Posted by : bakhruthohir.blogspot.co.id Sabtu, 01 Juni 2019

[Sumber: mj-alfalah.blogspot.com]

Akhirnya semalam mengikuti rangkaian khotmil Quran yang dilaksanakan langgar sebelah rumah. Kegiatan ini memang dicocokkan dengan malam ganjil di 10 terakhir ramadan, tujuannya tak lain dan tak bukan untuk mencari kans peluang bertepatan dengan Lailatul Qadar.

Ndak perlu terlalu tegang karena dari kemarin aku selalu bilang soal mencari Lailatul Qadar yang seolah-olah semua ibadah dimaterialisasi. Semua ibadah harus untung.

Hal ini dikarenakan salah satu jalan masuk mengajak orang untuk mau beribadah terutama yang awam ya lewat dengan apa manfaat yang didapatkan ketika mau melakukan sesuatu. Urusal level beribadah, itu bisa dilatih, yang penting kan mau ibadah dulu.

Seperti belajar, analisis itu penting, evaluasi apalagi, sintesis malah hampir puncak dari tataran keilmuan. Tapi semua itu tidak akan bisa berjalan kalau pondasi keilmuan tidak dimiliki. Pondasi keilmuan jelas adalah tau tentang ilmu yang akan dibahas. Sehingga anak selevel SD pasti diberi banyak hafalan. Anak SD tidak harus bisa menganalisis secara tajam, tipis-tipis saja dulu, ndak papa, yang penting tau dulu tentang apa yang mau dianalisa. Kemampuan analisis nanti diasah sambil jalan, pelan-pelan.

Sehingga untuk tahapan masyarakat kampung, mau baca Quran dan salat jamaah rutin itu sudah bagus. Ndak perlu sampai semua orang diwajibkan paham nahwu sorof, asbabun nuzul sampai tafsir. Biar itu menjadi bagian otoritas yang ditunjuk kampung, semisal lulusan pondok pesantren atau kiai kampung.

Kembali ke khataman yang semalam aku ikuti. Kegiatannya full dengan membaca Alquran dari awal sampai akhir, diawali selepas subuh dan diakhiri selepas tarawih.

Sehingga memang yang dilakukan hanyalah membaca. Kalau bahasa orang yg lebih progresif, yang dilakukan hanyalah mengeja. Karena bisa dikatakan dari banyaknya orang yang membaca Alquran kemarin sama-sama tidak mengerti maksud dan tujuan dari apa yang dibaca.

Manfaat dan sedikit tafsir diberikan saat selesai berdoa bersama. Namun yang benar-benar aku baru sadar adalah khotmil quran di desa selalu dibarengkan dengan kegiatan sholawat nabi.

Sebenarnya sejak dulu, cuma aku sadarnya baru sekarang, bahwa apa yang berhubungan dengan Alquran selalu gandeng dengan sholawat nabi.

Ini tentu bukan sesuatu yang diada-adakan, kita tahu bersama bahwa Alquran adalah mukjizat paling agung dari Rasul Muhammad saw. Sehingga tentu kita perlu berterimakasih pada baginda Muhammad saw.

Kalau diingat-ingat, saat itu, saat turunnya Alquran untuk pertama kali, terjadi 3 buah peristiwa besar yang terjadi di waktu bersamaan. 1. Turunnya Alquran dari langit arsy ke langit bumi 2. Menandai awal masa kenabian dan 3. Lailatul Qadar.

Sungguh ramadan menjadi bulan yang semakin istimewa. Apalagi sampai kita tidak menyia-nyiakan malam ramadan. Bisa jadi kita juga bertemu dengan Lailatul Qadar yang notabene adalah hari di mana Nabi Muhammad saw. pertama menerima wahyu Alquran dan memulai masa kenabian.

Sehingga sudah sangat pasti bahwa Alquran dan hadis adalah satu kesatuan yang selalu berkelindan.

Namun, kita sebagai orang awam tak bisa serampangan menggunakan kedua wahyu agung itu. Kita perlu juru masak isi kandungan Quran dan Hadis, si pemilik otoritas tafsir yang dapat membantu kita memahami sari pati kandungan Alquran dan Hadis.

Semoga kita tidak terlalu tinggi hati yang membuat tidak mau belajar.
Salam :)

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

Tengok Sahabat

Diberdayakan oleh Blogger.

Top Stories

About

- Copyright © Tigabelas! -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -