- Back to Home »
- Embun »
- Duga-duga (refleksi nonton bola)
Posted by : bakhruthohir.blogspot.co.id
Rabu, 03 Februari 2016
Malang, Tiga Februari 2016
Selamat pagi Indonesia. Masih saja terdengar rintik gerimis
sampai pagi ini sisa hujan kemarin sore. Hujan penuh rahmat yang mendinginkan
kepala dan hati manusia bumi yang setelah seharian kepanasan. Tulisan kali ini
cukup spesial untuk penulis, bukan hanya karena waktu penulisan yang tak
seperti biasanya, tetapi juga karena study kasus yang ingin di angkat. Beberapa
kali penulis ingin menulis dengan latar belakang hobi penulis yang sering
menonton pertandingan sepak bola, terutama tim favorit penulis, dan puji syukur
pagi ini kesampaian juga keinginan penulis untuk membuat sebuah refleksi hasil
menonton bola. Serius, tulisan ini adalah hasil penulis menonton bola.
Pada saat menonton bola, ada banyak sekali ragam penonton. Ada
penonton yang berteriak-teriak seraya bernyanyi mendukung tim favoritnya, ada
pula yang hanya diam sembari melihat gaya permainan yang di mainkan, dan ada
pula yang menjadi komentator dadakan yang mengomentari semua gerak pemain.
Namun untuk kategori yang terakhir ini, tak jarang bahkan sangat sering yang ditemui adalah
seorang kritikus subyektif. Bukan menjadi komentator yang objektif melihat
langkah permainan, tetapi hanya menyoroti pemain-pemain yang bermain buruk. Mungkin
hal ini dapat digunakan sebagai bahan bulian yang sangat empuk, apalagi yang
bermain buruk adalah tim yang memiliki nama besar dan sejarah tim yang bagus.
Pengalaman yang pertama terjadi beberapa minggu yang lalu. Saat
itu tim dukungan penulis memang bermain sangat buruk dan terlihat sangat
membosankan. Bagaimana tidak, para pemain hanya berputar-putar di tengah lapangan
dan membuat sedikit peluang. Skor bertahan imbang kaca mata sampai di menit 80.
Terlihat betapa membosankannya permainan itu.
Dalam pertandingan itu, ada saja orang-orang yang masuk dalam
3 kategori penonton bola yang sudah di sebutkan di atas. Dan tentu yang paling
terdengar suaranya adalah yang nomor1 dan 3. Kelompok yang pertama tak begitu
mengganggu ini terjadi karena kelompok penonton yang pertama adalah bagian
suporter loyal, entah bermain baik atau buruk tetap didukung, sehingga tak
begitu mengganggu pendengaran sekitar. Dan tentu yang paling terdengar gaungnya
adalah kelompok nomor 3. Yang mengomentari semua gerak gerik pemain.
Saat berlangsung pertandingan itu, ada satu pemain baru di
tim yang memang kiprahnya kurang baik, terlihat banyak akselerasinya yang gagal
dan tertahan di barisan pertahanan lawan, sehingga golongan suporter ke 3 ini
sangat gemar mencaci pemain ini. Sepanjang pertandingan pemain ini dihujat
karena di anggap tidak memberikan andil apapun untuk tim. Dan dhilalah
di akhir pertandingan. Seakan-akan Tuhan ingin mengingatkan kita semua.
Pemain yang selama pertandingan di hina melakukan akselerasi
lagi, akselerasinya sampai masuk kotak penalti dan akhirnya gagal kembali. Dia terjatuh.
Tetapi apa yang terjadi, tim ini mendapatkan penalti. yap, mendapatkan penalti
di ujung pertandingan, dan itu di sebabkan pemain yang kerap di hina sepanjang
pertandingan. Pemain baru ini terus berakselerasi dan dapat membantu tim untuk
mencetak gol lewat titik penalti. Memang yang menendang bukan pemain yang di
hina ini, tetapi yang mengambil tembakan penalti adalah kapten. Pertandingan selesai
dan akhirnya tim yang bermain sangat buruk ini tidak jadi kalah. Ya, tidak jadi
kalah karena orang yang selama pertandingan di hina.
Kejadian ini seakan-akan Tuhan ingin mengingatkan kita untuk
menjaga ucapan kita. Kata bijak berkata “berucap baiklah, kalau tidak lebih
baik diam”. Tuhan mengharapkan kita untuk tidak menjadi tukang bicara saja dan
tukang komentar, apalagi hanya komentar keburukan orang. Seandainya saja pemain
tadi tidak bermain, tentu tim tadi tak akan dapat penalti dan tak akan mendapat
kemenangan. Sehingga pemain yang di hina inilah pahlawan tim yang sebenarnya,
bukan si penendang penalti, ya meskipun tak dapat di katakan si penendang tak
berperan.
Apabila kita tarik garis untuk kehidupan sehari-hari, sungguh
tak patut kita terlalu menjelekkan dan membaguskan orang lain. Kita di anjurkan
untuk tetap moderat dan berperilaku adil serta sewajarnya pada sesama. Karena kita
tidak tahu, orang yang selama ini kita anggap baik nanti sebelum ajal menjemput
dia berbelok arah, dan orang yang saat ini kita anggap buruk nanti saat ajal
akan lurus di jalan Tuhan.
Sebaiknya kita wajar dan menjadi orang santun dari pada
terus-menerus menjadi tukang komentar apalagi hanya membicarakan keburukan
orang.
---
Kejadian yang kedua baru terjadi malam ini, ya masih dengan
tim yang sama. Tim favorit penulis sedang bermain. Tim ini memang dalam trand
buruk dan sering kali bermain angin-anginan. Kembali dengan penonton yang masuk
dalam kategori ketiga namun beda orang.
Pada pertandingan ini tim favorit penulis bermain cukup
efektif ya meskipun beberapa kali masih belum bisa menyelesaikan peluang. Namun
malam hari ini tim favorit penulis menang cukup telak.
Kali ini yang penulis temui adalah orang yang paling suka
menduga. Jangankan tim yang bermain, bahkan sampai teman-teman yang ikut
menonton pertandingan terkena dugaannya.
Terhitung semua dugaan yang terjadi malam ini mencapai kurang
lebih 8 dugaan, baik dugaan untuk tim yang sedang bermain dan untuk teman yang
sedang menonton. Dan penulis hitung dari 8 dugaan itu hanya ada 1 yang benar. 1
dugaan yang benar ini pun penulis sebenarnya sudah tahu, sehingga tanpa di
ucapkan sudah banyak orang yang tahu. Kenapa yang satu ini banyak orang yang
sudah tahu, ini dikarenakan kejadian terjadi saat Mr. duga-duga ini masih
tertidur, sementara kita yang lain tahu semua karena tidak ada yang tertidur.
Dari pengalaman ini pula kita kembali di ingatkan Tuhan,
bahwa ngomongin orang memang sebuah perilaku yang tidak baik, apalagi
sampai menduga-duga.
Banyak dari ucapan kita yang tanpa dasar dapat melukai hati
yang lain. Sehingga lebih baik menjaga hati orang lain dari pada menjadi Mr.
duga-duga.
Dan satu lagi, penulis teringat kata bijak “jangan tidur
pagi, nanti rizkinya dipatok ayam”. Nampaknya yang dimaksud kata itu bertitik
berat pada kata tidur, kita di anjurkan tidur secukupnya, agar kita mendapat
berkah rizki. Rizki di sini pun tak hanya berupa harta benda, namun informasi,
pengetahuan dan ilmu juga termasuk rizki. Dapat di bayangkan apabila
teman-teman bertemu dengan orang yang tak mengerti apa yang di omongkan (tak
dapat rizki pengetahuan) namun dia sangat suka menduga-duga, tentu akan menjadi
bumerang untuk dirinya sendiri kan.
Semoga kita dijaga dan tetap dalam koridor Tuhan.
Wallahu A’lam
Semoga kita diselamatkan Tuhan dan wafat dalam khusnul khotimah.
Mari kita semua belajar menjaga lisan kita masing-masing.