Archive for Agustus 2015

Negeri Mistis



Malang, duapuluh lima Agustus 2015

Selamat pagi Indonesia, sejuk sekali pagi ini, terimakasih tuhan atas nikmatmu pagi ini. Kulihat projek alat musikku juga turut memberikan kabar yang baik. Namun sayang sekali, kali ini aku tidak menulis dengan suasana tentram seperti suasanamu pagi ini. Kembali aku ingin menulis betapa lucunya negeri ini.

Pagi tadi ketika kubuka koran online di telefon pintarku muncul sebuah berita yang cukup mengelitik, masih seputar pengusuran kampung pulo di jatinegara Jakarta Timur. Dan yang disoroti para pencari berita tersebut adalah ada sebuah rumah yang tidak bisa dirobohkan.

Negeri ini punya ciri khas yang agaknya menarik untuk dikaji secara mendalam isi otak masyarakatnya. Setiap ada kejadian aneh, yang terbesit dipikiran masyarakat negeri ini pasti dihubungkan dengan hal mistis dan klenik, jarang sekali ada kajian ilmiah yang menjelaskan setiap fenomena agar tidak muncul mitologi-mitologi baru.

Seperti kejadian yang diceritakan pagi ini, ketika ada sebuah rumah yang tidak bisa dibongkar dan ketika mau dibongkar alat berat itu mendadak mati, malah dihubungkan bahwa sang pemilik rumah itu adalah seorang baik dan rumah itu dulu biasa digunakan untuk kegiatan belajar ilmu-ilmu agama oleh warga sekitar. 

Opini yang berkembang tersebut ramai dibicarakan olah netizen dan sangat menjadi perhatian masyarakat. Bahkan kabar-kabar seperti ini sangat renyah apabila dilempar ke khalayak. Akan ada sangat banyak masyarakat yang suka membahas hal-hal klenik seperti ini.

Kejadian seperti ini tidak pertama kali terjadi di negeri yang sudah 70 tahun merdeka ini, beberapa waktu lalu juga sempat ada kejadian ganjal dimana setiap jam 12 malam akan tercium bau kopi di daerah tangerang. Dan tentu para pembaca yang budiman sudah tau kan reaksi masyarakat akan seperti apa? Yap, masyarakat membuat mitologi kalau yang berbau kopi itu adalah hantu kopi, dan dengan sedemikian menarik mitologi yang dibuat.

Agaknya saat ini kita harus malu pada sosok Tan Malaka. Beliau yang hidup dizaman 1940-an sudah membuat gagasan dan diabadikan dalam sebuah buku yang berjudul “Material Dialektika Logika”. Buku tersebut beliau tulis karena menyadari karakter bangsa ini yang perlu dirubah. Menurut Tan Malaka bangsa ini sekian lama di jajah dan tak kunjung merdeka karena sangat memegang erat kepercayaan mistisnya. Sehingga perbuatan yang dilakukan masyarakat hanya berdoa, percaya klenik dan patuh pada nenek moyangnya tanpa ada aksi nyata dengan bersatu mengusir penjajah.

Buku tersebut sangat mencambuk pikiran kita, bahwa memang negeri ini begitu terpengaruh dengan kepercayaan-kepercayaan lokal dan membuat kita menjadi manusia yang pasif. Mungkin beberapa pembaca ada yang berangapan bahwa, kalau demikian Tan Malaka mengajarkan kita untuk tidak berdoa dan tidak percaya pada hal gaib. Sebaiknya komentar teman-teman soal itu ditahan dulu sebelum membaca buku Madilog dan Islam juga karangan Tan Malaka.

Masihkan kita harus terus menerus menjadi insan yang terbelakang. Menjadi insan yang sangat lemah dalam bidang sains praktis, karena setiap masalah selalu dihubungkan dengan hal mistis. Agaknya orang-orang yang berbincang tentang rumah ajaib di kampung pulo dan setan kopi ditanggerang sudah memiliki BBM, path, WA, twitter, FB dan sekian banyak sosmed yang lain. Namun kenapa kemajuan teknologi dalam komunikasi tersebut tidak dibarengi dengan kemajuan pandangan untuk hal unik. Kalau boleh menyamakan, semisal ketika ada hal unik kita membuat mitologi, enaknya kalo kita komunikasi pakai telepati saja, hehe

Cukup dua contoh itu saja yang kita bahas pada kesempatan kali ini, karena kalau di bahas terlalu banyak, akan bisa jadi buku, artikel singkat ini, karena negeri ini sangat kaya mitologi. Dari batu ajaib ponari, air ajaib disetiap kuburan orang hebat, keris, dan masih banyak yang lain.

Semoga kita menjadi masyarakat yang lebih baik dan berfikiran aktif progresif untuk kemajuan negeri ini. Dan semoga zamrud katulistiwa ini tidak hanya menjadi mitologi dan dapat benar-benar terjadi.
Rabu, 26 Agustus 2015
Posted by bakhruthohir.blogspot.co.id
Tag :

Candu bahagia, jangan sampai membuat kita lupa



Malang, duapuluh tiga agustus 2015

Selamat malam indonesia, sehari ini tak begitu banyak berita baru kudengar tentangmu. Masih berita-berita lama dan tetap masih dengan ciri khas media negeri ini. Media yang kurang memediasi dan malah memojokkan suatu sisi.

Hari sudah berganti petang dan disekitarku masih saja terjadi hal yang sama seperti sore sampai petang tadi. Kegiatan yang cukup mengundang kebahagian untuk yang melaksanakanya. Kegiatan yang benar-benar memainkan nafsu jasat manusia. Membuat setiap daging bernama itu terbawa dalam alunan hegemoni dunia. Kegiatan bermain kartu. Ya itulah kegiatanya.

Permainan yang cukup tabu dikeluargaku, bahkan dilingkungan asalku menganggap suatu hal yang lebih baik dihindari.

Kuteringat salah satu perkataan bapakku "sudah yang seneng-seneng itu di tinggalkan". Hanya kata itu yang beliau ucapkan, namun sadarku ini mulai menerka-nerka apa maksut beliau. Dan nampaknya inilah jawabanya.

Tuhan mukai menunjukan bahwa banyak dari sesuatu yang mengembirakan hati lebih baik dilakukan dengan hati-hati dan dilakukan secukupnya serta sewajarnya. Karena suatu yang menyenangkan akan benar-benar membuat manusia lupa dengan semua kewajibanya. Kewajibanya kepada manusia lain dan kewajiban kepada tuhanya. 

Terlihat sekali raut muka sumringah terpancar dari wajah mereka. Wajah yang berseri-seri itu menghiasi mereka dari tadi sore sampai petang ini.

Ku tak tahu apakah mereka telah menyelesaikan kewajibanya. Semoga saja jawabanya sudah. 

Ini baru segelintir contoh kegiatan yang menyenangkan. Dan didunia ini masih sangat banyak candu-candu setan berserakan dimana-mana. Semoga kita menjadi manusia yang wajar.

Teringat pula dibenak, bahwa adam keluar dari hamparan nirwana pun karena menuruti nafsu ajakan istrinya. 

Semoga kita diselamatkan dari suatu yang berlebihan. Dan menjadi manusia yang bertangung jawab dalam melaksanakn tugas untuk berkomunikasi dan memahami sesama dan tugas pada tuhanya.
Minggu, 23 Agustus 2015
Posted by bakhruthohir.blogspot.co.id
Tag :

Kutemukan Bhinneka tunggal ika di warung kopi



Malang, duapuluh tiga agustus 2015

Selamat sore Indonesia, seakan baru memulai hari ini karena memang baru keluar dari rumah dan kembali menyambangi tempat-tempat orang berkumpul untuk saling bercengkrama dan tertawa. Sembari menemani teman-teman yang lagi asyik bermain kartu, penulis mencoba kembali menulis dengan sebuah tema yang memang akhir-akhir ini seng menjadi refleksi di diri pribadi penulis. Yap penulis mencoba memaknai istilah bhinneka tunggal ika yang kita bangga-banggakan.

Bhinneka tunggal ika yang sering kali kita artikan dengan kata berbeda-beda tetapi tetap satu jua agaknya dapat mewakili keadaan penulis saat ini, karena kita jangan terjebak pada arti kalau bhinneka disini hanya dimaknai dengan berbeda suku, ras, budaya dan agama di negeri ini dan kita mencoba saling memahami. Kita jangan menyempitkan makna istilah itu hanya dari beberapa persepektif saja.

Penulis saat ini sedang terjebak dalam situasi duduk berlima. Keempat sahabat sedang asyik memainkan kartu dan dalam permainan itu memang dimainkan dengan empat orang, sedang penulis sendiri duduk sendiri. Mungkin ada yang bertanya, kenapa penulis tidak mencoba ikut belajar bermain kartu agar bisa ikut tertawa dan mengamati permainan -penulis tidak bisa bermain kartu-? Jawaban simplenya yakni “tanpa jawaban”, hehe, anggap saja penulis memang malas dengan permainan tersebut. Keadaan ini memaksa penulis menjadi orang yang selalu merenung sendirian setiap kali terjebak dalam momen seperti ini. Lantas apa hubungan keaadan penulis saat ini dengan bhinneka tunggal ika?

Dalam persepektif penulis, kita menghormati tidak terbatas hanya pada perbedaan suku, ras, budaya dan agama saja. Tetapi menghormati berbedaan yang tau dengan yang tidak tahu, yang pintar dengan yang kurang pintar, yang moderen dengan yang tradisional, yang kontemporer dengan yang klasik merupakan suatu bentuk implementasi dari istilah bhinneka tunggal ika juga.

Penulis yang tidak tahu cara bermain kartu mencoba memahami dan menghargai teman-teman yang tahu cara bermain kartu tersebut juga termasuk bhinneka tunggal ika kan?

Negeri ini sunguh majemuk dengan sifat heterogenitas yang sangat tinggi di masyarakatnya. Seyogyanya kita bisa mengimplementasikan makna bhinneka tunggal ika tersebut dalam banyak persepektif dan contoh keadaan. Agar kita saling menghargai dan terciptanya budaya masyarakat yang lebih humanis.

Apa untungnya negeri kita yang maju soal teknologi terjadi dikota-kota besar namun di pelosok hutan kalimantan dan papua sana masih sangat minim teknologi. Keadaan ini tak perlu kita sesali, memang penyetaraan keadaan antara kota dan pelosok hutan akan sangat sulit dalam bidang teknologi, maka dari itu seyognyanya kita mulai memahami dan menghormati keadaan ini, bukan malah tak peduli apalagi mengejek mereka yang belum maju soal teknologi.

Semoga kita lebih baik dalam memaknai istilah yang digunakan patih gajah mada dalam sumpah palapanya tersebut dan negeri ini akan lebih humanis seperti yang kita cita-citakan.

Wallahua’lam - 
Posted by bakhruthohir.blogspot.co.id
Tag :

bonus. "kesenjangan budaya daerah jatim"


Entah apa yang membuat budaya yang berkembang ini sangat jauh perbedaanya. Padahal masih sama-sama sedaratan dan masih sama-sama bahasa yang digunakanya.

Beberapa perbedaan yang cukup terasa antara kedua wilayah ini hanyalah pada suhu diantara kedua wilayah ini, yang satunya berada didaerah pantai dengan karakter panas dan satunya berada di daratan tinggi dengan karakter sejuknya.

Ya, lamongan malang.

Untuk penulis yang baru keluar dari daerah kelahiran pada usia 17 tahun untuk menempuh perhuruan tinggi dikota lain, sunguh sangat kontras rasanya dengan yang selama ini dirasakan dari lahir sampai usia remaja.

Begitu tabu didaerah kelahiranku, bahwa tatto, ngopi, keluar malam selalu dipandang sebagai suatu yang negatif. Siapa saja yang memiliki tatto ditubuhnya mesti di cap sebagai orang yang tidak baik. Warung kopi pun masih terlihat angker dan menjadi tempat remang-remang untuk melakukan mabuk-mabukan dan main wanita dan keluar malam diangap sebagai kebiasaan orang jahat, apalagi dilakukan oleh seorang wanita.

Di kota ini, swizerlan van java. Tatto sudah menjadi suatu karya seni dan banyak menghiasi tubuh seseorang dan tidak membuat orang yang memiliki tatto di cap orang jahat. Yang paling keren, di malang ini warung kopi bukanlah tempat orang yang hedon saja, banyak warung dikota ini diguakan sebagai tempat untuk berdiskusi dan membicarakan masalah negara. Dan pulang malam pun diangap sebagai kegiatan yang biasa saja, tentunya dipengaruhi dari gerakan produktif di warung kopi tadi.

Penulis sempat geleng-geleng kepala, kanapa sampai sejauh ini budaya yang berkembang diantara kedua wilayah ini, padahal kalau bicara teknologi, sebenarnya lamongan tidaklah kalah telak dari malang, bahkan saat ini hampir mayoritas anak setingkat SMP sudah memegang smart phone dan mengunakan media sosial dan bermain game online, jadi tidak dapat dijadikan suatu alasan ketinggalan teknologi yang membuat perbedaat budaya ini begitu mencolok diantara kedua tempat ini.

Pernah perpikir mungkin karena dunia pendidikan, tapi pandangan ini kembali mental karena dilamongan saat ini sudah banyak perguruan tinggi yang berkembang, meskipun semuanya masih berkelas suasta.

Sebenarnya alasan dunia pendidikan sempat menjadi alasan yang sangat dipegang erat oleh penulis, karena dilamongan mahasiswanya hanya lokal daerah lamongan dan setelah kuliah kebanyakan kempali pulang ke rumah masing-masing. Sehinga interaksi antara mahasiswa satu dan yang lain tidak terjadi sampai larut malam seperti yang terjadi di malang -mungkin-

Namun pada dewasa ini, pikiran penulis kembali pada budaya yang berkembang sejak dalam momongan ibu. Budaya yang membedakan salah satunya adalah budaya membaca. Bisa dilihat bahwa dilamongan saat ini pun masih sangat jarang terdapat toko buku yang menyediakan kebutuhan wawasan. Berbeda sekali dengan dimalang, disini cukup menjamur toko-toko buku, bahkan di malang pun ada toko buku bekas yang menyediakan literatur manis berharga miring.

Dapat dipahami bahwa apabila kita sering membaca, akan lebih banyak pengetahuan yang dapat kita serap dan pelajari agar hidup kita juga lebih baik. Teringat kata bung hatta “aku boleh diasingkan dan dipenjara, asalkan aku membawa koper berisi buku, karena dengan buku aku bebas”. Dari ungkapan tersebut sungguh bahwa buku bisa membawa pikiran kita terbang melintasi dunia meskipun kita sedang duduk manis dirumah kita.

Buku memang dapat membuka pikiran kita untuk membuka cakrawala lebih lebar lagi, dan membuat kita memiliki pemikiran yang lebih dewasa dengan selalu membandingan kejadian empiris yang terjadi disekitar kita dengan apa yang kita hasilkan dari proses membaca.

Sehingga kehidupan kita lebih baik. Mari kita tengok sejarah gus dur. Kita ketahui bahwa gus dur adalah seorang anak yang keluar dikeluarga pesantren yang kental dan masa mudanya juga dihabiskan dengan mengenyam pelajaran agama di pondok pesantren, tetapi gus dur tidak puas hanya dengan pendidikan itu, dari cerita bahwa beliau adalah salah seorang fans dari gandi dan telah membaca des kapital sejak usia remaja, dan bisa kita lihat betapa matangnya pemikiran beliau meskipun beliau berlatar belakan pondok pesantren.

Sehingga mari kita membaca dan berusaha memperbaiki daerah kita, agak kita bisa benar-benar mewujudkan dunia kita menjadi dunia yang madani.


Semoga kita tetap bisa beryukur pada keadaan saat ini dan tidak mudah putus asa.
Sabtu, 22 Agustus 2015
Posted by bakhruthohir.blogspot.co.id
Tag :

Selamat datang teman-teman didunia asik dengan status mahasiswa



Malang, duapuluh satu agustus 2015
Selamat siang Indonesia, siang yang carah menjelang salat jum’at. Udara sejuk menyelimuti kota malang yang akhir-akhir ini sudah mulai dingin. Kuucapkan pula selamat datang mahasiswa baru dikampus hijau dan terimut dikota malang, yap UIN Malang, hari jum’at ini adalah hari pertama OPAK-F, kalau bahasa kerenya itu ospek fakultas, kudoakan semoga kalian bisa sukses didunia kalian masing-masing dan bisa bersumbangsi banyak untuk kemajuan bangsa ini.

Tema yang ingin dibahas pada momen ini juga untuk menyambut teman-teman yang baru saja resmi menyandang status mahasiswa. Sangat teringat momen itu, kala aku juga menjadi mahasiswa baru 4 tahun yang lalu. Semangat sangat membara untuk memborong banyak pengetahuan dari sekmen perkuliahan ini. Dan membuat aku mengikuti cukup banyak kegiatan didunia kampus. Cukup, bukan untuk membahas diriku tentunya, tujuan dari tulisan ini bertujuan untuk memberikan refleksi pada teman-teman mahasiswa baru dan pembaca lain yang mungkin berkenan meluangakan waktunya untuk membaca tulisan sederhana ini.

Oke, mari kita mulai. Masa ospek tahun ini begitu ramai sorotan dari media. Entah apa yang membuat ospek begitu menjadi pembahasan yang asyik diperbincangkan di banyak tempat, apa karena kasus belakangan ini yang banyak menimbukan korban karena ospek -katanya- atau mungkin karena masyarakat Indonesia yang masih memiliki penyakit kagetan. Cukup risih telingaku mendengar banyak pembicaraan di sana-sini yang seakan-akan mengkambing hitamkan panitia ospek. Aku pernah jadi panitia ospek, tapi bukan maksutku membela diri, cumak setauku dunia perkuliahan ini mengajari kita lebih bijaksana dan moderat, kenapa kita disuguhi sesuatu yang sama sekali telah menghilangkan nilai moderat tersebut, apa jangan-jangan yang menulis berita tidak pernah kuliah?. Tapi kayaknya yang lebih tepat, kayaknya yang menyampaikan informasi dan memberikan opini itu adalah peserta opsek yang baper, hehe.

Maksutku begini, kenapa kita gak menyikapinya lebih dewasa saja, menurutku orang Indonesia ini sangat pintar membuat kesan pada seseorang. Bagaimana tidak, setelah kita selesai melaksanakan kegiatan ini, pasti ada banyak sekali cerita-cerita lucu yang bisa kita saling tertawakan dengan kolega, kekonyolan kita mengikuti perintah senior dan tingkah aneh kita tatkala menghindar dari pertanyaan senior. Bandingkan dengan hanya diisi dengan ceramah, jangankan 1 tahun, 1 minggu setelah ospek pun tak ada kesan yang bisa kita ceritakan dengan teman-teman. Pertanyaan yang lain mungkin muncul soal ilmu, memang kalau kita diberi ceramah akan ada ilmu yang kita terima, bahkan ada yang bisa langsung kita makan ilmu-ilmu tersebut, lantas apakah kalau dengan metode ospeknya orang Indonesia tak ada ilmu yang didapat? Kurasa tidak, malah menurutku akan ada lebih banyak ilmu yang kita dapat karena kita akan berusaha mengipas sendiri maksut senior tersebut, perlu proses berfikir kan? Dari itu, mari lah kita sikapi semua ini dengan lebih santai, jangan lah kita melulu jadi orang yang tegang.

