- Back to Home »
- Angin »
- Si Rohman Suka Melamun
Posted by : bakhruthohir.blogspot.co.id
Rabu, 30 Maret 2016
gambar dari
http://misterbo13.blogspot.com/2011/12/1001-cara-dalam-mencontek.html
Waktu menunjukkan pukul 08.00 WIB, terlihat pula di spedo
motorku menunjuk ke angka 80 Km/h. Saat ini aku sedang berjalan pulang ke
Lamongan dari Malang, kabupaten kelahiranku, buat nyambung silaturahmi
dengan keluarga di rumah, kali saja ada yang kangen, hehe..
Kenalkan, sebut saja namaku Rohman. Kalau ada ramalan
golongan darah yang mengatakan golongan darah O cocok buat nyetir karena
fokus, itu tak terjadi di diriku. Ngelamun ya itu hobiku, bahkan saat di
jalan, membayangkan hal ini-itu, pikiran meloncat dari kejadian satu ke
kejadian yang lain, melihat-lihat segala tulisan dan pamflet di jalan, ahh
sudahlah, biarkan saja orang yang suka melamun ini berwisata gratis dengan
pikirannya sendiri.
Saat ini lagi musim pemilu, di sana sini ada banyak sekali
poster-poster. Kalo biasanya yang ngerumbuki jalan hanya poster produk.
Dari produk makanan, kecantikan, obat pembasmi hama, badut ulang tahun sampai
tukang sedot WC. Kalau musim seperti ini iklan diri dari calon-calon legislatif
yang mendominasi, gak usah di tanyak berapa jumlahnya, malah bisa lebih banyak
dari iklan-iklan tukang sedot WC itu. Pas melintas di kabupaten Sidoarjo aku
tengak-tengok iklan diri calon-calon legislatif, ada satu yang menurutku paling
berkesan, bukan karena calonya terlihat tampan atau cantik, bukan juga karena
moto dan visi misinya yang kece dan aku tak paham maksudnya, tapi ada sebuah
tulisan advertensi yang tertera di salah satu poster calon, pas di bawah
namanya ada tulisan “anak kiai bla bla bla”. Wah kalau ketemu yang beginian,
hobiku yang satu gak mau ketinggalan. Kenalkan satu lagi hobiku, selain aku
suka ngelamun, ngomentarin adalah salah satu hobiku juga. Kalau ini sinetron,
sambil liat gambar itu akan muncul suara aneh yang entah dari mana asalnya
seraya berkata “jasik!, itu yang nyalon dapurane apa bapake..
bapak e kiai kok di ajak kampanye”.
---
Sudah separuh perjalanan antara Malang Lamongan, sampai di
perempatan Krian, aku keingat sama kata-katanya Om mus. Om mus memang suka
ceramah kesana-kemari, sudah kayak bintang pantura saja, dari panggung ke
panggung. Om Mus sempat mengutip dawuh-e Rasul Muhammad SAW, kata Om Mus “Islam
itu datang dengan keterasingan dan akan kembali terasing”. Dulu Nabi Muhammad
itu sendirian Islam di lingkungan kafir qurais, dan nanti Islam akan kembali
terasing. Bukan jamaahnya yang sedikit, tapi nilai-nilai Islam yang terasing.
“Ambil saja contoh orang jujur, kok kayak-kayaknya sulit sekali cari orang
jujur saat ini” kata Om Mus.
Iya juga si, kok kayaknya sulit cari orang jujur, dari sekian
banyak gambar-gambar calon ini, kita gak bisa menilai kejujuran dari profilnya
saja.
Sssssssssseeeeetttttt ... pikirku kembali melayang, kembali
ke kejadian beberapa bulan yang lalu.
Malam ini, malam jum’at, tapi ini bukan cerita horor, hehe
Tit tit.. tit tit.. itu suara telepon gengamku, itu suara
SMS. Ku ambil telepon gengamku, tak lihat, itu adalah SMS dari salah seorang
adik tingkatku kuliah, saat ini aku mengulang satu mata kuliah, bukan karena
aku gak lulus, tapi memperbaiki nilai, ini bukan titik penting, haha... sebut
saja namanya Tita. Isi pesan singkat dari Tita seperti ini “mas, besok pas
kuliah jangan telat ya, nanti dimarahi”. Minggu kemarin saat minggu pertama
kuliah aku memang bolos karena ada kegiatan, jadi aku belum sempat bertemu
dengan Bu dosen.
Aku mulai berbicara lagi dalam hati “walah.. di marahi saja
sampai buat pengumuman si Tita ini, di marahi yo gak bakal sampai 2 jam dan
menghabiskan seluruh waktu pelajaran kan”
Keesokan hari saat kuliah, aku datang tepat waktu, kulihat
juga Tita sudah ada di ruangan, dia duduk di depan. Waktu berjalan, tak lihat
memang ada beberapa orang dari kelas ini yang belum datang, ada beberapa
mahasiswa dan mahasiswi yang nampaknya bakal bernasib telat dan yes bakal di
marahi, haha
Kelas kami mengadap ke selatan, dan pintu berada di belakang
kelas, berada di sisi utara kelas. Para mahasiswa duduk di sebelah barat alias
jauh dari pintu, sementara mahasiswi duduk di sebelah timur. Di kampusku memang
seperti itu, duduk mahasiswa dan mahasiswi tidak campur, biasa.. biar tetap
dengan nuansa Islami, hehe.
Tak lihat jam tangan, ini sudah telat 10 menit, tapi Bu dosen
belum datang e, dan beberapa mahasiswa dan mahasiswi juga ada yang belum datang.
Tet.. ehh panjang umur bener Bu dosen ini, baru di rasani sudah nongol saja,,
dan yey, akhirnya akan ada tontonan, melihat orang dimarahi, ya meskipun aku
tak tahu sampai level apa marahnya Bu dosen ini, masuk level iblis apa malaikat
penjaga pintu neraka, haha
O iya, aku lupa menceritakan, saat ini kampus lagi lampu
mati, aku juga gak tahu, kenapa gensetnya gak nyala, jadi kelas kita agak gelap
dan otomatis proyektor gak bisa di gunakan saat ini.
Kita kesampingkan dulu ya level marahnya bu dosen ini, beberapa
bulan lalu aku sempet tulis di buku kecilku, kira-kira yang tak tulis seperti
ini “tenaga pengajar saat ini sudah berbeda dengan dulu, ketika dulu guru bisa
dengan baik mengajar dengan keterbatasan media pengajaran, guru-guru mengajar
dengan ciri khasnya masing-masing. kalau saat ini, guru cenderung memiliki gaya
yang sama, kalau gak ada proyektor sudah kayak ultra man mintak di cas, lemah
tak berdaya, haha” memang saat itu sedang mengalami kuliah pas lampu mati juga,
dan kuliah kami hanya berisi cerita gara-gara gak ada proyektor.
Lamunan ini kembali berkata “Bu dosen yang katanya galak ini
akankah lemah tak berdaya juga ya? hehe”
Dan mak bedunduk, belum sampai tahu Bu dosen ini masuk
kategori ultra man mintak di cas atau tenaga pengajar strong, ehh genset kok
nyala.
Bu Dosen berkata “itu proyektornya tolong di nyaalakan!” dan
salah satu dari kami yang bertubuh jangkung menjawab “enggeh bu”.
Kita mulai belajar dan tak lihat memang masih ada beberapa
mahasiswa dan mahasiswi yang belum datang.
Pelajaran mungkin sudah berjalan 3 menitan, aku menengok ke
pintu, ada 3 orang mahasiswi berdiri di depan pintu, dan wow wow wow, mataku
terbelalak, ini pengalaman yang luar biasa, dan bisa di contoh dalam
menghindari amukan dosen karena telat. Aku melihat 3 mahasiswi itu merayap, iya
merayap, suer merayap.. merayap dari pintu dan ujuk-ujuk duduk di kursi paling
belakang sembari menata wajah agar tidak terlihat kalau habis merayap karena
telat. Merayap coy, sudah tidak mirip kelas calon saintis ini, sudah mirip
kelas bela negara, haha..
“Wahh, sayang sekali, gak jadi ada tontonan dengan judul bu
dosen marah, untung sekali mereka bisa lolos” lamunanku agak kesal. Semoga
habis ini ada yang ketahuan telat lah,
dan aku kembali mengikuti kuliah.
Kuliah berjalan sekitar 15 menit dan terlihat ada 2 orang
mahasiswa yang akan masuk, kali ini mereka tak mungkin bisa merangkak, karena
bangku mahasiswa jauh dari pintu. Yes yes, akhirnya jurus dosen mabuk akan
dikeluarkan oleh Bu dosen yang katanya Tita galak ini.
Aku mengalihkan fokus dari papan ke pintu, dan aku lihat
mereka berdua seperti dorong-dorongan, mencari peluang paling pas agar bisa
masuk tanpa ketahuan. Mata mereka berdua celingukan mencari bangku yang masih
kosong dan gerak gerik Bu dosen. Sruut... Bu dosen menoleh ke papan, dan salah
satu dari mereka berhasil masuk dengan mengendap-endap seperti ninja,
langkahnya tak bersuara dan secepat kilat dapat sampai di dalam kelas, namun
hanya satu yang berhasil masuk, salah satu di antara mereka tak dapat momentum
sehingga belum sempat masuk kelas Bu dosen sudah menoleh lagi ke mahasiswa.
“wahh, edan, teman apa ini, meninggalkan teman sendiri,
memikirkan diri sendiri, asal dia bisa masuk, temannya di tinggal di luar”
lamunanku
Terlihat wajah mahasiswa yang di luar itu memasang mimik
protes pada temannya yang berhasil masuk, dan tak lama kemudian dia
meninggalkan tempat berdirinya dan pergi entah kemana, dia memutuskan bolos.
Sial, kembali gagal melihat Bu dosen marah, yang satu pakai
jurus merayap bak militer, yang satu jadi ninja. Dan sampai akhir kuliah tak
ada lagi mahasiswa atau mahasiswi yang mencoba masuk kelas.
“Iya ya Om Mus, sekarang sulit ya
cari orang jujur, baru proses belajar saja sudah banyak praktik tidak jujuran,
wong mereka mikirin diri sendiri Om, penting selamat bisa masuk kelas tanpa
ketahuan, mereka rela tak jujur ke Bu dosen karena telat. yang penting diri
selamat, urusan dosa lewat” lamunanku berkata pada Om Mus.
Tak terasa sambil mengingat-ingat
kejadian di kelas itu, sudah sampai saja di gapura masuk kabupaten Lamongan.
Kalau sudah sampai gapura ini perjalanan terasa cepat. tinggal jalan ke barat,
sampai pertigaan Deket terus lurus ke barat, masuk kota Lamongan, lurus terus
sampai kecamatan Turi, masih lurus saja ke barat sampai di pertigaan Sukodadi
atau orang sini biasa menyebut pertelon semlaran baru belok kanan ambil
arah ke wisata religi sunan drajat. Jalan terus ke utara, melewati Simo terus
sampai pertelon ngudi belok kiri. Lurus ke barat sampai melihat gapura
desa Kawistolegi kanan jalan, masuk ke kanan, melewati desa Kawistolegi, dusun
Rengin, dusun Bongkawak dan masuk ke dusun Pilang. Masuk ke dusun Pilang sampai
di RT 001/RW 002.
Dan pas di pukul 10.00 WIB aku sampai
di rumah, syukur Alhamdulillah sampai rumah dengan selamat.
Malang, tiga puluh Maret 2016