Posted by : bakhruthohir.blogspot.co.id Sabtu, 22 Agustus 2015



Malang, duapuluh satu agustus 2015
Selamat siang Indonesia, siang yang carah menjelang salat jum’at. Udara sejuk menyelimuti kota malang yang akhir-akhir ini sudah mulai dingin. Kuucapkan pula selamat datang mahasiswa baru dikampus hijau dan terimut dikota malang, yap UIN Malang, hari jum’at ini adalah hari pertama OPAK-F, kalau bahasa kerenya itu ospek fakultas, kudoakan semoga kalian bisa sukses didunia kalian masing-masing dan bisa bersumbangsi banyak untuk kemajuan bangsa ini.

Tema yang ingin dibahas pada momen ini juga untuk menyambut teman-teman yang baru saja resmi menyandang status mahasiswa. Sangat teringat momen itu, kala aku juga menjadi mahasiswa baru 4 tahun yang lalu. Semangat sangat membara untuk memborong banyak pengetahuan dari sekmen perkuliahan ini. Dan membuat aku mengikuti cukup banyak kegiatan didunia kampus. Cukup, bukan untuk membahas diriku tentunya, tujuan dari tulisan ini bertujuan untuk memberikan refleksi pada teman-teman mahasiswa baru dan pembaca lain yang mungkin berkenan meluangakan waktunya untuk membaca tulisan sederhana ini.

Oke, mari kita mulai. Masa ospek tahun ini begitu ramai sorotan dari media. Entah apa yang membuat ospek begitu menjadi pembahasan yang asyik diperbincangkan di banyak tempat, apa karena kasus belakangan ini yang banyak menimbukan korban karena ospek -katanya- atau mungkin karena masyarakat Indonesia yang masih memiliki penyakit kagetan. Cukup risih telingaku mendengar banyak pembicaraan di sana-sini yang seakan-akan mengkambing hitamkan panitia ospek. Aku pernah jadi panitia ospek, tapi bukan maksutku membela diri, cumak setauku dunia perkuliahan ini mengajari kita lebih bijaksana dan moderat, kenapa kita disuguhi sesuatu yang sama sekali telah menghilangkan nilai moderat tersebut, apa jangan-jangan yang menulis berita tidak pernah kuliah?. Tapi kayaknya yang lebih tepat, kayaknya yang menyampaikan informasi dan memberikan opini itu adalah peserta opsek yang baper, hehe.

Maksutku begini, kenapa kita gak menyikapinya lebih dewasa saja, menurutku orang Indonesia ini sangat pintar membuat kesan pada seseorang. Bagaimana tidak, setelah kita selesai melaksanakan kegiatan ini, pasti ada banyak sekali cerita-cerita lucu yang bisa kita saling tertawakan dengan kolega, kekonyolan kita mengikuti perintah senior dan tingkah aneh kita tatkala menghindar dari pertanyaan senior. Bandingkan dengan hanya diisi dengan ceramah, jangankan 1 tahun, 1 minggu setelah ospek pun tak ada kesan yang bisa kita ceritakan dengan teman-teman. Pertanyaan yang lain mungkin muncul soal ilmu, memang kalau kita diberi ceramah akan ada ilmu yang kita terima, bahkan ada yang bisa langsung kita makan ilmu-ilmu tersebut, lantas apakah kalau dengan metode ospeknya orang Indonesia tak ada ilmu yang didapat? Kurasa tidak, malah menurutku akan ada lebih banyak ilmu yang kita dapat karena kita akan berusaha mengipas sendiri maksut senior tersebut, perlu proses berfikir kan? Dari itu, mari lah kita sikapi semua ini dengan lebih santai, jangan lah kita melulu jadi orang yang tegang.

Mari melihat sejenak, kalau kita melulu tegang dan tidak mau mencoba menertawakan diri. Orang-orang akan kaku dan tidak tahan sindiran,ya angap saja akibat ospek yang isinya hanya ceramah. Karena tidak kuat sindiran dan tidak mau menertawakan diri sendiri, sedikit-sedikit tangapanya keras, malah akan membuat semakin banyak kekacauan bukan. Terus apa yang akan kita lihat dinegeri ini 20 tahun lagi, enakan jadi negeri haha hihi, seperti yang di syairkan gus mus.

Ya semoga kita lebih baik, kebenaranku ini juga berpotensi salah, dan kesalahan orang menurutku itu pun berpotensi benar, karena hanya kebenatan tuhan yang benar-benar benar.

-

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

Tengok Sahabat

Diberdayakan oleh Blogger.

Top Stories

About

- Copyright © Tigabelas! -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -