Posted by : bakhruthohir.blogspot.co.id Kamis, 16 Mei 2019

[Sumber: beritalangitan.com]

Satu hal yang lebih banyak dilakukan ketika sedang ramadan selain solat malam, tadarus Alquran dan buka bersama adalah salat dengan jamaah.

Di bulan-bulan lain, mungkin orang akan biasa saja kalau solat sendiri, tapi di bulan ini, sangat diusahakan bisa jamaah. Bahkan dan pasti sangat hanyak di antara kita yang solat isyanya sebulan full ini jamaah karena gandeng dengan tarawih. Sungguh perubahan yang sangat signifikan dari segi kesempurnaan syariat beragama. Semoga berbanding lurus dengan tingkat ketakwaan.

Ngomong-ngomong soal jamaah, memang kadang-kadang menjadi memudahkan ibadah, tapi bisa juga lebih sulit.

Kira-kira seperti ini,
Memudahkan tatkala berurusan dengan kemalasan, kemalasan bisa teratasi kalau kita bersama, sehingga jamaah bisa jadi jalan keluar dari kemalasan agar kita lebih giat beribadah.

Selain itu jamaah salat memiliki jumlah pahala yang lebih besar dari pada salat sendiri, dan tentu untuk orang yang ingin hitung-hitungan tentang pahala, jamaah jadi momen sangat menguntungkan. Apalagi ditambah saat ramadan, pahala juga dilipat gandakan ratusan kali, sungguh sebuah panen.

Dan yang terakhir, jamaah lebih memudahkan ibadah diterima, karena dikerjakan bareng-bareng, ada satu saja anggota jamaah yang berhasil, bisa membawa seluruh jamaah selamat.

Namun perihal susahnya jamaah juga tentu ada, lawong dapat keutamaan berlipat pahala sampai mudahnya diterima, tentu melakukannya juga perlu usaha.

Seperti kita bermasyarakat, jamaah pun demikian. Tantangan paling berat buatku saat melakukan ibadah berjamaah adalah meletakkan ego dengan seimbang antara satu orang dengan yang lain. Persis seperti hidup di tengah-tengah masyarakat. Ego kita tidak boleh memakan ego orang lain.

Misal, anda jadi imam. Anda tidak bisa seenaknya mengkhusuk-khusukkan diri dan menjadikan salat anda berlangsung sangat lama, anda juga harus memikirkan bahwa anda sedang tidak sendiri, makmum anda beragam dan mungkin tidak semuanya bisa berlama-lama ibadah seperti anda. Sehingga pilihan ayat yang dibaca, lamanya merapalkan doa sampai tengat mengambil jeda antar gerakan tidak bisa sekarepe dewe.

Fokus pun jadi tidak sesimpel solat sendiri. Kalau kita solat sendiri, kita cukup melakukan ibadah terbaik yang kita bisa, merapalkan doa terbaik dan mengunakan ayat terfavorit. Tetapi saat jamaah, fokus kita harus ditujukan pada beberapa hal, yang tentu masih bermuara pada tidak menuruti ego sendiri karena saat jamaah kita sedang bersama-sama. Semisal ditenggah salat tiba-tiba turun hujan sangat lebat, sebagai imam ya ndak bisa tetap fokus pada ibadahnya sendiri, harus memikirkan bahwa salat yang dilakukan itu sedang bersama-sama, barangkali ada makmum yang kehujanan karena kebagian tempat salat di luar.

Hal ini tentu tidak terjadi di semua salat jamaah, untuk kondisi masyarakat yang homogen dan sudah terjadi kesepakatan tentu tidak bisa jadi ukuran. Semisal ada jamaah dibeberapa pondok pesantren yang tiap salatnya menghabiskan 1 juz dan membuat durasi salat menjadi sangat lama. Ini sah-sah saja, karena di lingkungan itu memang menyepakati hal itu. Beda ketika masyarakat yang jadi jamaah adalah sangat heterogen. Menjadi imam yang baik adalah menjadi pemimpin yang tidak memaksakan egonya sendiri.

Kalau mau salatnya sangat lama, laksanakanlah saat sendiri. Tapi saat bersama, lebih baik sewajarnya. Tidak malah dibalik.

Menjadi makmum pun sebenarnya tak lantas simpel, menjadi makmum kadang sering lengah bahwa ada kewajiban yang wajib dituntaskan saat salat. Sehingga tanggung jawab sebenarnya dipikul bersama.

Imam menyadari bahwa dirinya tak sendiri dan semuanya seperti dirinya. Makmum menikmati bagaimana cara imam memimpin salat. Dengan demikian kira-kira akan terjadi keseimbangan yang nikmat saat beribadah. bukan malah imam merasa dirinya yang patut diikuti, sehingga dia merasa apapun yang dilakukannya pasti semua makmum senang. Makmum juga tidak resah pada imam dengan caranya memimpin ibadah dan menjatuhkan tuduhan yang tidak-tidak.

Akhirnya, semoga ibadah kita menjadikan ketakwaan meningkat. Salah satu bukti kalau kita takwa adalah menerapkan laku kehidupan yang mencerminkan nama Allah. Allah itu maha kasih sayang, sudah sepatutnya kita juga selalu kasih sayang pada semua manusia. Sehingga saat solat jamaah kita juga harus sayang pada semua jamaah, tidak hanya sayang pada ego kita. Sepadan juga, ketika kita juga tetap sayang pada semua manusia selepas salam.

Selamat berpuasa, salam :)

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

Tengok Sahabat

Diberdayakan oleh Blogger.

Top Stories

About

- Copyright © Tigabelas! -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -