- Back to Home »
- Embun »
- Yang di Masjid Tadi Manusia Semua
Posted by : bakhruthohir.blogspot.co.id
Rabu, 06 Juli 2016
Sumber: http://www.rri.co.id/lhokseumawe/post/berita/183968/budaya/menyemai_tradisi_bersalamsalaman_di_hari_raya.html
Lamongan, enam Juli 2016
Selalu menjadi pengalaman yang menarik setiap tahun saat
dapat berhari raya di rumah, karena ada salah satu kebiasaan unik di masjid
saat salat Idul fitri dan belum pernah penulis temukan di masjid-masjid yang
lain. atau hanya karena ketidaktahuan penulis
Entah sejak kapan tradisi ini di mulai, karena tak ada
kesaksian sejarah atau bukti-bukti otentik yang berbincang soal hal ini, kenapa
harus di lakukan dan entah dengan tujuan apa. Dan yang pasti semua orang dari
anak-anak sampai dewasa senang dan antusias dengan adanya tradisi ini.
Di masjid Babussalam desa Tejoasri Lamongan saat selesai
mengelar salat Idul fitri akan selalu di tutup dengan saling salaman dengan
semua orang yang ada di masjid.
Saat khutbah selesai khotib akan memberi aba-aba dengan
membacakan sholawat dan seluruh jamaah akan berdiri dan merapatkan shof lagi,
kemudian jamaah paling depan akan mulai bersalam satu per satu dengan seluruh
jamaah dengan cara bergerak seperti
kotak amal, ke kanan ke kiri sampai selesai di ujung belakang shof salat.
Di tambah bacaan lantang dari semua jamaah membaca sholawat “Allahuma
solli ala Muhammad ya Robi solli alaihi wasalim” Membuat semakin semarak
acara salam-salaman ini.
Semua jamaah akan dengan semangat dan riuh gembira saat
salam-salaman dengan seluruh jamaah. Sehingga tak mengherankan pada saat salat
Idul fitri, banyak jamaah yang akan memilih berangkat lebih awal dan
mendapatkan shof paling depan agar nantinya bisa pulang terlebih dahulu.
Dalam acara itu kita akan merasakan bahwa semua yang ada di
masjid adalah manusia. Semuanya!.
Kita akan berjumpa dengan yang salamannya ingin mempertemukan
sela-sela jempol dan telunjuknya dengan orang yang di salami, ada juga yang
hanya menempelkan telapak, ada yang hanya menyentuhkan jari-jarinya bahkan ada
yang hanya menjawilkan tangannya. Memang seperti tak salaman ya kalo hanya dijawilkan,
tapi inilah manusia. Dalam satu desa saja, kita akan menemukan keragaman yang
luar biasa.
Kita juga akan menemui tangan-tangan yang kasar, kasar
banget, halus sampai halus banget. Terlihat setiap hari dari orang-orang ini
ada yang kebiasaannya memegang cangkul atau biasanya memegang pena dan buku.
Kita juga akan melihat banyak anak-anak pondok yang pulang,
terlihat mereka lebih alim dan islami dari warga biasa. Ada pula anak-anak
rantau yang lebih tembem dari warga biasa.
Kita akan melihat teman kita dulu sudah mengendong anak,
sudah mulai tumbuh jenggot dan kumis, sudah mulai tumbuh uban atau ya
biasa-biasa saja.
Kita juga akan menemui dari yang bersorban sampai yang
bertato. Dari yang menenteng tasbih sampai yang kupingnya bertindik.
Kita akan ingat teman kita sekarang tak bisa pulang kampung
atau orang-orang yang sejak dulu jadi musuh tiba-tiba nongol di masjid.
Orang-orang ada yang memberikan tambahan salamannya dengan
senyum, mencium tangan atau sekedar menyediakan tangan-tangan untuk di salam.
Inilah manusia, inilah desa, inilah masyarakat, inilah Indonesia.
Kita hidup tak mungkin tak beragam. Dan masih saja ada
orang-orang yang ingin menyeragamkan.
Kalau yang bertato kita paksa pakek koko dan yang bertasbih
kita paksa bertindik. Niscaya sebentar lagi akan terbelahlah masyarakat desa
ini.
Wallahu A’lam
Keberagaman yang sangat menyejukkan. Dan semoga di hari yang
fitri ini kita tak hanya menang tetapi benar-benar kembali fitri. Dan meningkatlah
takwa kita seperti apa yang di harapkan Allah SWT.
Terakhir penulis ucapkan selamat hari raya. Mohon maaf lahir
dan batin. Maaf apabila selama ini banyak salah dari maksud sampai seringnya
typo saat menulis. Maaf juga karena selama Ramadhan mutlak penulis hanya sekali
menulis, ingin istirahat, hehe ...
*pede-nya kayak ada yang tunggu update tulisane ae ru bahru (toyor
diri sendiri) hehe