Posted by : bakhruthohir.blogspot.co.id Senin, 25 April 2016

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=TCpaI2TQqYs

Di dalam tai sapi yang menjijikkan ternyata terdapat sebuah manfaat yang luar biasa. Dari tai sapi kita bisa memanfaatkan zat methan yang dapat di gunakan sebagai penghasil energi. Ini adalah suatu ibarat, yang maknanya tentu suatu manfaat tak hanya dihasilkan dari sesuatu yang terlihat manis, kita dapat menemukan manfaat di mana saja, termasuk tai sapi!.

Seorang Raditya Dika yang terkenal sebagai komedian, penulis buku, artis twitter yang menjual dirinya dengan trandmark seorang jomblo dan hal-hal konyol lainnya, tak dapat sebelah mata kita menilai dalam hidupnya tak bermutu dan tidak ada yang dapat diambil manfaat ketika mengikuti hidup dan karya-karyanya. Salah satu yang jelas sekali memberikan manfaat -minimal untuk hidup penulis sendiri- adalah film karyanya yang baru beberapa bulan lalu di putar di bioskop, yakni “Single”.

Film ini berkisah tentang seorang lelaki lajang berusia sekitar 27 tahun bernama Ebi yang diperankan sendiri oleh Raditya Dika. Dikisahkan Ebi adalah seseorang yang telah di babtis menjadi jomblo seumur hidup alias dia tak pernah punya pacar selama hidupnya. Penyakit kronisnya ini di karenakan Ebi yang memiliki kebiasaan buruk saat berhadapan dengan wanita. Dia gugup dan terlihat bodoh ketika di depan wanita. Dalam usianya yang sudah akan berkepala tiga, dia memiliki pekerjaan menjadi stand up comedy-an. Dia memiliki 2 orang sahabat, yakni Wawan (Pandji Pragiwaksono) dan Viktor (Babe Cabita). Dan kisah mereka dimulai!.

Pada suatu malam minggu Wawan dan Viktor sengaja mengajak Ebi ke sebuah club, tujuannya tak lain dan tak bukan adalah mencarikan Ebi pacar, memang penyakit yang di derita ebi benar-benar masuk dalam level stadium akut. Banyak tips dan trik yang diberikan Wawan pada Ebi untuk mengait lawan jenis, dari bersikap cool, membayari minuman wanita sampai asyik joget-joget untuk menjadi pusat perhatian. Dan pada akhirnya malam itu tatap saja Ebi pulang dengan tangan hampa.

Beban Singel yang dipikul Ebi semakin berat saat dia diberi tahu adiknya yang lebih tampan dan mapan akan segera menikah. Dan adik Ebi ingin melihat kakaknya datang ke pesta pernikahannya membawa seorang pasangan. Dari sana Ebi mulai sangat serius untuk mencari seorang pasangan.

Banyak wanita yang lalu lalang di depan Ebi, dan tetap saja Ebi gugup menghadapi seorang wanita. Tetapi pagi itu benar-benar berbeda, ada satu penghuni baru di kosnya Ebi. Dia seorang wanita yang cantik seperti malaikat, sesuai namanya “Angel” (Annisa Rawles). Ebi kali ini benar-benar tertarik pada Angel, dan tetap dia bertingkah bodoh saat di depan Angel, namun Angel malah terhibur saat Ebi canggung dan bertingkah bodoh, sehingga mereka berdua cepat berteman baik dan mulai -agak- santai saat ngobrol.

Dalam perjalanan mereka berteman dan mulai akrab, muncullah seorang laki-laki yang mengaku sebagai kakaknya Angel, tepatnya kakak-kakakannya Angel, dia Joe (Chandra Liow). Joe adalah teman Angel sejak kecil, dan Joe sudah sejak lama menaruh hati pada Angel. Saat Joe tahu Angel punya teman baru, dan teman barunya itu memiliki ketertarikan juga pada Angel, saat itulah persaingan di antara Joe dan Ebi di mulai. Dari sering-seringan tebar pesona sampai dulu-duluan memberikan perhatian.

Beberapa pekan sebelum pesta pernikahan adik Ebi, Ebi di ajak berlibur ke Bali oleh calon mertua adiknya yang kebetulan memiliki perusahaan jasa travel, dan Ebi di persilahkan membawa pergi teman-temannya. Kesempatan ini tak di sia-siakan Ebi, dia mengajak Wawan, Victor dan Angel berlibur ke Bali.

Mendengar berita itu, Joe juga ikut berangkat ke bali sendiri. Dan harapan Ebi bisa semakin intens dengan Angel tanpa gangguan Joe pupus. Di Bali mereka berdua kembali bersaing ketat untuk merebutkan Angel. Sampai akhirnya terjadi klimaks dan Angel pun mengetahui kalau Ebi suka padanya meskipun selama ini tidak pernah di katakan.

---

Yang paling menarik dari kisah ini adalah kecerdikan Raditya Dika mengemas sebuah makna. Dalam balutan kisah komedi romantis, Radit menyelipkan makna-makna kehidupan secara implisit. Dengan cerita remaja masa kini, ringan, jenaka dan renyah. Terdapat sebuah makna kehidupan yang tak hanya bermanfaat, namun juga harus dikaji, bahwa di dalam diri seorang jomblo total semacam Ebi, hidupnya tak melulu berkisah tentang kegagalan cinta, tetapi juga ketulusan dalam berbuat.

Percakapan yang penulis ingat dari kisah ini, dan menggambarkan begitu polos dan tulusnya Ebi, salah satunya adalah sebagai beriku:

“Kamu anak baru di kosan ini?” tanya Ebi di suatu pagi
“Iya, aku baru pindah” sahut Angel sigap.
“Kamu kuliah?” Ebi menyela.
“Iya, aku kuliah kedokteran” Jawab Angel
“wow kedokteran, pinter dong. Kenapa ingin jadi dokter?” Muka Ebi cerah dan terlihat mulai ada ketertarikan
“aku ingin menolong orang” Sahut Angel kalem “kalo kamu kesibukannya apa?”
“aku biasanya mengisi stand up comedy setiap week end, tapi kalau lagi ada saja sih” Jawab Ebi enteng
Dengan senyum yang manis, lebih manus dari madu. Angel seperti menjawab ketertarikan Ebi “kamu lucu dong, kenapa memutuskan jadi stand up cemedy-an?”
“Aku seneng aja melihat orang tertawa bahagia” Jawab Ebi mulai gugup.

Dari percakapan singkat ini, apakah Raditya tidak ingin menyelipkan sebuah makna dari istilah “Manusia yang baik adalah yang paling bermanfaat untuk manusia lainya”?

Dari sekian banyak kelebihan dari film ini, tentu masih ada kekurangan yang harus di evaluasi bersama-sama. Seperti penggunaan pakaian yang memang apabila di tonton anak-anak harus di dampingi orang  tua, namun hal-hal seperti ini masih dapat di handle. Kekurangan lain yang menurut pandangan pribadi penulis adalah, kurangnya Radit memasukkan budaya-budaya asli Indonesia. Coba bandingkan dengan karya-karya film dari negeri paman Sam, dalam setiap karyanya mereka tak melewatkan sesi menampilkan bendera Amerika, propaganda nasionalis selalu menjadi agenda dalam film-film Amerika, karena itu film-film asli Indonesia juga harusnya dapat mempromosikan budaya-budaya khas Indonesia, agar tak tergerus arus globalisasi.

Namun dari segelintir uraian ini, kita patut bersyukur dunia perfilman Indonesia mulai berkembang dan semakin banyak jenis genre yang dapat penonton pilih untuk di nikmati.

Dan harapan kita bersama, film-film Indonesia tetap dapat mengedukasi khalayak ramai.

Selamat Malam!


Malang, 25 April 2016

{ 2 komentar... read them below or Comment }

Popular Post

Tengok Sahabat

Diberdayakan oleh Blogger.

Top Stories

About

- Copyright © Tigabelas! -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -