- Back to Home »
- Embun »
- Manusia terjatuh dalam fungsi matematika
Posted by : bakhruthohir.blogspot.co.id
Selasa, 12 April 2016
Sumber: http://yayasanpulehaceh.blogspot.com/2012/01/delapan-jenis-kecerdasan-yang-dimiliki.html
Malang, Dua belas April
2016
Selamat malam!
Berbincang soal manusia memang
tiada habisnya dan penuh liku-liku. Ada kalanya manusia di sebut sebagai makhluk
yang selalu membuat sesuatu yang mudah menjadi rumit, semisal saja menyoal
beragama, pakem-pakem agama sudah ada dan tinggal dijalani tetapi selalu saja
yang namanya manusia ini ingin merumitkan dengan harus ini lah, harus itu lah,
dan bla bla bla. Ada kalanya manusia ingin men-simpel-kan sesuatu,
seperti menilai seseorang, manusia suka sekali menilai orang hanya dari
angka-angka, seperti rapor dan IPK, kesuksesannya di lihat dari berapa nominal
yang di raup hasil berwirausaha dan seterusnya. Saat penilaian di serupakan
angka seperti ini tampaknya kita telah melupakan nilai-nilai lain yang harusnya
dapat porsi yang sama selain angka-angka tersebut.
Kali ini penulis ingin
menyuguhkan sebuah pengingat untuk kita semua agar kita dapat bermanusia yang
lebih manusia, dan semoga ini tetap dalam porsi yang seimbang dan tak
berlebihan.
Manusia menurut penulis memiliki
integral. Dan masing-masing manusia memiliki integral yang berbeda antara satu
dengan yang lain. Integral yang penulis maksud persis dengan maksud integral
saat belajar kalkulus matematika dasar. Kalau tak salah ingat, dalam setiap
fungsi atau persamaan pasti memiliki rentang di mana dia berfungsi, dan rentang
berfungsinya sebuah persamaan itulah yang di maksud integral. Sehingga apabila
ada nilai yang dimasukkan untuk suatu persamaan, yang mana nilai itu di luar
integralnya, persamaan tersebut tak dapat di gunakan.
Persis seperti makna integral di
atas, penulis melihat manusia memiliki integral di mana dia bisa bekerja dengan
maksimal. Sehingga akan terlihat di sekitar kita ada manusia yang unggul di
bidang leadership, ada manusia yang unggul di bidang finansial, ada
manusia yang unggul enterpreneurship dan seterusnya. Jarang, atau mungkin
bahkan tidak ada manusia yang memiliki integral yang dapat mencakup seluruh isi
dunia. Kita ambil contoh cendikiawan Gus Dur, kita kenal beliau seorang yang
sangat luas wawasan literasinya, namun beliau tak cukup mumpuni dalam hal
administrasi. Terbukti saat beliau menjabat sebagai ketua tanfidiyah
PBNU, keberhasilan administrasi bisa di katakan biasa-biasa saja. Selanjutnya kita
kenal kolomis Goenawan Muhammad, mungkin semua orang yang mengenal dan pernah
membaca kolom-kolomnya akan mengakui kualitas dari kolom yang ditulisnya. Namun
belum keluar dari dunia tulis menulis, bang Gun mengakui bahwa dia tak cukup
pandai dalam membuat cerita semacam cerpen. Bahkan tokoh panutan umat Islam
yakni nabi Muhammad integralnya tak masuk dalam hal menulis dan membaca, karena
beliau terlahir menjadi seorang yang ummi.
Lalu hal apa yang masuk di
integral kita? Dan hal apa pula yang tidak masuk dalam integral kita?
Sepatutnya kita memikirkan hal
ini agar kita mengenal kelebihan, kekurangan, potensi dari diri kita
masing-masing.
Dapatkah kita memperluas
integral? Tentu bisa.
Dengan terus belajar dan
memperbaiki diri, integral kita akan semakin luas. Contohnya saja saat “dermawan”
masih berada di luar integral kita, kita dapat terus mengupayakan agar diri
kita dapat berperilaku dermawan di esok hari.
Perlu diingat dan dicatat, bahwa
hal-hal seperti rezeki, jodoh dan umur sudah ada yang mengatur dan itu sudah
pasti jawabannya. Jangan sampai kita salah fokus dalam hidup. Jangan lah kita
menempatkan fokus berlebih pada hal-hal yang sudah pasti kita dapat seperti
rezeki, jodoh dan mati. Kita harus mengupayakan sesuatu yang belum di tetapkan
dan masih bisa di rubah dengan upaya kita, seperti membuat kita berbuat baik
dan wafat khsnul khotimah.
Al-hikam karya Ibnu
Attailah sudah mengingatkan kita bahwa merugilah dia yang memfokuskan tujuan
hidupnya pada hal-hal yang sudah di tetapkan dan malah melupakan sesuatu yang
perlu di beri fokus lebih.
Patutnya kita berupaya untuk
selalu memperbaiki akhlak kita, dari pada melulu mengejar hal-hal duniawiyah
bahkan sampai melupakan Tuhan. Jelaslah untuk kita, dalam Al-Quran Allah tak
pernah memuji kanjeng nabi Muhammad dalam hal keilmuan, ketampanan ataupun
kekayaannya. Dalam Al-Quran, Allah hanya memuji kualitas Akhlak Kanjeng Nabi
Muhammad SAW.
Wallahu A’lam
Semoga kita tetap dapat bercermin
dan terus memantaskan diri kita, tak melulu memantaskan wujud rupa kita tetapi
juga memantaskan akhlak-akhlak kita.
Editor : Pangil saja Pucuk
sadis artikelnya sam
BalasHapusterimakasih, semoga ada koreksi untuk kesalahan-kesalahan dalam tulisan ini
Hapus