- Back to Home »
- Embun »
- Macet
Posted by : bakhruthohir.blogspot.co.id
Selasa, 22 September 2015
Malang,
Duapuluh satu September 2015
Selamat malam
Indonesia, akhirnya kembali mengelana di dunia curhat lewat artikel didunia
blog, setelah beberapa hari tak menyentuh dunia tulis karena ada kegiatan dan
sedang terkena candu hoby baru. Ya semoga semuanya membawa manfaat.
Pada malam
hari ini mari kita kembali belajar bersama dalam menyelami kebiasaan bangsa
kita, ya meskipun masih saja mambahas hal-hal yang harusnya bisa kita rubah
untuk lebih baik, dan jarang membahas kearifan lokal kita, setidaknya semoga
ini bisa menjadi refleksi untuk kita semua, dan kita bisa belajar dari
budaya-budaya kita sendiri.
Pada kali ini
kita akan membahas tentang macet. Nah mungkin ada yang bertanya, kenapa kok
macet, apakah macet adalah tradisi negeri kita atau hoby, sehingga hal ini bisa
kita lakukan di banyak tempat di negeri tercinta kita? Sampai harus dibahas.
Penulis disini
tak begitu ingin menggeneralisasi apakah macet sudah menjadi budaya atau hanya
fenomena lalu lintas saja. Tapi penulis disini ingin mengajak berfikir dan
memperbaiki diri, bersama-sama mencari penyebab dan reflek masyarakat kita
dalam menanggapi macet.
Penulis
bukanlah orang yang mempuni dan kompeten dalam dunia lalu lintas dan
manipulasinya, karena memang tidak ada background sama sekali didunia itu,
sehingga alangkah lebih bijaknya, kali ini akan kita bahas sesuai dengan
kemampuan kita saja. Yah, dalam tulisan ini akan kita kemukakan penyebab macet
dari latar belakang watak masyarakat kita.
Sebelum kita
menelisik apa sebenarnya penyebab macet sesuai watak masyarakat kita, pasti
sering kali kita dengan pendapat di berbagai media baik cetak maupun
elektronik. Ada yang mengatakan macet disebabkan karena volume kendaraan di
jalan sangat besar, ada pula yang mengatakan jalan kita kurang lebar, sehingga
terdapat penumpukan kendaraan dan tak dapat menampung jumlah kendaraan di
jalan-jalan.
Ya alasan
diatas memang tak dapat kita benarkan dan tak dapat kita salahkan, karena
memang demikian adanya. Namun menurut penulis, ada hal yang lebih urgen dibanding
kita harus mendukung program memperbesar jalan agar tidak terjadi penumpukan
kendaraan dijalan sehingga menyebabkan macet. Penulis mengusulkan adanya
revolusi mental di setiap masing-masing individu kita.
Penulis
berpendapat bahwa negara kita memiliki hoby macet bukan karena jalan kita
kurang lebar, tetapi karena kita punya sifat tak tertib dan tak sabar.
Beberapa dari
pembaca mungkin dan bahkan sering sekali melihat fenomena dijalan. Ada banyak
sekali pengguna jalan kita yang melanggar aturan lalu lintas, dari menerobos
lampu merah, memakan bahu jalan, sampai berkendara di trotoar yang sebenarnya
diperuntuhkan untuk pejalan kaki.
Hal-hal yang
tak tertib seperti inilah yang membuat negara kita memiliki hoby macet, karena
apabila ada banyak pengendara yang melanggar aturan jalan, keseimbangan jalan
juga akan semakin minim.
Kita telah
diciptakan dalam keadaan teratur, kita didalam kandungan selama 9 bulan, dan
kita selanjutnya melalui proses merangkak sampai bisa jalan. Namun apabila kita
sudah bisa berkehendak dan kehendak kita melanggar aturan, disanalah kehidupan
kita mulai tak seimbang.
Yang
seharusnya kita minum 8 gelas sehari untuk ideal, kita langgar dengan hanya 2
gelas dan menyebabkan kita mudah dehidrasi. Idealnya kita tidur 5 sampai 8 jam,
karena tak teratur, malam tak tidur, membuat kerjaan kita terbengkalai. Hal
yang sama juga akan terjadi dijalan, aturan untuk tertib rambu-rambu kita
langgar sehingga akan membuat tak seimbang kondisi jalan .
Diatas
penulis mengatakan, tak dapat kita salahkan pendapat penyebab kemacetan adalah
volume kendaraan dijalan sangat besar, dan jalan tak dapat menampung jumlah
kendaraan. Memang ada kalanya ini terjadi, dan dari kejadian ini, kita akan
dapati sifat masyarakat kita. Masyarakat kita selain punya sifat tak dapat
tertib, juga memiliki sifat tak sabar.
Teman-teman
pembaca pasti pernah menemui pada saat macet ada beberapa pengendara yang
membunyikan klakson ditengah kemacetan. Hal yang sangat lumrah memang. Penulis sering
kali nyelatuk di fikiran “apa ada efeknya membunyikan klakson? Toh dibunyikan
sebanyak apapun, kemacetan itu gak akan seketika hilang kan, gak mungkin kan
ketika kita membunyikan klakson, seketika kita bisa lolos dari kemacetan?”.
Sebenarnya yang perlu dilakukan kan hanya kita bersabar berjalan merambat dan
tetap tertib ditengah kemacetan.
Pasti pernah
ditemui juga kan, ketika sedang dalam kemacetan, selain membunyikan klakson,
beberapa pengendara kendaraan roda empat ada yang makan bahu dan trotoar jalan,
ya niatnya memang biar bisa nyelip dan sesegera mungkin bisa lolos dari
kemacetan. Namun agaknya itu hanya ekspektasi, karena pada realitanya hal itu
akan semakin membuat kemacetan lebih parah, karena macet tidak hanya di jalan,
bahkan sampai bahu dan trotoar jalan ikut-ikutan macet karena banyak kendaraan
yang masuk kesana.
Kejadian
macet ini memang hanya sedikit dari sekmen kehidupan kita di negeri ini.
Kondisi ini adalah contoh untuk kita, memang kita memiliki sifat tak sabaran
dan tak mau teratur. Sebenarnya bukan hanya dijalan. Dimanapun kita berada
sifat-sifat tak tertib dan tak sabar banyak kita temui.
Pertanyaan
selanjutnya, apakah ketika kita hidup tertib dan sabar akan membuat kita hidup
statis dan kaku? Penulis rasa tak demikian juga, malah apabila kita bisa hidup
sabar dan teratur akan lebih dinamis dan lues.
Waallahu
A’lam
Semoga kita
bisa memperbaiki diri dan negeri kita. Semoga negeri madani yang kita
damba-dambakan dapat terealisasi, semoga atlantis yang hialng itu akan segera
ditemukan dan terletak di zamrud katulistiwa ini. Amin.
Editor : M Iqbal Fahmi