- Back to Home »
- Embun »
- Buat apa Beribadah? emang ada manfaatnya!!!
Posted by : bakhruthohir.blogspot.co.id
Minggu, 10 Januari 2016
Malang, sembilan Januari 2016
Selamat sore Indonesia, langit ini masih saja mendung dan
terdengar kabar bahwa di seberang kota sana sudah turun hujan, namun langit
Malang ini masih terjaga untuk tidak menitihkan air dari kumpulan awan-awan
hitamnya.
Pengaman seseorang sering kali linier dengan pengetahuan dan
kemantapan ilmunya. Penulis sadari ini ketika membaca karya-karya besar dari
orang-orang hebat seperti Gus Mus dan Gus Dur. Apabila beliau-beliau ini
menulis bisa berdasar pada pengalaman pertemuan dengan orang-orang besar lain
dari luar negeri atau dari pengalaman mengisi seminar. Namun apalah daya
penulis yang masih amatiran dan dengan bekal pengetahuan yang pas-pasan, ingin
sekedar membagi pengalaman kecil penulis, pengalaman saat berwudhu. Ya memang
penulis sadari bahwa tulisan kali ini berawal dari sesuatu yang terbesit
dikepala penulis saat melaksanakan wudhu dan hendak mengerjakan solat 5 waktu.
Saat itu masih pagi sekali, banyak dari teman-teman
sekontrakkan juga masih terlelap dalam mimpi. Penulis bangun untuk melaksanakan
salat subuh. Saat di kamar mandi dan mengambil air wudhu penulis teringat pada sebuah ceramah yang diberikan
di sebuah mesjid di kantor Mabes Polri saat penulis PKL di sana. Ceramah yang
sampaikan oleh seorang dai kondang mualaf berasal dari Surabaya itu menjelaskan
tentang toharoh -bersuci- dan menghususkan pembahasan pada bab wudhu. Pada inti
pembahasan, dai kondang itu ingin menganjurkan pada semua jamaah untuk
menyempurnakan gerakan wudhu. Sehingga wundu lebih lengkap dan benar-benar
terbasuh semua bagian yang wajib di basuh saat wudhu. Di bagian akhir ceramah
dai kondang ini nampaknya ingin memasukkan integrasi antara Sains dan Islam
dengan menunjukkan beberapa hasil penelitian temannya dari jepang tentang
manfaat wudhu perspektif sains.
Dai kondang itu mengatakan bahwa saat kita berwudhu, air yang
digunakan akan menggandung ion-ion yang berguna untuk tubuh, sehingga apabila
lengkap melakukan wudhu, tubuh akan lebih sehat. Beliau juga mengatakan bahwa
dengan wudhu kita lebih terjaga dari penyakit pilek, kutu air dan stres. Ini
dikarenakan air yang di masukan ke hidung saat wudhu bisa mencegah virus
influenza, air yang dibasuh di sela-sela kaki membuah kaki terhindar dari kutu
air dan membasuh kepala saat wudhu membuah kepala lebih relax dan jauh
dari stres.
Setelah mengambil air wudhu, penulis lanjut mengerjakan salat
subuh dan setelah salat subuh penulis kembali teringat bahwa solat juga ada
mafaatnya untuk kesehatan. Ada yang mengatakan bahwa saat kita bersujud, posisi
otak berada lebih rendah dari jantung, sehingga otak lebih teraliri darah lebih
banyak, sehingga otak bisa lebih pintar dan tidak mudah pelupa. Sedikit itu
yang teringat dari manfaat melakukan solat perspektif kesehatan.
---
Penulis teringat pada sebuah analogi dari Gus Mus, beliau
mengatakan bahwa beragama itu seperti sekolah, sehingga memang ada tingkatan
orang beragama. Orang yang sudah kelas atas akan lebih mantap pengetahuannya
tentang Islam dan lebih tenang menghadapi masalah. Analogi ini beliau gunakan
dalam menanggapi suatu masalah konflik yang mengatas namakan agama. Lalu apakah
analogi ini dapat kita gunakan untuk membahas manfaat kesehatan dalam
beribadah?
Kalau memang bisa di masukan, akan di masukan dalam pelajaran
setingkat apa? Islam kelas dasar? Islam kelas menengah? Atau Islam kelas atas?
Semisal manfaat beribadah kita masukan dalam pelajaran Islam
kelas dasar, dan digunakan sebagai motivasi beribadah, apakah itu benar-benar
tepat?
Semisal kita berada dalam posisi orang awam yang baru masuk
dan baru belajar Islam. Kita diberikan motivasi oleh pembimbing agama kita
bahwa dengan beribadah kita bisa lebih sehat. Dengan salat subuh rutin kita
bisa lebih bugar karena itu sama saja dengan senam kecil di pagi hari. Setelah
setahun beragama Islam dhilalah Allah memberikan kita sakit lumpuh,
siapa yang akan kita salahkan? Padahal di awal dikatakan salat bisa membuat
sehat, ini kok malah sakit? Apakah Allah berbohong?
Semisal yang lain. Saat kita selesai melaksanakan solat isya’
dengan gerakan wudhu dan solat yang tepat. Lalu setelah itu kita mendapat
musibah bertubi-tubi. Namun kita dapat tenang, dan kita berpendapat bahwa
ketenangan ini didapat dari efek ion-ion air wudhu yang sudah mengguyur kepala kita.
Pengetahuan ini apakah tidak membuat kita malah menuhankan wudhu, bukan lagi
menuhankan Allah?
Sehingga nampaknya kok kurang cocok memasukkan pelajaran ini
untuk Islam kelas bawah. Lalu apakah pelajaran ini akan cocok ketika di masukan
dalam tingkatan Islam kelas tengah atau tinggi? Kok nampaknya juga tak begitu
cocok. Orang sudah berpengetahuan cukup tentang Islam dan mengetahui tentang Islam,
Iman dan Ihsan apakah masih perlu motivasi-motivasi seperti ini. Sehingga dari
sana penulis sependapat dengan pendapat Qurais Shihab yang mengatakan bahwa
tidak ada hubunganya antara ajaran Islam dengan integrasi sains-islam.
Integrasi saing-islam adalah rahmat dari Tuhan, dan cukup
menjadi pengetahuan saja. Apakah kita sehat hanya karena kita solat setiap hari
dan wudhu dengan tepat, nampaknya salat tak seremeh itu. Karena salat adalah
ibadah, tak dapat kita samakan menjadi sebuah terapi kesehatan.
Memang Islam klinik kesehatan? Kok semua ibadahnya ada
manfaat kesehatannya. Cukup kita imani saja apa yang kita terima sebagai
perintah dari Allah.
Iman juga bertempat tidak hanya di satu tempat. Iman adalah
percaya kita di hati, ucapan dan perbuatan. Tak perlu ada bukti saintis agar
kita bisa yakin pada Allah, karena adanya kita di sini juga karena Allah.
Yang penulis takutkan adalah saat kita beribadah selalu
dengan niatan mencari bonus, betapa serakahnya kita sebagai manusia? Kita salat
dhuha agar kaya, kita salat rawatib agar ada tambahan amal, kita beribadah agar
sehat, dan bonus-bonus lain yang kita kejar kok kedengarannya membuat kita
semakin tak punya tata krama sebagai hambanya Allah. Apa-apa mintak bonus.
Kalau di perintah ya dilakukan kalau di larang yang di jauhi perkaranya,
bukankah itu hakikat kita bertaqwa kepada Allah.
Lalu saat kita mengetahui semua manfaat beribadah dalam perspektif
kesehatan. Apakah akan menambah keimanan kita? Apakah akan menambah motivasi
kita beribadah? Apakah menambah jumlah umat Islam?
Dari sana mari kita belajar ihlas dan benar-benar berserah
diri kepada Allah. Kita di sini karena Allah, kita sehat dan sakit karena
Allah. Kita hanya cukup bersyukur atas semua pemberian Allah, baik berupa
kesehatan, kesempatan dan pengetahuan -termasuk pengetahuan integrasi
Islam-sains-.
Wallahu A’lam
Semoga kita menjadi hamba yang benar-benar mutaqin dan
mendapat ridho dari Allah. Penulis percaya bahwa kebenaran penulis berpotensi
salah, kesalahan penulis berpotensi benar, karena kebenaran yang benar-benar
adalah kebenaran Tuhan. Sehingga mari terus belajar bersama-sama.
Mendalam dan reflektif. Mantap
BalasHapusmatur suwun abah tatok, mohon bimbinganya
BalasHapus