Posted by : bakhruthohir.blogspot.co.id Selasa, 04 Juni 2019

[Sumber: earnest.com]
Melihat hilal dan sidang isbat sudah dilakukan kemarin dan sudah memutuskan bahwa hari ini adalah puasa terakhir tahun 1440 Hijriyah. Yang belum bukber, tolong nanti segera bukber karena besok sudah tidak ada bukber lagi kecuali kalau janjian puasa senin kamis sebanyak 10 orang lalu kalian bukber sendiri. tapi saya jamin tidak akan segayeng bukber puasa ramadan karena yang melakukan senatero jagad. Jadi beneran ini, kalau belum bukber nanti sore segeralah. Hehe

Sudah mendekati akhir ramadan, tentu kita juga ingin berpisah dengan baik-baik. Kita sudah digembleng sedemikian rupa sebulan ini, sebagai hari perpisahan tentu kita ingin mendapat kesan yang baik di bulan ramadan ini. Jangan tiru yang semalam main petasan, kayaknya dia gak punya tivi, lawong takbirane masih nanti malam kok semalem wes main petasan, sungguh ra ndue adab. Indonesia gak sih, haissshhhhh~

Sudah tidak ada qiyamul lail untuk ramadan, semua sudah selesai tadi malam. Setelah buka puasa kita sudah masuk di bulan syawal, artinya kewajiban zakat wes ada, soalnya sebagian sudah menemui ramadan dan sebagian syawal, jadi yang belum zakat segera zakat. Yang merasa kurang dalam ibadah wes dilanjut aja selama 11 bulan ini, seng penting istiqomah, dan semoga bisa ketemu ramadan tahun depan.

Tidak ada cita-cita lain selepas ramadan kecuali kita menjadi lebih bertakwa, dapat terimplementasi dalam banyak hal semisal lebih berserah dan lebih tau diri kalau kita ini manusia. Kita sebagai manusia punya penyakit yang sudah menahun, dan penyakit itu sebenarnya mempersusah kita untuk sampai menuju Tuhan. Tentu yang kita bicarakan adalah penyakit hati. Contoh, seringnya kita melakukan apa yang menjadi job-nya Tuhan, semisal kita mengerutu saat doa tak terkabul, padahal tugas manusia itu doa dan tugas Tuhan adalah mengabulkan, kondisi seperti ini sering membuat kita lupa bahwa tugas kita adalah doa dan berencana, kita sering kebablasan sampai ingin di posisi yang bisa mengabulkan.

Semisal yang kongkrit, kita punya kebiasaan sowan ke sarean untuk kirim doa ke leluhur, kalau misal prediksi hari raya itu selasa dan rabu, ya kan kita sowannya hari senin. Itungan dan prediksi pasti ada, apalagi yang mengatakan bahwa hilal masih amat kecil dan belum terlihat, tetapi kita tentu harus tetap rendah hati, bahwa prediksi hari raya emang antara selasa dan rabu, jadi sowannya ya tetap senin, tidak malah mendahulukan persepsi, mencoba memastikan dan merasa sudah tau kalau hari raya pasti rabu. Tentu sifat seperti ini yang membuat kita tidak rendah hati, kita merasa sudah lebih tau dari apa yang masih dicari dan diprediksi.

Penyakin yang lain semisal tidak syukur dengan apa yang sudah diberi, padahal hampir segala yang terpenting untuk kita sudah diberi sama Tuhan, tapi masih saja kurang dengan hal-hal yang sebenarnya tidak substansial. Kita gak tau rasanya saat dicabut satu nikmat paling besar semisal fungsi paru-paru. Tentu sudah modyar kita di dunia ini. Nikmat paling vital sudah diberi, kita belum mensyukuri yang sudah diberi tetapi malah minta sesuatu yang ndak substansial. Misal, mintak panas saat hujan dan minta hujan saat panas. Ini kan permintaan labil, permintaan yang seolah-olah kalau dikabulkan jadi enak, tapi malah sejatinya merusak tatanan alam. Lawong Tuhan memberi cuaca ini salah satu pemberian yang paling realistis, semua ada sebab akibatnya.

Penyakit lain yang sering menghantui kita adalah tidak sabar. Terutama saat dunia sudah dihimpit sosial media, dengan tawaran semua bisa serba cepat, mengakibatkan kecenderungan kita menjadi tidak sabaran dalam proses dan memilih yang instan-instan saja. Padahal tentu akan berbeda hasilnya ketika sesuatu dilakukan dengan sabar dan yang tergesa-gesa. Baru belajar suatu hal setahun sudah mendapuk diri jadi pakar, sudah merasa punya otoritas ini itu, sampek berdoa yang macam-macam, mengancam pula, kok pede bakal diijabah kayak waliyullah saja. Ini kan tanda ketidak sabaran dalam proses. Ini kan kayak si pembaca meme yang sombong di hadapan seorang penikmat buku.

Masih banyak sekali penyakit-penyakit hati yang perlu kita kendalikan dan kelola, tentu teman-teman bisa mencari kelemahan diri masing-masing, lalu dievaluasi dan berusaha diolah agar tidak melarut-larut menjadi kebaisaan dalam diri yang malah mendestruksi keefektifan hidup.

Selamat berpuasa hari terakhir, salam :)

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

Tengok Sahabat

Diberdayakan oleh Blogger.

Top Stories

About

- Copyright © Tigabelas! -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -