Posted by : bakhruthohir.blogspot.co.id Kamis, 09 Mei 2019

[Sumber: konsultasisyariah.com]
Bulan ramadan selalu identik dengan amalan yang dilipat gandakan, hal ini mungkin yang membuat beberapa orang lebih giat beribadah dibanding bulan-bulan biasanya. Semisal pada pulan biasanya hanya membaca Alquran 3 halaman, sekarang jadi 9 halaman. Biasanya solat wajib saja, sekarang ditambah solat sunah rowatib.

Selain sebagai bulan yang amalan selalu dilipat gandakan amalnya, bulan ramadan juga identik dengan bulan yang ijabah/waktu yang diutamakan dalam berdoa. Apalagi ada malam spesial, yakni malam qadar atau biasa disebut "lailatul qadar", meskipun banyak keterangan yang mengatakan bahwa datangnya malam itu pada 10 terakhir ramadan, tapi tidak ada yang bisa memastikan kapan datangnya, bahkan di malam keberapapun sebenarnya lailatul qadar bisa datang, mungkin saja tadi malam atau nanti malam.

Berdoa adalah bentuk kehambaan mahluk pada sang kholik/sang pencipta. Sebagai mahluk, memang harusnya selalu meminta kepada yang memiliki hidup, sebagai bentuk kehambaan. Dalam hal berdoa, selain doa-doa yang baik, kadang ada beberapa orang yang memilih tempat dan waktu yang baik, dinamakan waktu mustajab, dan salah satunya ya setiap malam-malam bulan ramadan. Sehingga sat ramadan ini, kita bisa lebih berserah diri pada sang kholik dalam bentuk doa-doa yang kita rapalkan setiap harinya.

Namun yang menarik adalah ketika doa dicermintak dengan sebuah usaha dari manusia.

Dalam sebuah keterangan yang diberikan Kiai Ahmad Mustafa Bisri atau biasa disapa Gus Mus, dalam ngaji pasanan kitab Kimya Assaadah hari ke 2, beliau menyebutkan bahwa doa itu serupa minyak pelumas pada gerigi yang berputar. Sehingga kalau kita hanya berdoa tanpa berusaha, bagai kita punya pelumas tapi tak punya mesin yang akan diberi pelumas itu.

Keduanya harus hadir agar kerja lebih lincah dan lancar. Hanya gerigi saja alias hanya usaha saja juga mesin akan sangat sulit jalan, bahkan bisa rusak. Tetapi kalau hanya punya pelumas saja, alias doa saja tanpa berusaha ya tidak ada artinya.

Nah, karena itu cukup seru ketika kita di bulan ramadan ini semangat sekali berdoa pada malam-malam mustajab ramadan tapi siangnya full diisi oleh nihil kegiatan. Bahkan mungkin ada yang mengisi siang ramadan dengan mayoritas tidur, karena memang ada riwayat yang mengatakan bahwa tidur siang hari adalah ibadah.

Jika kita memakai logika yang disuguhkan gus mus, harusnya ketika kita malam sudah berdoa dengan serius, siangnya juga kita harus berkegiatan dengan giat seperti hari-hari biasanya. Apalagi ada label mustajab di malam ramadan, saya kira hal itu seperti meningkatnya kualitas minyak pelumas yang diberikan Tuhan dalam membantu kita berusaha. Sehingga ketika kualitas minyak pelumas sudah meningkat tapi kita tidak menyiapkan mesin yang diperlukan, saya kira minyak tersebut juga tidak ada gunannya.

Memang dalam praktiknya, usaha dan doa harus datang berbarengan. Terdengar klise tapi begitulah seharunya. Sehingga setelah kita mendapatkan minyak kualitas terbaik di bulan ini, kita juga menyiapkan mesin yang kokoh dengan usaha yang maksimal dalam mewujudkan doa-doa yang telah kita rapalkan.

Oke, selamat berpuasa. Sampai jumpa di hari-hari selanjutnya.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

Tengok Sahabat

Diberdayakan oleh Blogger.

Top Stories

About

- Copyright © Tigabelas! -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -