- Back to Home »
- Embun »
- Kimia ku, Kimia anda, Kimia kita
Posted by : bakhruthohir.blogspot.co.id
Selasa, 03 November 2015
Malang, tiga november
2015
Selamat sore Indonesia, sore ini
cukup sejuk, tak seperti sore-sore kemarin yang cukup terik, terdengar kabar
pula kalau di kota batu sudah turun hujan. Semoga membawa barokah dan
kebahagiaan untuk umat manusia.
Kali ini mari kita mengulas dan
mengaplikasikan salah satu idiom yang cukup populer di kalangan penikmat
karya-karya gus dur. Islamku islam anda islam kita. Itu adalah idiom yang
sebenarnya, namun semisal gus dur masih hidup pun, beliau tak akan marah kala
kita memplesetkan kata dalam idiom tersebut seperti judul esai ini. Yang penting
kita bisa memahami dan menarik suatu hikmah darinya.
Idiom islamku islam anda dan
islam kita menurut penulis adalah salah satu idiom yang sangat ramah dan tak
membuat orang-orang tersinggung. Karena pengunaan katanya yang tak hanya
memperhatikan islam milik ku, tapi juga islam mu dan pertemuan jenis-jenis
islam itu menjadi sebuah islam kita. Sama hal nya ketika kita gunakan idiom ini
dengan kata lain, semisal kopi ku kopi anda dan kopi kita. Yang memadukan
takaran pahit kopi milikku dan pahit kopimu serta akan terwujud kopi kita yang
sama-sama bisa kita nikmati yang disebut kopi kita. Hasil akhir dari idiom itu
berada di kata kita yang menunjukan sudah terinternalisasinya sebuah ego milik
ku dan milikmu menjadi ego bersama yang dibungkus kata kita.
Cukup mengejutkan ketika penulis
sempat ikut sebuah diskusi yang diadakan gusdurian malang dalam mengupas esensi
buku itu, ternyata makna asli dari idiom gus dur itu tak seperti yang kita
duga. Yang hanya sebatas terinternalisasi ego. Tetapi ada makna yang sangat
penting dibalik itu.
Kali ini mari kita bungkus makna
idiom tersebut dalam balutan ilmu kimia.
Ilmu kimia berkembang pesat pada
saat masa jabir ibnu hayyan, yang mana beliau sendiri dijuluki dengan istilah
bapak kimia moderen. Pada masa sebelum jabir ibnu hayyan, ilmu kimia disebut
ilmu hitam dan sihir, karena para ilmuan terdahulu mengunakan sebuah pendekatan
yang kurang ilmiah seperti ingin membuat emas dari air kencing hanya karena
kedua zat ini memiliki warna yang sama. Namun ditanggan jabir ibnu hayyan,
kimia menjadi ilmu yang sagat penting dan bermanfaat untuk hidup manusia. Salah
satu karya paling fenomenal dari jabbir ibnu hayyan adalah destilasi. Sebuah alat
yang digunakan dua atau lebih zat yang memiliki titik didih berbeda.
Uraian diatas adalah sebuah kimia
ku, kimia yang aku percayai, yang aku terima dan telah aku pikirkan
kebenaranya. Aku menerima itu tidak dari sebuah cekoan senior yang tak aku
fikirkan kebenaranya. Dan aku menerima hanya menerima.
Kimia adalah sebuah ilmu yang sulit,
dan apabila aku masuk ke jurusan kimia, aku dianggap pintar oleh sekitarku. Atau
mungkin keluargaku semua berilmu formal kimia, sehingga aku sebagai anak harus
belajar ilmu kimia juga, agar tetap menjaga tradisi keluarga. Atau aku belajar
kimia hanya karena aku ingin bekerja di pabrik dan berposisi sebagai analis di
laboratorium, karena kerjanya santai dan mudah namun akan mendapat gaji yang
tinggi. Atau aku di jurusan kimia hanya ingin mengejar gelar sarjana sains dan
tak memperdulikan khasanah keilmuan kimia apa yang dapat aku manfaatkan untuk
memperbaiki hidup dan mendekatkan diri pada tuhan.
Itu adalah kimia anda. Kimia yang
kita terima karena lingkunagn kita kimia, aku berada dikimia tak perlu berfikir
terlalu jauh masalah khasanah keilmuan, yang terpenting aku bisa bekerja, dan
dianggap pintar dan bergaji tinggi. Aku juga tak pernah berpikir kenapa aku
memilih kimia, karena aku hanya ikut-ikutan trand.
Ilmu sains sebenarnya adalah ilmu
yang tak mutlak, ilmu sains adalah ilmu yang sangat luwes dan terus berkembang
dari masa kemasa, apabila destilasi sampai saat ini adalah sebuah metode yang
masih dianggap baik dalam memisahkan zat-zat kimia, belum tentu metode ini akan
tetap bisa digunakan di masa depan. Sebagai seorang kimiawan kita harus
benar-benar memikirkan apakah kelemahan dan kelebihan metode destilasi,
sehingga kita bisa memodifikasi metode tersebut agar lebih baik dalam performa
memisahkan zat kimia, atau bahkan kita bisa membuat metode lain yang dapat
mengantikan destilasi.
Itu adalah kimia kita, kimia yang
mampu meneropong masa depan. Kimia yang menjadi trand seter, bukan hanya
follower. Kimia yang selalu bergerak ke situasi lebih baik dari sebelumnya, dan
mempertimbankan efektifitas sebuah ilmu kimia. Kimia yang tak ragu mengkritik
sebuah metode dan pengetahuan dahulu yang diangap sudah tak relevan dan
menciptakan sebuah metode dan penemuan-penemuan baru.
Dari contoh-contoh itu, kita
mencoba memahami idiom milik gus dur tersebut yang kita aplikasikan dalam
kimia. Yang apabila ditulis makna singkatnya, kurang lebih seperti ini:
Ku = sebuah kebenaran yang aku
percayai dan telah aku fikirkan bahwa pilihan dan pengetahuanku ini benar.
Anda = sebuah kegiatan yang hanya
ikut-ikutan, dan tak pernah memikirkan apa maksut dan kebenaran suatu
pengetahuan. Dan tak pernah terbesit bahwa kita perlu meneropong masa depan.
Kita = kegiatan meneropong masa
depan, dan mempersiapkan apa-apa saja yang sekiranya sudah harus diganti karena
telah tidak relevan dengan zaman, sehingga ilmu terus berkembang dan
bermunculan suatu yang baru dan bermanfaat.
Sehingga apabila kita telah
memahami makna sebenarnya dari idiom tersebut, gus dur mengharapkan kita
berfikir dalam posisi aku dan diaplikasikan dalam kita. Jangan sampai kita
terjebak di situasi anda, dan terlilit perkembangan zaman. Karena semua yang
ada didunia ini akan terus berkembang. Kita bertugas merelevankan pengetahuan
kita dengan zaman kita.
Pun dengan semuanya. Baik Islam kita,
kimia kita, kopi kita, sekolah kita, gus dur kita dan semuanya harus kita
elaborasi secara maksimal dalam teropong yang dibungkus kita.
Wallahu a’lam
Semoga kita bisa lebih baik, dan
terus belajar dari senior dan meneruskan perjuangaya. Kita berjuang didunia
kita, tak hanya berkutat di dunia anda, dan diawali dengan pemikiran di
duniaku.