- Back to Home »
- Embun »
- Lewat Halaman Kantor NU
Posted by : bakhruthohir.blogspot.co.id
Minggu, 24 April 2016
Sumber: http://www.liputan6.com/tag/pbnu
Gelap!
Semuanya tak terlihat, entah dia ini berbentuk seperti apa. Apakah
dia seonggok manusia, ataukah dia secuil kue atau dia sisi dunia yang nyaman
untuk di huni.
Aku tak tahu!
Tapi! Aku dapat merabanya, aku pun dapat singgah di sana,
bahkan tak ayal banyak yang sering hiruk pikuk ngalor ngidul di sana.
Sampai saat ini pun aku tak tahu pasti dia itu apa dan aku
harus seperti apa padanya.
Bukanya aku tanpa usaha. Perlu kalian tahu, aku sudah mencoba
mengenal dia sudah sejak aku berumur 6 tahun.
O iya aku lupa, dia memiliki sebuah simbol, atau lebih
tepanya logo.
Dia juga punya gambar struktur. Dan sampai saat ini, aku sama
sekali tak mengerti apa maksud gambar struktur itu.
Di desaku, banyak orang-orang yang menempel logo itu di
setiap dinding rumah, bahkan ada yang memasang logo itu dengan ukuran yang
besar. Mereka memasang logo itu di sela-sela foto keluarga dan kaligrafi ayat kursi. Aku tak tahu juga, kenapa banyak sekali orang yang sengaja memasang logo
itu.
Tapi aku tak menemui logo itu di rumahku, baik dalam bentuk
poster, hiasan ukiran kayu, lukisan di atas kaca atau media-media yang lain.
Aku tak pernah menanyakan juga perihal ini pada bapakku.
Dulu aku hanya melihati logo itu. Di sana terdapat sebuah
lukisan bumi yang di ikat tali, lalu di depanya ada tulisan arab dan aku tak tahu
apa bacaannya, ada sembilan bintang yang mengelilingi bumi dan bertuliskan NU
di bawah tali. Sehingga aku hanya mengira itu logo NU. Entah NU ini apa!
Namun, dewasa ini aku mulai mengenal itu logo apa, dan
ternyata kaligrafi arab di depa logo itu bertuliskan Nahdhotul Ulama’. Mungkin NU
yang di maksud adalah singkatan dari Nahdhotul Ulama’. Entahlah.
Aku juga tak mengerti kenapa banyak sekali orang yang suka di
sebut NU. Bahkan di desaku mayoritas mengaku orang NU.
---
Di atas aku sudah bilang, kalau aku sudah mencoba mengenal
perihal ini sejak umurku masih 6 tahun, bahkan hanya di level Aliyah atau
sekolah menengah atas saja aku tak mendapat materi sekolah berjudul ke-NU-an
atau sempat juga di sebut ke-Aswaja-an. Dan satu-satunya pengetahuan dari
pelajaran yang sudah aku pelajari selama 9 tahun ini adalah lembaga setingkat
desa bernama ranting, kecamatan bernama wakil cabang, kabupaten bernama cabang,
provinsi bernama wilayah dan nasional di sebut pengurus besar. Akupun tak yakin
pengetahuanku ini benar-benar benar atau ada diksi yang salah.
O iya, meskipun di rumahku tak terpasang logo NU untuk
melengkapi hiasan rumah, tak bisa di sebut juga kalau keluargaku bukan bagian
dari NU. Karena yang aku tahu bapak selalu membaca bacaan-bacaan berbahasa arab
setiap malam jum’at. Bapak membaca itu setelah salat isya yang disambung
membaca surat yassin, bacaan itu berasal dari sebuah buku tipis dan di halaman
depannya terdapat logo NU. Hal inilah yang membuat aku yakin bapak bagian dari
NU. Kebiasaan ini dilakukan bapak dengan jamaah langgar kecil di samping rumah.
Selalu dilakukan. Paling hanya ketika bapak ada urusan saja bapak tanggal
membaca bacaan dari buku berlogo NU itu. Akupun tak yakin bapak benar-benar tak
membacanya saat sedang sibuk, mungkin hanya perhatianku saja yang kurang dalam
melihat kebiasaan bapak setiap malam jumat.
Dan aku mengikuti apa yang dilakukan bapak. Sejujurnya saat
usiaku masih sekitar 7 sampai 11 tahun aku sangat bosan mengikuti membaca
bacaan-bacaan ini, aku selalu mengantuk saat sudah masuk sesi membaca
bacaan-bacaan ini. kegiatan ini terus aku lakukan sampai aku sedikit-sedikit
mengerti apa makna bacaan dalam bahasa arab itu. Bahkan sudah jadi kebiasaan,
kalau tak membacanya malah terasa ada yang kurang di malam jumat.
Aku sempat bertanya pada bapak seperti ini “pak, kok aku tak
pernah melihat nama bapak tertulis di strukur ranting NU? Padahal kan bapak
selalu membaca buku yang bersampul NU itu?”. Bapak menjawab “kita NU syariat!”
Cukup melegakan jawaban bapak, sehingga aku tak perlu
bertanya lagi kenapa bapak tak pernah mencalonkan diri menjadi pengurus NU.
---
Satu hal lagi yang aku tahu dari sebatas pengamatanku. Bapak suka
dengan salah satu tokoh. Dia bernama Gus Dur. Akupun masih ragu, apakah ada
hubungan antara Gus Dur, NU dan bacaan yang selalu bapak baca setiap malam
jumat. Karena kalau soal bacaan mungkin saja itu doa atau klenik, kalau soal
Gus Dur bapak lihatnya di TV dan itu pasti berbincang soal politik, dan NU, ahh
entahlah apa itu. Aku tak tahu. Semoga saja dugaankku ini salah!
Aku juga pernah di ajak bapak bertemu Gus Dur. Saat bapak
mengajakku beliau hanya bilang “ayo ketemu Gus Dur di Siman”. Untuk anak usia 8
tahun aku hanya nurut saja saat di ajak dan berharap saat pulang di
belikan bakso, saat itu aku juga tak tahu Gus Dur itu siapa, kok bapak
sepertinya suka sekali dengan tokoh ini.
Saat aku lulus Aliyah, aku melanjutkan sekolah di perguruan
tinggi dan di sana aku ikut sebuah organisasi. Dalam awal aku masuk di
organisasi itu, aku tak punya pandangan sama sekali untuk NU, karena dari nama
dan logonya tak ada NU-NUnya blas, hanya di logonya ada sembilan bintang
sama seperti logo NU. Mungkin ini hanya kebetulan.
Kehidupan di kampus sedikit banyak memberikan pengalaman dan
nuansa pengetahuan baru soal NU. Aku pun mendapatkannya secara implisit, tak
langsung, tak ada niat untuk mencari tahu, sekedar tahu. Aku menjadi sedikit
tahu apa itu NU, apa itu bacaan-bacaan yang selalu bapak baca setiap malam
jumat, siapa Gus Dur.
Dan akhirnya aku memutuskan untuk hadir sebagai peserta penggembira
dalam muktamar NU yang ke 33. Menurutku inilah tonggak hidupku untuk aku cinta
NU dan belajar mencintainya dengan tepat.
Di saat pengetahuanku masih sangat cetek soal NU, bacaan-bacaan
malam jumat, Gus Dur dan aku masih merasa hanya lewat di depan kantor NU, belum
sempat masuk ke kantornya dan belajar banyak, tak terasa hari ini sudah menjadi
tranding topic saja tagar #HarlahNU . menurut kalender hijriyah NU sudah
berumur 93 tahun.
Sumber: http://downloadlogovektorgratis.blogspot.co.id/2016/04/logo-harlah-nu-nahdlatul-ulama-ke-93.html
Selamat ulang tahun NU!, terima kasih sudah memberikan banyak
pengetahuan dan mengenalkan tokoh-tokoh luar biasa yang pernah negeri ini
miliki. Dan saat ini aku dapat mengatakan, dengan mengenalmu aku tersesat di
jalan yang Insaallah Benar!
Malang, 24 April 2016