Posted by : bakhruthohir.blogspot.co.id Jumat, 18 September 2015



Malang, tujubelas September 2015

Selamat siang Indonesia. Pas saat ini di tenggah siang hari memang sudah wajar kalau negara tropis seperti ini akan terasa panas, tapi tak ingin ikut-ikutan curhat seperti teman-teman yang mungkin sedang lupa kalua bersyukur itu perlu, mari bersyukur saja kita diberi panas ini, hehe.. dari pada diberi angin sampai buat crane roboh. Nah Lohh.. hehe

Namun, pada tulisan kali ini penulis juga kebetulan akan mengangkat tema tentang “lupa”. Kata yang memang sudah jadi Sunnah nya manusia kalua memiliki sifat lupa. Sudah maklum manusia itu lupa, tapi kalua lupanya sering, dibuat-buat bahkan sampai menyusahkan orang nah itu yang akan kita bahas saat ini.

Banyak disekitar kita kalua saat ini kita lupa, kalau kita sedang lupa.

Lupa untuk menciptakan kedamaian di bumi ini, lupa kalua kita perlu untuk saling menghormati, lupa kalua kita harus menjaga keberagaman, lupa kalua kita sama rata dihadapan hukum, lupa kalua kita harus memenuhi hak dan kewajiban kita, lupa kalua kita punya tanggung jawab dengan pekerjaan kita, lupa kalua kita tak sendiri di bumi ini, dan lupa-lupa yang lain.

Penulis sedikit menduga-duga kalua adanya orang ekstrimis, fanatik, sombong, intoleran diawali dari seseorang yang lupa dengan tanggung jawab esensinya.

Banyak disekitar kita, Saat ini guru lupa kalua dia adalah tenaga pencerdas generasi bangsa.
Banyak disekitar kita, Saat ini pemerintah lupa dia adalah seorang yang bertugas memimpin rakyat dengan adil.
Banyak disekitar kita, Saat ini pelajar lupa kalua dia harus menuntut ilmu setinggi-tingginya dan calon penerus pemimpin bangsa.
Banyak disekitar kita, Saat ini petani lupa kalua dia harus bekerja dan mengurusi tanaman di kebunya.
Banyak disekitar kita, Saat ini panitia acara lupa kalua dia harus bertanggung jawab dan melaksanakan segala job descriptionya.
Banyak disekitar kita, Saat ini orang tua lupa kalua harus merawat dan memberi kasih sayang serta perhatian pada anaknya.
Banyak disekitar kita, Saat ini anak-anak lupa kalua harus menghormati orang tuanya.

Bagaimana penulis tidak menduga-duga, orang lupa yang membuat dunia ini terasa intoleran. Ketika kita ingat pada tanggung jawab kita, itu akan menuntun kita pada keadaan ideal dan professional pada apa yang harus kita kerjakan.

Seorang guru apabila dia ingat kalua tugasnya untuk mencerdaskan generasi muda, tak akan ada guru yang akan subjektif memberikan nilai. Beberapa kali penulis temui, guru saat ini bukan lagi sebagai pencerdas generasi bangsa, tetapi juga berperan sebagai dewa pengatur nilai hasil belajar. Yang lucunya lagi, apabila sampai terjadi pemberian nilai tergantung pada perasaan guru pada murid. Apabila guru ingat kalua dia seorang guru, seyogyanya dia akan mengajarkan akhlak pada muridnya dan menuntunnya untuk mencari ilmu setinggi-tingginya. Sehingga dari sana akan meminilisir kegiatan intoleran antara murid dan guru.

Akan sangat mungkin terjadi pada murid yang kebetulan tidak terlalu dekat pada guru tersebut, dia akan melakukan hal-hal intoleran pada gurunya dan/atau diluar sekolahnya, karena dia sudah diperlakukan secara tidak adil oleh gurunya tersebut.  Dari sana akan mucul orang yang fanatik membela guru tersebut karena diberi nilai tinggi dan fanatik benci pada guru itu karena diberi nilai dengan tidak adil!.

Ini hanya contoh kecil dari sekmen kehidupan kita, akan terjadi hal yang sama pula pada orang tua, anak, pemimpin, petani, kiai, panitia, peserta, pelajar dan semuanya yang ada dibumi ini. Akan muncul perilaku ekstrim pada diri dan sekitar kita apabila diawali dari kegiatan kita yang lupa pada tanggung jawab esensial kita.

Wallahu A’lam

semoga kita selalu dilindungi tuhan, dan diberi petunjuk. Dan semoga negeri kita lebih baik dan tak terus menerus menjadi negeri yang lupa. Dan kita ingat kalua selama ini kita sudah lupa. Dan ingat bahwa sering kali kita lupa diri dan malah mengingat-ingat kesalahan orang lain. Bukankah sudah ada kata bijak yang mengatakan untuk mengoreksi diri kita dulu sebelum mengoreksi orang lain. Artinya ayo ingat diri dulu sebelum ingat-ingat orang lain. Sering kali kita lupa, bahkan sampai penulis sendiri lupa apakah saat ini sudah memberi hak pada perut penulis apa belum, hehe. Maaf curhat, hehe


semoga bisa memberi manfaat, amin.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

Tengok Sahabat

Diberdayakan oleh Blogger.

Top Stories

About

- Copyright © Tigabelas! -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -