- Back to Home »
- Embun »
- Mencari Kambing Hitam dari Viral Penolakan Pemutaran Wayang DI Jakarta
Posted by : bakhruthohir.blogspot.co.id
Kamis, 26 Januari 2017
Malang, Duapuluh
Enam Januari 2017
Empat Hari yang lalu (24/1) dunia
maya dihantam bom berita tentang menyebarnya spanduk-spanduk penolakan
sekelompok masyarakat tentang adanya agenda pemutaran wayang di wilayah
Jakarta. Gambar spanduk itu menghiasi banyak timline sosmed netizen.
Fenomena seperti ini sudah tak wah
lagi diera media super cepat seperti sekarang. Perputaran berita bisa dengan
sangat cepat diakses oleh siapa saja, dimana saja dan kapan saja. Secara khusus
penulis mengetahui viral spanduk itu dari akun Twitter putri Presiden RI ke-4
yakni Mbak Alissa Wahid dengan akun Twitternya @AlissaWahid.
Diambil dari @AlissaWahid |
Diambil dari @AlissaWahid |
Dalam akun twitter mbak Alissa
menulis cuitan “Dapat ini. Orang berhak
berpendapat spt di spanduk kiri. Tapi tidak berwenang melarang spt di
sepanduk kanan” dengan melampirkan spanduk yang dimaksud –spanduk kiri ditulis
dengan font berwarna merah, dan kanan dengan font berwarna hijau-.
Cuitan mbak Alissa di re-twit
sebanyak 455 kali dan dimention sebanyak 77 kali –sampai saat tulisan ini
dibuat-. Dapat dibayangkan cepatnya informasi tersebut terdengar oleh semua
kalangan. Tentu akan berefek pada semakin gaduhnya perbincangan dunia maya.
Kembali pada akun twitter mbak
Alissa Wahid, beliau menyebutkan bahwa ada 2 ciri penguna sosmed, yang pertama
adalah orang woles dan yang lain adalah orang sumbu pendek. Tentu tak
dapat dipungkiri bahwa munculnya dua karakter khas ini juga karena cepatnya
informasi ini membanjiri dunia maya.
Orang yang ekstrim suka wayang,
yang merawat budaya lokal, ekstrim benci Islam puritan dan seterusnya yang
berkarakter sumbu pendek pasti informasi mbak Alissa benar-benar menjadi teror
dan memusingkan kepala netizen. Ujaran halus mbak alissa tentang
menyikapi isu spanduk itu dengan bijaksana juga tak akan ditelaah dengan
jernih. Gimana mau baca dan mikir isi twit mbak Alissa, sudah tau ada spanduk
pelarangan wayang, tentu kata-kata yang keluar dari orang sumbu pendek tak
jauh-jauh dari “gimana ini, wayang kok dilarang, dasar Islam fundamental, sok
paling bener, gak kenal wali songo yang menyebarkan Islam di Jawa, kan salah
satu medianya juga wayang”.
Penulis pernah membaca obrolan
presidium GUSDURian Jawa Timur Abah Tatok di grup WhatsApp, bahwa dalam
menurunkan kepanikan seseorang, ya harus di putus adalah alur teror, apalagi saat ini
medsos berperan banyak dalam mempengaruhi psikis seseorang. Sehingga twit mbak Alissa kok menurut penulis salah satu perilaku meneruskan alur teror dan
membuat banyak orang panik, terkhusus pada mereka yang suka wayang dan
tergolong orang sumbu pendek.
---
Disisi lain, penulis melihat
spanduk yang viral itu memiliki perbedaan dengan sepanduk-spanduk yang
terpasang di kota Malang. Kalau dicermati betul, spanduk yang viral itu hanya
berisi kata-kata penolakan dan pelarangan serta nama kelompok masyarakat yang
menolak wayang. Tidak ada cap legalitas dari pemerintah kota. Berbeda sekali
dengan spanduk yang bertebaran di sudut-sudut kota Malang. Di kota Malang,
setiap spanduk memiliki masa aktif, sehingga saat masa aktif sudah habis,
spanduk itu dicopot.
Contoh Spanduk di kota Malang yang ada stempel pemerintah kota beserta waktu aktif spanduk |
Meneliti dari dua fenomena ini,
ada perbedaan perilaku pemerintah kota Malang dan Jakarta, yang mana saat di
Malang, penyebaran spanduk yang memuat ujaran kebencian seperti itu bisa
dikontrol penyebarannya. Dan ketika ada spanduk yang terpasang ditempat umum
tanpa ada stempel legalitas dari pemerintah kota, bisa langsung ditindak oleh
yang berwajib untuk diturunkan.
Penulis tidak tahu apakah di
Jakarta juga menerapkan aturan ini, sehingga saat di Jakarta memiliki aturan
yang sama dengan kota Malang, kok sepertinya penegak hukumlah yang kecolongan,
dan berakibat membuat kegaduhan ini. Dan apabila di Jakarta tidak memiliki
aturan seperti ini, nampaknya aturan pemerintah kota Malang perlu dikaji oleh
setiap pemerintah kota dan kabupaten agar ada filtrasi spanduk-spanduk yang
layak pasang ditempat umum dan yang tidak.
---
Dalam kasus ini, penulis juga
teringat pada perjuangan Nabi Muhammad dalam menyebarkan agama Islam. Tentu kita
ingat, saat awal-awal nabi Muhammad menjadi nabi, beliau berdakwah secara
tertutup. Dan menurut cerita Ustadz Ali Imron Muhammad Pengasuh Pondok
Pesantren Nuril Anwar Parengan Maduran Lamongan, saat masa awal kenabian masih
ada banyak berhala di Kakbah, Nabi Muhammad tidak menghancurkannya, beliau
thowaf di kakbah yang masih ada berhalannya. Menurut ustad Ali, itu karena Nabi
muhammad belum bisa menguasai kota Makkah, sehingga Nabi Muhammad tak punya hak
untuk menghancurkan berhala-berhala itu. Nabi muhammad sangat menghormati
pemerintahan yang masih dipimpin orang Kafir. Dan saat kota Makkah sudah dapat
dikuasai, barulah kakbah dibersihkan dari berhala.
Bukankah perilaku nabi Muhammad
ini mencerminkan sebuah hadits bahwa saat kita punya kekuasaan, perangilah
kemungkaran dengan tanganmu, saat tak mampu perangilah dengan ucapanmu dan saat
masih tak mampu perangilah dengan hatimu. Saat Nabi Muhammad belum punya
kekuasaan atas Kota Makkah, beliau hanya berdakwah diam-diam dan tidak
mengunakan kearoganan untuk menghancurkan kemungkaran. Beliau mengunakan
kekuasaan -diibaratkan tangan dalam hadits tersebut- untuk mencegah kemungkaran
–menghancurkan berhala di kakbah- saat kota Makkah sudah dapat dikaklukkan.
Ketika kisah ini ditarik dalam
kisah spanduk pelarangan wayang, sebenarnya yang mempunyai wewenang untuk
menurunkan hanya aparat kemamanan negara. Kita yang bukan aparat keamanan
negara tak berhak bersikap arogan dengan menurunkan paksa spanduk itu, apalagi
kita hidup di negara demokrasi yang membebaskan orang berpendapat. Sehingga saat
ada kasus-kasus seperti ini lagi, aparat keamanan lah yang harus bertindak cepat
agar tidak membuat gaduh di lingkungan masyarakat, serta para tokoh masyarakat
menjadi penjaga stabilitas masyarakat dengan ucapan-ucapannya yang bijak nan
menenagkan.
Semoga Kita Masih mau untuk terus
belajar dan memperbaiki diri.
Wallahu A’lam