Posted by : bakhruthohir.blogspot.co.id Senin, 22 Juli 2019

[Sumber: entertainment.kompas.com/]
Aku percaya bahwa menikah adalah kegiatan sakral. Bukan hanya karena harapan untuk dilakukan sekali seumur hidup, tetapi lebih dari itu, banyak hal yang yang dapat berubah dan munculnya berbagai kejutan setelah menikah. Sehingga memang aku pun percaya, menikah bukan perkara cepet-cepetan, butuh persiapan yang matang di dalam dan luar diri.

Saya belum menikah, sehingga bukti kesakralan menikah ini aku dapatkan dari pengalaman mengamati orang lain yang sudah menikah. Dengan sedikit bertanya kepada yang bersangkutan untuk mengverifikasi apa yang kuamati. Setidaknya aku punya dua cerita tentang sakralnya menikah.

Pertama, menikah yang akan memberikan barokah rejeki.

Saat itu, ada seorang perjaka yang belum menikah tetapi sudah bekerja. Dari pengakuannya, hasil kerjanya sebelum menikah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari masih sering kurang. Bahkan sesekali perjaka ini meminta tambahan uang pada orang tuanya.

Kebutuhan sehari-harinya pun sebenarnya standar, dari makan, pakaian, bensin dan beberapa keperluan rumah semisal sabun. Ditambah kebutuhan rokok yang akan menemani waktu senggangnya.

Dia hidup sederhana, bahkan jauh dari kehidupan bermewah-mewahan. Rokok yang dibelinya pun bukan rokok yang harganya mahal, rokok dengan harga medium dan itu pun dihabiskan dalam waktu kurang lebih dua hari per bungkus.

Segala yang melekat dalam dirinya pun sebenarnya tidak ada yang benar-benar mewah, semuanya serba sederhana. Mementingkan fungsi dari pada gengsi.

Ketika ia menginjak umur, mungkin sekitar, 27, Dia memutuskan menikah. Keputusannya ini pun membuatnya hidup pindah ke rumah istrinya, hal ini dikarekanan istrinya hanya tinggal bersama ibunya, karena ayah istrinya sudah tidak ada. Sehingga perjaka ini tidak hanya akan menjadi kepala keluarga kecil barunya, tetapi sudah akan langsung menjadi tulang punggung keluarga barunya.

Sebenarnya secara logika rasional, kehidupannya akan sulit. Bagaimana tidak, dia hidup sendiri saja masih harus amat sangat menghemat. Setelah menikah kok langsung menanggung kehidupan 2 orang, istrinya dan ibu mertuanya. Belum lagi setahun atau dua tahun lagi dia akan dikaruniai buah hati.

Tetapi harga rasional itu benar-benar terbantah.

Berkahnya menikah benar-benar terwujud darinya, jangankan untuk menghidupi keluarganya, pemuda ini pun mengaku bisa kridit 2 motor dengan lancar dan menabung sedikit demi sedikit. Padahal kerja yang dilakukannya pun tidak berubah dari sebelum menikah.

Dan aku sudah cukup dengan ini, lain kali saja aku membutuhkan penjelasan rasional lebih. Saat ini aku cukup dan mengamini bahwa menikah memang membawa keberkahan. Cara mendapatkan berkah itulah yang perlu dicari.

Kedua, menikah akan mengubah aura seseorang.

Kisahnya aku sudah kenal perempuan ini dari sebelum dia menikah. Dia orang yang baik dan penuh ketegasan. Ketegasan ini lah yang kadang-kadang serem juga kalau dilihat.

Mungkin niatnya bercanda atau sekedar meminta penjelasan pada suatu hal, tetapi rasa-rasanya serem aja. Sejujure sebagai teman yang tidak pernah punya masalah dengannya, aku juga cukup takut kalau misal ada masalah dengan dia, penyebabnya ya karena auranya kalau dia sudah mulai sebal itu serem sekali.

Sering dia digoda temannya dan terpancing percikan sebal kecil ala teman, itu pun ada seramnya.
Belum lagi kalau cerita pada orang yang tidak disukainya. Aura seram perempuan ini semakin pekat terasa.

Sehingga sentilan pertama yang muncul di otak saat mendengarnya dia akan menikah “ini beneran mau menikah, pacarnya aja sering dimarahi, gimana itu nanti keluarganya. Serem gitu e”

Dan, bimsalabim.

Setelah ia menikah, seminggu setelahnya aku baru bertemu dengannya lagi. Rasa-rasa serem itu sudah benar-benar alpa.

Dia digoda teman sampek sebal? Masih
Dia cerita orang yang tidak disukai? Masih
Dia marah-marah gemas ke teman? Masih

Tapi semua beda rasanya. Terasa ada nuansa ayem yang terpancar dari air mukanya. Sekarang, melihatnya hanya ada satu hal yang terpancar dari dirinya, gembira.

Anehnya, ketika dilihat di foto, dia tersenyum saat diambil gambar, rasanya si biasa aja, gak ada yang berubah dari sebelum dan sesudah menikah. Tetapi kalau sudah bertemu, barulah pancaran bahagia itu terasa.

Terasa banget malahan.

Dan sekali lagi, aku masih belum benar-benar membutuhkan penjelasan paling rasional tentang fenomena ini, biar ini menjadi misteri yang seru aja di hidup.

Selain dua yang aku ceritakan, sebenarnya ya ada beberapa menikah yang rasanya biasa aja si. Semoga kita kebagian efek indahnya menikah lah ya.

Untuk yang belum menikah, ya sekarang kita siap-siap saja.

Tidak perlu terburu-buru, yang sudah ada calon atau yang belum, kita masih kebagian jatah berusaha memperbaiki dan mempersiapkan diri. Biar kejutan Tuhan yang berperan.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

Tengok Sahabat

Diberdayakan oleh Blogger.

Top Stories

About

- Copyright © Tigabelas! -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -