
fenomena-fenomena ini, kenapa bisa terjadi seperti ini dan siapa yang berperan
disana. Seperti pada soal puisi tadi, muncul pula para mengamat yang akan
mencari dan mempolakan setiap fenomena yang terjadi. Pengamat ini mulai mencoba
menjawab alasan kenapa api bisa membakar daun, kenapa air bisa membeku, kenapa
udara terasa segar dan fenomena-fenomena alam yang lain.
Salah satu pertanyaan yang muncul
adalah, apa sebenarnya penyusun dari materi yang diamati ini. Diawali dengan
hipotesa sederhana yang muncul beribu tahun yang lalu “saat materi itu dipotong
sampai ke ukuran paling kecil dia akan berhenti pada satu buah atom, atom
adalah materi terkecil dan tak dapat dibelah lagi, dan atom-atom yang sama akan
membentuk benda yang memiliki sifat yang sama”. Dan definisi untuk materi tadi
pun akan terus berkembang.
Kemudian orang mulai
mempelajarinya, mulai mengenal apa itu karbon, besi, emas, oksigen dan lain
sebagainya. Pemahaman pada materi terkecil pun terus bergerak, dari pemahaman
lama yang menyebutnya atom seperti bola sampai yang terbaru sebagai mekanika
gelombang. Definisi-definisi mulai muncul dan membuat sebuah lingkar studi yang
lain lagi.
Klasifikasi tertaut dengan
klasifikasi yang lain. Definisi bertaut dengan definisi yang lain. Muncul definisi
baru akan muncul pula lingkar studi baru. Bahkan cara berfikir pun terdefinisi
dan membuat lingkar studi yang lain, meskipun pada mulanya cara berfikir selalu
digunakan dalam melihat berbagai fenomena yang terjadi. Sampai yang terbaru,
banyak pula orang yang hanya sibuk menghafal definisi tanpa tau bahkan lupa
pada asal mula muncul definisi ini.
Definisi-definisi yang terhafal
dan tercerabut dari akar munculnya definisi adalah keniscayaan. Kemudian setelah
muncul pengamat, sekarang bermunculah penghafal, meskipun tetap mengakui diri
sebagai pengamat. Dan para penghafal ini kemudian memanfaatkan apa yang dihafal
tadi menjadi sebuah produk-produk baru, dan yang pasti sudah tercerabut dari
akar definisi. Dan dari fenomena-fenomena ini muncul sebuah definisi baru “para
penghafal ini pengetahuannya hanya seperficial”. Dan kegiatan ini terus
berkembang. Pasti!.
Setelah puisi, atom, grafitasi
dan toleransi. Setelah ini kita hanya tinggal menunggu akan bermunculan
definisi-definisi baru kemudian munculnya lingkar studi baru.
Lalu, adakah tindakan yang muncul
diawali oleh definisi, yang sama sekali berbeda dengan opini yang ada di tulisan
ini, yang mengatakan bahwa definisi selalu muncul setelah tindakan? Perlu waktu
lain untuk mendiskusikan hal ini.
Wallahu A’lam
Sleman, 5 November 2017