Mari melihat sejenak, kalau kita melulu tegang dan tidak mau mencoba menertawakan diri. Orang-orang akan kaku dan tidak tahan sindiran,ya angap saja akibat ospek yang isinya hanya ceramah. Karena tidak kuat sindiran dan tidak mau menertawakan diri sendiri, sedikit-sedikit tangapanya keras, malah akan membuat semakin banyak kekacauan bukan. Terus apa yang akan kita lihat dinegeri ini 20 tahun lagi, enakan jadi negeri haha hihi, seperti yang di syairkan gus mus.

Ya semoga kita lebih baik, kebenaranku ini juga berpotensi salah, dan kesalahan orang menurutku itu pun berpotensi benar, karena hanya kebenatan tuhan yang benar-benar benar.

-
Posted by bakhruthohir.blogspot.co.id
Tag :

Charger Nasionalis



Malang, tujubelas agustus 2015

Selamat siang Indonesia, masih terdiam dikamar teman sehabis melihat negeriku bersuka cita atas perayaan ulang tahun yang ke-70. Sunguh senang, kagum, bangga pada negeriku ini, sepagi ini telah melihat semua orang bersatu dan bersuka cita menjadi bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia. Terasa semua orang pada hari ini bangga menjadi warga negara dan mencoba mengingat-ingat bagaimana perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan dulu.

Terasa semakin kental aroma nasionalis dengan dibumbuhi semua acara ditelevisi mesti berbau kenegaraan. Tak hanya tadi pagi, bahkan sejak tadi malam sudah mulai berduyun-duyun para stasiun televisi itu menyiarkan diskusi hangat untuk mengangkat rasa nasionalis kita. Dan memang penulis tak ingin ketingalan untuk ikut meramaikan dan menyumbang opini dengan tema ini, dan juga sedikit kompilasi pandangan dari para profesional yang sudah dipaparkan seharian ini.

Harapan yang muncul dibenak penulis dalam peringatan HUT RI yang ke-70 ini dengan simpel menginginkan semangat nasionalis ini tidak hanya berhenti dihari ini, semoga nafas nasionalis ini tetap terjaga di hari-hari berikutnya.

Pasti kita semua pernah mendengar pertanyaan dari para kritiker semacam ini “apakah kita ini sudah merdeka?”. Ya memang pertanyaan yang komplek, tak bisa kita jawab hanya dari satu sisi saja. Dari segi imprialis tentu kita sudah dikatakan merdeka, tapi mungkin ada disisi yang lain kita masih tertatih untuk meraih kemerdekaan itu, tetapi meskipun demikian kita tak boleh berkurang syukur akan hal itu. Kita harus ingat, negara-negara seperti Amerika saja perlu waktu kurang lebih 200 tahun untuk bisa mencapai kehidupanya yang benar-benar merdeka, jerman pun mendapatkan posisi yang baik dieropa tanpa perang pun harus mengorbankan terlibat perang dunia dua kali, sehinga kita harus tetap berusaha dan terus berusaha, toh perjuangan kita juga baru 70 tahun.

Ada orang yang mengatakan “usia 70 ini sudah tua, jika diibaratkan seperi manusia, 70 tahun disuruh berlari pun capek”. Pribadi penulis mengatakan ketidak sepahaman pada metafora tersebut, jangan samakan negara dengan manusia, karena manusia punya batas hidup, tetapi tidak ada satupun negara yang bercita-cita akan mengahiri hidup negara itu hanya pada usia 70 atau 80 tahun. Semua negara ingin bercita-cita hidup semalanya, dan berubah lebih baik dengan mensejahterakan warganya, sehinga tidak cocok apabila kita samakan negara dengan manusia yang pada usia 80 sudah dikejar-kejar ajal.

Masalah yang kita hadapi saat ini salah satunya adalah semakin terpecah belahnya masyarakat, semakin banyak sekte-sekte dalam masyarakat yang ikut sumbangsi dalam memperkeruh keadaan bangsa, bukan malah mempersatukan untuk mencapai kehidupan yang baik. Jika dikutip quotes bung karno “perjuanganku akan lebih mudah dari pada perjuangan kalian” artinya perjuangan masa penjajahan akan lebih mudah dibanding perjuangan setelah masa penjajahan, karena pada masa penjajahan kita punya satu musuh bersama yang jelas adanya yakni penjajah, sementara kita yang hidup dimasa setelah penjajahan akan melawan penjajah baru yang notabenya adalah warna negara kita sendiri. Sehinga yang perlu kita lakukan sekarang adalah bergotong royong bersama-sama untuk memperbaiki negeri ini. Sudah tidak saatnya melawan pemerintah, karena pemerintah kita setelah revormasi pun sudah tidak seburuk pada masa orla dan orba. Yang perlu kita lakukan sekarang adalah bersatu dan saling bersinergi untuk membuat negara ini lebih baik. Bergotong royong secara total untuk memperbaiki bangsa ini dengan tulus tanpa ada rasa mementingkan kepentingan kelompok dan golongan.

Peranyaan yang lain kembali muncul “kenapa sampai saat ini kita masih sengsara?”. Ada yang mengatakan kita negara malas, kita negara bodoh, kita negara miskin. Menurut penulis “kata siapa?”. Apakah orang yang jam dua pagi sudah berduyun-duyun kepasar untuk berjualan itu orang malas? Apakah negara yang selalu mendapat predikat juara olimpiade internasional itu bodoh? Apakah negara yang setiap warganya memiliki ganget dan hobi berbelanja itu miskin?. Pada kenyatanya kita sunguh sangat rajin, pintar dan kaya. Hanya saja dalam sistimnya kita masih sangat teledor. Kita mengatakan negara demokrasi, tapi yang kita pahami hanya kebebasanya saja. Perlu diingat bahwa demokrasi tidak akan berjalan dengan baik tanpa ada kebebasan dan yang sesuai dengan koridor hukum dan aturan yang ada.

Kita memiliki sifat yang sama dinegara ini, sifat yang suka melangar hukum. Begitu leluasanya orang dapat melangar hukum di negara ini. Dijalan orang bisa dengan seenaknya menerobos lampu merah, pada pedagangpun bisa mengelar jualan mereka dimana-mana, para guru yang mengajar bukan pada esensinya sehinga hanya melahirkan murit yang hanya tau kulit tanpa isinya, sampai para penegak hukum pun suka mengotak-atik aturan agar melancarkan perkaranya.

Negara ini pun masih penuh diskriminasi dan tidak merata, negara yang suka memaksa orang lain ikut kita dengan merangkul paksanya, tanpa benar-benar meningikan derajatnya. Kita kenal cut nya din, RA. Kartini, bung tomo, diponegoro, syahrir. Tapi tahukah siapa pahlawan dari papua sana? Mungkin kebanyakan orang tidak tahu bahwa di ujung timur sana ada seorang pahlawa bernama Frans Kaisiepo. Salah seorang pahlawa nasional yang juga mengusulkan nama irian pada bumi cendrawasi itu. Apakah kita kenal? Kurasa tidak. Kenapa tidak di perkenalkan? Kenapa hanya cut nya din, kartini, bung tomo, diponegoro, syahrir dan koleganya saja? Bahka ada orang papua yang pernah protes, monyet dan burung pernah jadi gambar di mata uang negara ini, tapi kenapa pahlawa dari bumi papua ini tidak pernah di pampang wajahnya di mata uang negara ini?. Apakah ini juga yang dinamakan kesetaraan dalam berdemokrasi, bahkan kita saja tidak mengenal pahlawan kita dari bumi Indonesia ujung timur sana.


Semoga masalah-masalah ini sudah dapat diselesaikan dalam kurun beberapa tahun mendatang, semoga harapan anak-anak bangsa ini yang menginginkan korupsi lenyap dari bumi Indonesia, sekolah murah, listrik dan air bersih sampai dipelosok, kesetaraan suku dan ras tidak hanya angan-angan belaka. Hemat penulis cukuplah kita mengamalkan rasa syukur agar tetap bisa menikmati bumi pertiwi ini, karena sudah terlalu lama kita sengsara kalau hanya dilihat sisi negarifnya saja. Kita sudah terkotak-kotak dalam kerajaan, sudah dijajah kurang lebih 350 tahun, hidup sengsara di orla dan orba serta saling gusur di revormasi ini. Semoga tuhan yang maha esa melapangkan jalan kita dan negara ini menjadi negara yang barokah. Amin.
Senin, 17 Agustus 2015
Posted by bakhruthohir.blogspot.co.id
Tag :

Yok jadi pramuka yang mengamalkan darma

Malang, limabelas Agustus 2015

Selamat siang Indonesia, kuucapkan dirgahayu korea selatan yang ke-70 tahun. Usia yang tua dan semoga semakin baik untuk kita semua. Siang yang terik namun tak menusuk kulit, hangat, sejuk dan mengembirakan. Terucap alhamdullah untuk suasana yang nyaman ini.
kali ini penulis tidak ingin menulis dengan membahas hari kemerdekaan korea selatan atau menyambut kemerdekaan negeri ini yang akan terjadi beberapa hari lagi, namun penulis akan menulis tentang kejadian yang terjadi kemarin, ya empatbelas agustus 2015. Kemarin banyak orang yang mengetahui kalau empatbelas agustus adalah peringatan hari pramuka Indonesia.
Agaknya semua anak di Indonesia ini pernah mengenyap pendidikan pramuka dan bersama-sama proses disana. Pramuka adalah salah satu wahana kaderisasi yang ada dinegeri ini, yang bercita-cita ingin mengeluarkan kader militan berbudi mulia pembela negeri.
Dalam proses pembentukan kader tesebut, banyak ilmu yang ditanamkan pada semua anggotanya. Dilakukan dengan sangat baik dan dengan takaran posri yang pas. Kita kenal dalam pramuka ada strata siaga, penggalang, penegak dan pandega. Strata yang disesuaikan dengan usia dan kemampuan masing-masing insan pramuka. Ada beberapa ilmu pula yang harus diamalkan masing-masing anggota pramuka. Dwi darma, tri satya dasa darma dan pendidikan keterampilan lain.
Sejatinya pramuka bertujuan untuk membentuk generasi emas bangsa yang mempunyai jiwa patriot kesatria dengan skil dan kemampuan survive yang baik. Banyak latihan-latihan yang dilakukan dalam gerakan pramuka yang memang bertujuan untuk mengasah kemampuan fisik anggota. Skil-skil mengunakan kode rahasia juga diajarkan agar semua anggota mampu membaca kode rahasia yang hanya diketahui oleh sama-sama anggota pramuka.
Penulis sempat mengikuti gerakan pramuka dari strata siaga sampai penegak, meskipun pernah tidak berlatih selama 3 tahun pada saat jenjang MTs (SMP). Sehingga sedikit banyak penulis mengetahui sedikit-sedikit isi dari apa maksut dari pramuka. Dijenjang perkuliahan peulis tidak melanjutkan proses berpramuka lagi dan memasuki strata pandega. Namun penulis sedikit banyak tetap pelihat bagaimana teman-teman pramuka proses. Dan dari sudut pandang yang ini, penulis menemukan beberapa hal yang bisa kita benahi bersama-sama agar kita dapat berproses dipramuka dengan lebih baik lagi.
Penulis mulai menyadari bahwa proses berpramuka agaknya terlalu kaku dan sangat berkasta-kasta. Proses dipramuka juga malah semakin menanggalkan sifat rendah hati dan jarang mengamalkan darma-darma dalam pramuka.
Ya cukup membuat geli ketika semua orang tua harus disebut “kak”. Niat yang baik sebenarnya, yang tetap menjaga adat ungah-ungguh di jawa, dengan implementasi kita menghargai orang tua. Yang penulis permasalahkan bukan kita mengunakan kata itu, tetapi lebih pada pantas atau tidak kita dipangil dengan kata “kak”. Ini berkaitan erat dengan kerisauan yang kedua, dengan semakin minimnya implementasi darma-darma dalam pramua dan menengalkan sifat rendah hati.
Menurut penulis, darma dalam pramuka yang paling sulit di implementasikan sampai saat ini hanya dasadarma nomor 10, yakni “suci dalam fikiran, perkataan dan perbuatan”. Sunguh saat sulit ketika kita hidup dengan kondisi demikian, kondisi dimana seseorang telah dalam tahapan suci. Dan pasti akan tercermin bahwa orang yang suci pasti akan berbuat baik dengan sesamanya.
Beberapa waktu yang lalu, penulis sempat pulang kampung dan kebetulan ada perhelatan akbar di kabupaten, yakni kemah se-kabupaten. Cukup miris ketika melihat para pembina itu dengan gaya-gayanya ingin dihormati dengan dipangil kak tetapi tidak melihat bagaimana budinya masing-masing. Seorang yang masih tinggi hati, tidak baik dengan sesama, mengajarkan hal-hal untuk bersaing dan harus menang dengan cara apapun harus mendapatkan penghargaan disebut kakak pembina.
Dari hal itulah menjadi suatu yang kompleks dan membuat hal ini sempat menjadi benalu yang cukup mengangu difikiran. Harus kita akui memang sulit kita mengimplementasikan sifat suci tersebut, tetapi harusnya kita dapat berusaha sedikit demi sedikit agar kehidupan kita juga semakin baik.
Penulis percaya bahwa apabila kita dapat sepenuh hati mengamalkan darma-darma dalam pramuka, kehidupan negeri ini akan lebih baik dan meminimalisir gesekan-gesekan horizontal yang terjadi dimasyarakat. Mari kita ingat-ingat 10 darma yang dulu sering kita hafalkan saat proses dalam gerakan pramuka:
Dasadarma pramuka, pramuka itu:
1. Takwa kepada tuhan yang maha esa
2. Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia
3. Patriot yang sopan dan kesatria
4. Patuh dan suka bermusyawarah
5. Rela menolong dan tabah
6. Rajin terampil dan gembira
7. Hemat cermat dan bersahaja
8. Disiplin berani dan setia
9. Bertanggung jawab dan dapat dipercaya
10. Suci dalam fikiran perkataan dan perbuatan
Luar biasa bukan darma-darma tersebut, penulis benar-benar yakin apabila gerakan pramuka dapat mengkader pada anggotanya dengan benar-benar mengimplementasikan kesepuluh darma ini, negara ini akan secara otomatis menjadi negara yang madani.

Demikian sedikit coretan yang membelengu fikiran penulis semoga kita bisa lebih baik. 
Minggu, 16 Agustus 2015
Posted by bakhruthohir.blogspot.co.id
Tag :

Oleh-oleh dari tanah ijo abang


Malang, kamis tigabelas agustus 2015

Selamat sore Indonesia, sore yang hangat dibumi arema yang beberapa hari lalu baru merayakan ulang tahunya. Sore yang indah ditemani dengan segelas kopi dan cakap-cakap hangat bersama teman-teman di tempat yang humanis ini.
Sudah cukup lama penulis tidak mencoretkan keresahan otaknya dalam sebuah tulisan, cukup lama sejak sebelum bulan puasa kemarin. Sampai pada beberapa hari yang lalu di tanya oleh seorang senior, “tak punyakah tulisan atau catatan oleh-oleh dari jombang kemarin?”. Pertanyaan tersebut nyatanya cukup mengusik ketenangan hati penulis, karena sudah cukup lama tidak menulis pengalaman pribadi. Karena itulah saat ini penulis begitu bergairah menulis kembali dan membagi isi otak yang membelengu penulis.
Tema yang ingin dibagi penulis saat ini adalah seputar oleh-oleh dari kota ijo abang (jombang) beberapa saat yang lalu. Yang mana pada tanggal 1-5 agustus kemarin jombang telah melaksanakan perhelatan akbar “muktamar ke-33 NU”.
Muktamar NU yang ke-33 kemarin mengangkat tema besar yakni islam nusantara. Banyak pendapat baik dari sangahan positif, negatif, memuji dan menghujat. Beruntungnya buat kami selaku generasi muda Indonesia ini, kita diberikan banyak sekali pandangan-pandangan yang luar biasa dengan berbagai isi dari banyak sudut pandang. Yang semakin memperkaya khasanah keilmuan untuk memantapkan pengetahuan tentang islam nusantara. Agar kita tidak hanya suka pada istilah itu tanpa dasar. Membuat kita mengerti pandangan positif dan negatif pada pemikiran itu.
Satu hal yang ingin penulis bagikan dari banyak pandangan terkait islam nusantara yang sudah penulis terima, dan menurut penulis pandangan ini yang paling cocok dengan jiwa penulis. Pandangan yang lebih penulis terima adalah pandangan historis terkait istilah itu. Indahnya islam nusantara dimaknai dari sisi sejarah bagaimana islam itu masuk ke tanah nusantara.
Penyebaran islam diberbagai wilayah mengunakan metode yang berbeda-beda, kita ketahui cerita bagaimana nabi berdakwah dan menyebarkan agama islam sampai diteruskan oleh sahabat-sahabat dan para ulama’ penerus. Metode yang digunakan dalam berdakwahpun berbeda-beda setiap masing-masing wilayah, sehinga corak islam masing-masing daerah pun berbeda. Perbedaan ini mempengaruhi sampai ke sendi-sendi kehidupan, dari kehidupan sosial, politik, budaya, adat bahkan sampai cara bermuamalah. Dan dari proses masuknya islam ke berbagai daerah akan melahirkan berbedaan sosial dalam menangapi dan menjalankan kehidupan ber-islam tersebut.
Kita ketahui bahwa islam masuk ketanah eropa, asia barat serta afrika melalui proses penguasaan tanah oleh sultan-sultan islam pada saat itu, sehinga tanah yang berhasil dikuasai dapat dengan mudah dirubah tatanan sosial budanyanya. Tanah yang dikuasai hasil perang dapat dipaksa mengikuti aturan pemenang perang sampai meminta untuk semua warga masuk islam pun lumrah terjadi.
Mari kita lihat perbedaan yang mencolok proses masuk islam kewilayah-wilayah eropa, asia barat dan afrika dengan proses islam masuk ke tanah nusantara. Proses islam masuk ketanah nusantara sebagai buah bertamu dan masuk menjadi keluarga tanpa ada proses perang memperebutkan tanah kekuasaan.
Dapat dikatakan bahwa islam masuk ke tanah nusantara sebagai tamu, tinggal disini dan kemudian menjadi keluarga. Dan karena proses tersebut membuat budaya yang berkembang di sini adalah cirikhas islam yang toleran, santun dan mampu menghargai perbedaan. Sehingga islam nusantara disini dapat dikatakan bukanlah sebuah aliran baru dalam islam, namun cukup cirikhas islam yang merangkul budaya negeri ini. Negeri ini kaya akan bedaya, suku dan ras, sehingga islam dapat merangkul semua elemen tersebut. Dan dengan adanya islam nusantara ini bukanlah mengeser eksistensi islam sebagai agama rahmatal lil alamin, tetapi malah semakin mengokohkan keniscayaan bahwa islam benar-benar agama rahmatal lil alamin yang menyejukkan kemoderatan negeri ini tampa ada diskriminasi.

Demikian sedikit coretan ringan dan bodoh ini, mohon maaf apabila ada kesalahan dan menyinggung, semoga kita semua lebih baik dan negara ini juga dapat menjadi negara yang semakin moderat dan menjadi rumah yang sejuk untuk semua penghuninya. Amin.
Posted by bakhruthohir.blogspot.co.id
Tag :

Popular Post

Tengok Sahabat

Diberdayakan oleh Blogger.

Top Stories

About

- Copyright © Tigabelas! -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -