- Back to Home »
- Embun »
- Refleksi Ramadan #13
Posted by : bakhruthohir.blogspot.co.id
Sabtu, 18 Mei 2019
[Sumber: hipwee.com] |
Semalam, sekitar pukul
19.00 WIB aku
melintas di jalan solo, salah satu jalan protokol di Yogyakarta, dan kok jalan
itu macet ya? Padahal baru tanggal 13 ramadan, kan harusnya semangat ibadah
salat isya dan tarawih masih cukup kuat.
Tahun ini, aku tidak
selalu melintas jalan solo ketika pukul 19.00, tapi dulu di puasa 2018, hampir
dari malam pertama ramadan sampek 24 ramadan, setiap malam aku melintas jalan
solo, sehingga aku sempat merekam sepinya jalan solo ditinggal pengendara
untuk salat isya dan tarawih
sampai jalan solo kembali seperti biasa, ramai dan padat, tapi ya gak tanggal
13 ramadan juga.
Ritmenya sekitar tanggal
1-7 ramadan, jalan solo amat lengang, benar-benar kehilangan pengendara. Dari 8
sampai seterusnya semakin ramai dan ya akhirnya seperti hari-hari biasanya,
ramai dan macet, ketika sudah masuk ke 10 terakhir ramadan.
Kalau tahun ini ritmenya
tidak berbeda dengan tahun lalu, aneh juga melihat masih tanggal segini jalan
solo sudah kembali normal.
***
Membuatku teringat pada
khutbah jumat kemarin siang, tema besarnya memang masih soal ramadan, tapi ada
satu kalimat menarik yang cukup mudah diingat dan menohok, yakni “jangan sampai kita
meninggalkan ramadan sebelum ramadan meninggalkan kita”
Ramadan meninggalkan kita
itu pasti, ketika selesai 30 hari, ramadan pasti diganti sawal. Tetapi kita
tetap harus mengusahakan bahwa keistiqomahan memanfaatkan ramadan ini, tidak
malah meninggalkan ramadan dan melakukan laku kehidupan yang sama saja dengan
bulan-bulan lain.
Semisal, bulan si masih
ramadan, tapi enggan melakukan evaluasi dan refleksi diri tentang apa yang
sudah kita lakukan selama setahun ini.
Hal ini berhubungan erat
dengan kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita, tentu harus bisa kita
maksimalkan setiap momen yang ada. Karena perihal waktu adalah sesuatu yang
tidak mungkin bisa terulang sampai bisa direvisi. Apa yang terjadi saat ini, ya
itulah yang harus kita selesaikan sebaik mungkin.
Tidak usah menghayal akan
datangnya mesin waktu seperti di ilusi film sains fiksi layaknya avengers
endgame. Kalau mesin waktu itu ada, orang paling sariat pun akan merevisi surga
dan neraka, karena kalau ada mesin waktu, semua orang pasti akan bermuara di
surga, tidak ada yang masuk neraka. Lawong semua akan diselamatkan dari jurang
kesesatan.
Pasti akan bermunculan
editor waktu yang bolak balik dari masa depan ke masa lalu untuk edit kejadian
agar semuanya baik di akhir masa. Itu tidak ada, itu hayalan. Jadi lebih baik,
sedari sekarang kita tidak menyia-nyiakan waktu yang sudah Tuhan gariskan.
***
Akhirnya, ramainya jalan
solo tidak sepenuhnya bisa menjadi indikator tentang semangat dan tidaknya
warga jogja ibadah si.
Jadi ya kita bersama-sama
berdoa saja, bahwa nikmat waktu dan kesempatan yang telah diberikan kepada kita
bisa dimanfaatkan sebaik mungkin. Entah memaknai ramadan dengan pragmatis
sebagai bulan panen amal, atau secara subtantif yang tafsirannya bisa sangat
beragam itu.
Selamat berpuasa, salam :)