Archive for Mei 2018

Mengoceh Tentang Berislamnya Kita

[Sumber: alkhilafahmuslim.wordpress.com]
Jadi gini lo cah, Islam itu ya, mau dibilang satu bisa, mau dibilang beragam yo bisa. Gimana gak satu, yang disembah Tuhannya sama, ya sama-sama solat, puasa, haji dan sebagainya. Bisa juga gak satu, contohnya? mudah sekali, bentar lagi juga terlihat, bukannya tiap tahun selalu terjadi kalau mulai dan berhenti puasa ramadan di negeri ini emang gak selalu bareng-bareng. Belum lagi solat, ada yang kunut ada yang gak usah, ada yang baca bismillahnya kedengeran ada yang gak. Tarawih juga, ada yang pakek 8 rekaat ada yang 20 rekaat. Kalo Islam emang satu, kenapa dari segi cara beribadah saja berbeda?

Nah iya to, kalo udah jelas berbeda kan haruse saling menghargai, toh masing-masing cara itu ada dasarnya. Jadi ra usah lah isi ceramah itu nyacati yang laine, bilang-bilang siapa yang ngajarin wirid selepas solat iku kudu berjamaah?, rambut, celana, cara berpakaian jangan menyerupai kafir, gak ada dalilnya melakukan maulid nabi. La saiki gini lo, tiap orang kan punya cara masing-masing. Misal, ada yang pakek metode ijtihad dalam menentukan sebuah hukum, jadi mau tanya-tanya dulu sama yang mujtahid. Ada juga yang mau langsung tafsir Qur'an dan Hadis sendiri. Terus emang ada jaminan kalau yang ijtihad pasti bener? Gak ada!. La kalo yang langsung tafsir sendiri ke Qur'an dan Hadis, apa ya mesti bener? Ya sama aja!.

La kalo ada yang ngaku bener, ente fatihah emang ngelewatin baca ihdinassirotolmustaqim?. La itu udah jelas-jelas  ngaku tunjukkan aku jalan yang lurus. La kalo mintak tunjukkan, kan berarti gak ada yang punya kepastian bener to. La kalo udah pasti bener, kenapa masih minta tunjukin jalan yang lurus?. Jadi menurutku kita sama-sama mencari jalan terbaik. Kayak menyikapi soal rame-rame bom barusan. Ada yang berpendapat pengalihan isu, teroris gak islam, islam kambing hitam, ISIS menyerang, radikal islam beraksi dan sebagainya

Yang menurutku menarik, habis dibuat geger gara-gara bom, sekarang ada yang bilang teroris bukan islam. La yang melakukan bom bunuh diri juga baru selesai solat subuh. Emang solat subuh itu gak islam? Secara syariat kan udah fix dia islam, wong solat, tiang agama lo itu. La sekarang misal kalo ditanya ke teroris itu agamanya apa, terus jawabannya islam, la terus piye jal? Dibilang bukan islam, tapi mereka ngaku islam. Apa ya gak sebaiknya disebut sesat aja para teroris itu. Bukankah udah biasa juga bilang aliran ini-itu sesat. Syiah dan Ahmadiah masih inget lah ya kasusnya.

Atau, O mungkin maksudnya islam esensi? Gak hanya sariat-sariat aja? Gak hanya bisa solat tapi menebar rahmat untuk seluruh alam? Kalau iya, besok natal jangan lupa ucapin selamat ke sodara yang merayakan ya. Kalau berpendapat gini, harusnya udah lupa lah ya soal toghut, kafir dan demokrasi hukum buatan setan. Esensi kan, rahmad untuk alam kan maksudnya. Biar rukun gitu lo, sama-sama warga Indonesia kan.

Soal tindakan teroris bukan akhlak islam, bukane dari dulu kiai-kiai udah bilang gitu? Sejauh yang tak amati, Gus Mus juga sering menyerukan untuk menjaga negara. La resolusi jihad tiap tahun diperingati bukanya untuk mengenang jasa santri melawan kompeni di perang surabaya. La itu semua tujuannya untuk apa? Kan ya untuk menjaga indonesia dan menegakkan rahmatallilalamin.

Aku sejak dulu yo gak setuju kalau tindakan terorisme itu dibilang islami, aku yo percaya kalo islam itu agama yang mengajarkan cinta kasih, rahmattallilalamin. Tapi ya kalau mau jujuran, yang jadi penyebar teror ini ya banyaknya memakai wajah islam. La kayak tadi, si pelaku bom bunuh diri ini subuhnya juga jamaah di masjid, ya pakek jilbab. Lalu kenapa kedok yang paling sering digunakan adalah agama, aku si mengirae karena agama menawarkan sebuah kebenaran yang absolut.

Sekarang gini lo, mau ideologi sekeren apapun, mau partai apapun, ormas apapun, tetep aja itu semua buatan manusia. Jadi kebenarannya gak absoliut. Tapi kalau agama yang dipakek kan manteb banget, menawarkan kebenaran jelas, mengaku benar malahan, dan agama bukan buatan manusia, tapi asli dari tuhan, luar biasa keren lah. Itu kan yang diajarkan dan dipahami.

Jadi, apa yang terjadi di Surabaya harusnya dapat membuat kita ingat pada salah satu nilai hidup, yakni kemanusiaandan gak usah nyacati yang lain. Mari beragama dengan santun.
Waallahu Alam
Selasa, 15 Mei 2018
Posted by bakhruthohir.blogspot.co.id

Kisah Anak Baru Jogja Yang Sedang Merancang Kuliahnya Agar Lulus Khusnul Khotimah

[Sumber: http://gambarkatalucu.info]

Pada suatu masa di mana saya baru datang ke Jogja, dan tentu saya tidak mengetahui apa pun. Jangankan jajanan enak di Jogja, jalan terobosan saja tak tahu, sehingga dalam bayangan saya, jogja hanya berisi gudeg dan angkringan, heuheu, dan jalan yang diketahui ya sebatas jalan kaliurang, malioboro dan solo. Tapi itu tak penting, karena hari itu bukan saatnya jalan-jalan atau wisata kuliner, tetapi hari itu adalah masa menyusun rencana kuliah semester satu. Singkat cerita, di semester pertama ini ada beberapa mata kuliah yang sudah mencapai kuota, dan saat saya tanyakan pada kakak yang sudah kuliah di sini, itu dikarenakan banyaknya mahasiswa semester tiga yang mengambil ulang kuliah, kuliah tersebut sebenarnya diperuntukkan untuk anak-anak semester satu. Sejadilah saya panik karena tidak kebagian kursi kelas, la pripun, baru semester 1 je, kok bisa gak kebagian kelas karena terserobot kakak tingkat yang mengulang kuliah karena ingin memperbaiki nilai. Dari kepanikan itu saya putuskan jalan-jalan ke kampus untuk memastikan dan mencari jalan keluarnya. Singkat cerita akhirnya bisa kuliah juga, karena kuota kelas memang ditambah oleh admin prodi.

Setelah selesai ngurusi rencana studi, saya sempatkan duduk-duduk di lorong gedung jurusan, sekaligus menyapa teman-teman baru yang kebetulan sepanik dengan saya juga, dan berkenalan dengan kakak-kakak tingkat yang berseliweran gagah sekali, mungkin mereka sudah tahu kalau saya mahasiswa baru, ehehe.

Saat ngobrol dengan salah satu kakak tingkat yang seperti punya penerawangan jauh kedepan, la piye, seakan-akan dia tahu kalau saya sedang bingung menyusun mata kuliah dan menginginkan nilai yang tinggi saat lulus. Tiba-tiba saja dia bertanya pada saya “ambil kuliah ini dengan dosen siapa? Kalau kuliah itu dengan dosen siapa?”. Kujawab “gak tau, belum hafal nama dosennya”. Kakak itu menyambung “jangan pilih dosen ini, ini juga jangan, mending yang itu, kalau kuliah ini yang itu aja, beliau ngasih nilainya enak”. “Oooo” jawabku.

Ngeri juga ya, kuliah ternyata tidak hanya mempersiapkan  materi, waktu dan pengetahuan dasar. Tetapi juga harus merancang dengan siapa kita harus kuliah agar nilai yang keluar nantinya bisa baik dan mengangkat kita secara status sosial dalam dunia mahasiswa, uhuk, biar nanti aku lulus dengan status cum laude, hehe, bisa bikin orang tua bangga nih. Kan dari dulu kita juga sudah diajari untuk menjadi juara kelas, bukan untuk menelateni apa yang kita suka. La kalo sukamu cuma bisa bikin puisi, mau jadi apa? Dilan? Rendra? Chairil anwar? Hahaha, lak mending jadi pegawai kantoran atau PNS, kan jadwal gajiannya jelas.

Hoaakkkk, dasar calon baut-baut kapitalissss
Sssttttt. Jangan berisik anak dan istri butuh makan, orang tua juga butuh kepastian kita kerja apa, di mana dan berapa gaji kita. Itu bisa menaikkan strata orang tua kita saat arisan lo, itung-itung berbakti pada orang tua.

Selain tips memilih dosen, ternyata ada lagi tips untuk bisa menyandang gelar cum laude. Yakni tau pola jawaban yang diinginkan dosen. Yes!

Selain harus fotocopy materi dari teman yang gemar mencatat, ehemm. Maksudnya menulis ulang slide dosen. Kita juga perlu tahu karakter dosen. Dosen si ini menginginkan jawaban yang cas cis cus, sedikit saja, asal ada kata kuncinya. Kalau dosen yang itu pengennya jawaban yang panjaaannnggg, gak penting nulis apa, lirik lagu virgoun juga gak papa, asal panjang. Kan katanya sebelum memulai perang kita harus tahu medan perang. Oke siap!.

O iya ada lagi, gunakan otak dengan baik. Jangan terlalu banyak menyimpan sesuatu yang tidak perlu. Pikirkan dan hafalkan saja apa yang akan keluar di ujian. Ndak usah banyak tanya dan menghafal pada sesuatu yang aneh-aneh, apalagi mengali pengetahuan yang jelas-jelas tak masuk pada daftar pertanyaan saat ujian. Apalagi memahami, wes gak penting, cukup menghafal jawaban kisi-kisi ujian. Wes pokok jangan aneh-aneh, ingat, gunakan otak dengan efektif.

Hemm, aroma cum laude sudah tercium. Jadi untuk yang ingin aneh-aneh, berargumen lucu sampai nyeleneh, ya jangan berharap dapat nilai A. katanya ya yang dapat nilai A ya yang isi kepalanya disesuaikan dengan isi kepala dosen, kalau dosen mintak kotak ya jangan lingkaran. Kalau dosen segitiga ya jangan coba-coba segi lima. Akibatnya nanti nilai akan jadi pas-pasan, inget orang tua lo ya, apalagi untuk teman-teman yang menerima beasiswa. J a n g a n   c o b a  c o b a, i t u   b e r b a h a y a!.

La hasilnya gimana? Ha yo mbuh, aku juga belum lulus, ini lagi praktekkin tips-tips tadi. Tapi tips tadi dikeluarkan oleh orang yang tak sembarangan lo, kabarnya emang punya nilai yang tinggi, jadi kebenarannya hampir dapat dipastikan, heuheu, Nanti kalau sudah lulus dan tips ini bener-bener terbukti berhasil, tak tulis laporannya. Heuheu

Selamat belajar, selamat hardiknas.
Wes pokok selamat lah. Kita kan emang suka yang seremonial kek gitu.
Merdeka!
Rabu, 02 Mei 2018
Posted by bakhruthohir.blogspot.co.id
Tag :

Popular Post

Tengok Sahabat

Diberdayakan oleh Blogger.

Top Stories

About

- Copyright © Tigabelas! -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -