Posted by : bakhruthohir.blogspot.co.id Rabu, 28 September 2016


Sumber: http://health.liputan6.com/read/616973/ragam-cara-orang-sembuhkan-patah-hati

---
05.39
Haloo
05.45
Halo halo
05.48
Tadi malam ninggal tidur lagi ya :D
06.02
Mas itu yang ketiduran dulu
06.12
Lo iyo ta? Bukane adek seng tidur dulu
06.14
Endak yo, tadi malem mas yang tidur dulu
06.16
Hehe,, iya iya maaf
---

Selagi menunggu jawaban pesan dari adek (-adekan). Aku menyempatkan membuat personal massage yang tak ada maknanya, sungguh-sungguh hanya membuat. “+62 - proletariat” di aplikasi chating BBM.

Beberapa menit setelah itu, dan adek masih belum membalas pesan, ada pesan baru dari adek (-adikan) yang lain.

---
06.36
Apa itu proletariat mas?
06. 42
Itu semacam lapisan sosial yang paling rendah, cari saja di KBBI lak ada dek.
06.50
Owalah iya mas, kalau ketemu kata-kata aneh begitu, bawaannya jadi kepo, hehe
Bagi-bagi ilmu dong mas
06.55
Ya kalau ada yang bisa di bagi, pasti saya bagi dek.
---

Di saat chating dengan adek yang kedua berlangsung, adek pertama membalas.

---
07.06
Mas gak ngerasa ada yang aneh gitu? Cuek terus
07.10
Lo siapa yang cuek dek? Adek yang cuek atau aku yang cuek?
---

“Mungkin ini lantaran kemarin aku sibuk dengan bukuku yang sedang kubaca dan tadi malam ketiduran” Gumamku
Hening beberapa saat, lalu terdengar suara teriakan jauh dari belakang rumah
“Gerard... Gerard...” dari belakang rumah Ayah memanggil. Sambil berjalan menghampiriku di kursi  ruang tengah rumah
Enggeh pak” sahutku sambil menenteng hape dan sesekali melihatnya
“hari ini jadi service sepeda kan?”
“iya pak, sepeda motore mulai gak enak di kendarai” jawabku sambil meletakkan hape di meja. “Belum jatuh tempo buat service aslinya pak, tapi sepedae terlalu sering digunakan perjalanan jauh. Kemarin saja sudah 3 kali keluar kota, jadi bener-bener gak enak”
“walah begitu, yasudah nanti nang di service” sahut bapak. “la mau berangkat jam berapa?”
“nanti jam setengah 9 saja pak”
“iya, jangan siang-siang. Entar kalau kesiangan antre panjang dan panas”
“iya pak”

Bapak pergi ke belakang lagi dan aku masih duduk di kursi tengah rumah sambil mengambil hape kambali. Kulihati lagi hapeku, memastikan apakah sudah ada pesan dari adek lagi atau tidak. Saat seperti ini aku mulai kacau. Memang sulit ketika menjalin hubungan dengan orang. Yang sulit adalah menjaga hatinya, meskipun bukan tak mungkin kita bisa sukses menjaga hati orang.

Yang memberikan tantangan adalah aku tak tahu dan hanya menerka kesalahanku apa untuk saat ini. Aku tidak mengetahui letak salahku di mana, sehingga sering-sering minta maaf (termasuk untuk kesalahan yang tak kita sadari) dan ngalah kadang kala menjadi solusi agar tetap bisa menjaga hati pasangan.

Kuletakan hape di meja, kujejerkan dengan cangkir kopi yang sudah paripurna aku minum dan aku melangkah ke belakang rumah untuk sarapan dan mandi.

***

“jod jodi, ayo ikut service!” seruku dari kejauhan pada adek kandungku yang masih malas-malasan di kamar
“endak wes mas, mesti lama nunggu-e, lagi gak ada paketan juga, nanti bosen di sana” jawab adekku enteng
“walah yawes kalo begitu”.
Karena Jodi tak mau di ajak, aku putuskan membawa bukuku yang kemarin aku baca untuk teman saat menunggu motor di service.

Kunyalakan motor dan berangkat ke bengkel. Waktu perjalanan dari rumah sampai bengkel menempuh waktu kurang lebih 15 menit.

Setelah sampai di bengkel, segera kuhampiri mbak-mbak penjaga dan pencatat keluhan-keluhan motor saat akan di service. Setelah itu aku duduk di kursi ruang tunggu.

Ruang tunggu ini berhadapan langsung dengan ruangan montir-montir menservice sepeda, sehingga dengan jelas kita bisa melihat apa yang mereka kerjakan. Hanya sekat kaca bening, mungkin, agar tidak terlalu bising kalau kita di ruangan ini. ruangan ini hanya berisi 3 kursi panjang, semi-semi mirip kursi di warung kopi, tetapi di lapisi spon. Majalah-majalah otomotif dan air minum. Tak ada teve atau kipas.

Kursi di ruang tunggu ini ada 3 buah, berjajar menghadap ruang montir bekerja, seperti memang di setting untuk siapa saja yang duduk di sini agar melihati montir-montir itu bekerja. Dan saat ini di ruangan hanya ada 3 orang termasuk aku, dan kami menempati satu kursi masing-masing orang.
Kuambil hape dan terdapat satu pesan dari adek (-adekan) yang pertama

---
09.02
Aku kuliah dulu mas
---

Hanya itu jawaban yang Ia berikan. Sepertinya Ia cukup marah dengan kecuekanku, yang aku sendiri tak tahu sisi cuekku di mana.

Aku segera mengambil buku yang aku bawa, kubaca kurang lebih sejam, sampai tak terasa motorku sudah akan selesai di garap montir-montir handal bengkel ini.

Di saat akan kumasukkan buku ke tas, datang bapak-bapak yang usianya mungkin 40 mendekati 50 tahun duduk persis di sampingku.
“dari desa mana dek?” sapanya memulai pembicaraan
“dari desa Sumber Rejo Timur pak” spontan aku menjawab
Baru sampai di percakapan itu, aku di panggil mbak-mbak pencatat keluhan motor
“mas Gerard, silahkan motornya sudah”
“iya mbak” jawabku sembari aku melangkah mendekati mbak-mbak pencatat keluhan motor. “habis berapa mbak?”
“90 ribu mas”
Selesai kubayar ongkos servis, aku menghampiri bapak tadi untuk pamit.
“pak aku pulang dulu ya”
“iya dek”. “tadi dari desa Sumber rejo Timur ya?” bapak tadi bertanya kembali memastikan
“iya pak” sergapku
“kenal bapak Subehan?”
“beliau satu gang dengan saya pak”
“kalau begitu salam ya, dari Agus desa Degilan”
“Iya pak” spontan aku menjawab, dan aku beranjak pergi

***

Di atas motor aku memukul-mukul kepala sendiri
“Bodoh-bodoh, kenapa aku iyakan. Sama bapak Subehan saja aku sudah lupa kapan terakhir aku bertemu -ini karena aku ngekost, jadi jarang di rumah-, bapaknya sedang sibuk apa aku tak tahu, apakah dia masih mengajar di SD harum namanya atau sudah pindah aku juga tak tahu. Bodoh-bodoh” gumamku dan aku mulai kacau (lagi). “ini sudah kadung jadi amanah, dan bagaimana kalau tidak aku sampaikan salam ini? nanti sore sudah harus kembali ke kost, apakah aku pasrah saja besok di akhirat digebuki malaikat lantaran tak menyampaikan amanah dari pak Agus dan tinggal bilang saja ke malaikat “maaf malaikat saya keceplosan””

Dengan kepala semakin pening aku tetap melaju ke rumah.

{ 2 komentar... read them below or Comment }

Popular Post

Tengok Sahabat

Diberdayakan oleh Blogger.

Top Stories

About

- Copyright © Tigabelas! -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -