- Back to Home »
- Embun »
- Seperti orang lagi kasmaran
Posted by : bakhruthohir.blogspot.co.id
Minggu, 25 Oktober 2015
Malang,
duapuluh lima Oktober 2015
Selamat siang
Indonesia, cukup lama tak menyapa dan mengotori dunia blog ini. Bukan karena
banyak kesibukan tetapi karena banyak istirahat, hehe, semoga semua kegiatan
kita membawa manfaat.
Kali ini tema yang
ingin dibawakan cukup berbeda dengan tema-tema sebelumnya, ya sesuai dengan
judul, kali ini mari kita sedikit bersua tentang dunia asmara, ya biar disebut
lagi kasmaran, hehe. Padahal tetap masih dibingungkan dengan pertanyaan “siapa
yang mau sama aku?” hahahahaha.
Tulisan ini adalah
sebuah rangkuman percakapan diskusi ringan malam dengan teman-teman yang biasa
berkumpul dan menamainya jamaah hepi (helium ngopi).
Malam itu kondisi
teman-teman memang sedang tak baik, karena ada beberapa hal yang membuat hati
bermuram durja. Inisiatif saja agar malam itu tidak berlarut-larut menjadi
sebuah malam yang suram, kita mendiskusikan soal asmara, karena tak ada satupun
orang didunia ini yang tak butuh cinta, hehe
Bermula dari sebuah
pertanyaan “bagaimana cara kita menemukan cinta sejati?”
Agaknya pertanyaaan
ini cukup menggugah pemikiran teman-teman dan antusias menyuarakan pendapat.
Sebelum memasuki
pemaparan jawaban, penulis sempat menyampaikan latar belakang kehidupan asmara
penulis. Menurut penulis, cinta hanya dapat dibuktikan dengan sebuah
pernikahan, karena pernikahan adalah sebuah ikatan komitmen untuk saling
menyayangi dan mendapat ridho dari semua keluarga dan tuhan. untuk orang yang
mengaku cinta tetapi masih dalam ikatan pacaran, menurut penulis itu belum
cinta, maksimal itu hanya sebuah perasaan sayang. Selain itu penulis
perpendapat bahwa pacaran hanyalah sebuah ilusi kebahagiaan, karena kondisi
berpacaran hanya mamaksa kita tersenyum tanpa kita bisa berbuat apa-apa pada
pasangan kita.
Selanjutnya, penulis
coba memaparkan kemugkinan jawaban dari
pertanyaan yang di utarakan di atas. Pertama/ cara menemukan cinta sejati tak
perlu dengan sebuah tahapan pacaran, cukup berteman baik, dan kita mengenal
satu sama lain dan apabila sudah siap dan cocok, bisa langsung kita mintak
sebagai calon istri dengan dilamar. Kedua/ perlu tahapan pacara tetapi tahu
batasan dan saling menghargai.
Setelah penulis
berbicara, giliran teman-teman yang berpendapat. Yang menarik dari percakapan
itu adalah beragamnya latar belakang asmara masing-masing personal. Ada diantara
kita yang sudah pacaran cukup lama, ada yang sampai LDR dan ada pula yang
sedang mengejar-ngejar cinta.
Jawaban pertama yang
diutarakan teman yang sedang pacaran, dalam menemukan cinta sejati, kita bisa
mengunakan metode dengan kita berhubungan sampai menemukan kondisi yang nyaman
dan tak ada lagi kerisihan, semisal tak ada rasa malu-malu lagi semisal ingin
kentut didepan pasangan. Artinya kita harus bisa menerima dan memaklumi
kebiasaan baik atau buruk pasangan kita. Pendapat yang kedua yang diutarakan
oleh teman yang sedang mengejar-ngejar cinta, cinta hanya soal waktu, kita
berhubungan dan menjaga komunikasi dengan baik, dan nantinya waktu yang akan
menjawab. Pendapat yang ketiga, diutarakan oleh teman yang sedang LDR, cinta
sejati harus memiliki rasa saling percaya, karena dengan saling percaya, cinta
kita tetap akan terjaga.
Setelah pemaparan
diatas, penulis teringat dua buah metode mencari cinta sejati yang dilakukan
dua saudara penulis. Metode yang menurut penulis sangat berbeda 180 derajat
meskipun kita hidup di atap yang sama. Pendapat yang pertama, dalam menemukan
cinta sejati, kita harus menanam komitmen dan kepercayaan, kita harus menjaga
cinta kita, bahkan waktu pacaran selama 10 tahun itu dikatakan wajar, karena
itu adalah sebuah proses mengusahakan sesuatu yang dicita-citakan. Pendapat yang
kedua adalah dengan hidup tetap nyaman, kalau kita menjalin hubungan dengan
status pacaran, jalani saja seadanya, yang penting bisa tertawa, kalau sudah
tak cocok ya tinggal putus saja. Namun apabila niat kita sudah mencari pasangan
hidup, kita harus benar-benar mengusahakanya.
Semua pendapat
diatas menurut penulis benar, kita bisa memilih jalan asmara kita
masing-masing. Toh, semuanya ada bukti dan sudah ada yang berhasil dengan
masing-masing metode tersebut.
Ditenggah perjalanan
diskusi, muncul sebuah pertanyaan lagi “bagaimana cara cinta karena allah?”
Beberapa waktu yang
lalu penulis sempat berdiskusi dengan tema tasawuf, teringat pada sebuah
pertanyaan, “kenaapa kita harus meninggalkan dunia untuk bisa mertemu dengan
tuhan?” dan jawabanya adalah “karena tuhan itu luas dan dunia itu sempit, untuk
mencapai yang luas, kita harus bisa meningalkan yang sempit”.
Cinta karena allah,
sehingga kita mencintai semata-mata juga untuk mendekat pada tuhan, lantas
bagaimana cara kita menemukan sebuah cinta yang itu masuk dalam kategori cinta
karena allah.
Tatkala kita cinta
karena kecantikan orang, itu suatu hal yang jelas tergolong bukan cinta karena
allah, karena cantik adalah perhiasan dunia.
Kalau kita cinta
karena ilmu yang dimiliki calon pasangan kita, apakah itu tergolong cinta
karena allah?. Dalam konteks pendidikan, ilmu dapat digolongkan sebuah perkara
akhirat. Tapi dalam urusan cinta, ketika kita cinta karena ilmu yang dimiliki
pasangan kita, dengan harapan anak turun kita bisa pinta, apakah itu bukan
sebuah perilaku yang kedonyan? Karena kita masih risau pada kecerdasan anak
turun kita, padahal kita ketahui tuhan maha pintar.
Sempat terbinggung
cukup lama dengan jawaban ini, namun jawaban dari senior yang satu ini cukup
bisa mewakili kebuntuan kami dalam memecahkan masalah kita terkait bagaimana
kita cinta karena allah.
Allah adalah dzat
yang maha cinta, dzat yang memiliki kasih sayang. Cinta adalah anugerah tuhan,
dan anugerah itu juga di sampaikan pada umatnya. Tuhan ingin melihat umatnya
mengunakan anugerah itu pada kebaikan, dan tidak terjerumus pada jurang nafsu.
Kita dipersilahkan
untuk saling mencintai sesuai dengan metode kita masing-masing. Namun kita
tetap harus ingat batasan moral sosial dan aturan agama. Dan perlu diingat,
semua yang ada didunia ini adalah titipan tuhan, sehingga apabila sewaktu-waktu
tuhan ingin mengambil titipan itu, kita harus ihlas. Apabila tuhan ingin
mengambi pasangan kita, entah dengan cara putus atau mati, kita harus ihlas.
Agaknya demikianlah
salah satu ciri bagaimana kita bisa mencinta karena allah. Dan tentu masih
banyak kekurangan dan hal-hal lain yang belum di ungkapkan.
Wallahu a’lam
Semoga kita bisa
terus belajar dan memperbaiki diri. Dan semoga kita senantiasa berbuat baik dan
menebar kebahagiaan di atas dunia.
Dan yang terahir
penulis ucapkan terimakasih pada semua yang telah ikut berdistorsi pemikiran
sehingga menambak pengetahuan penulis. Semoga jamaah hepi tetap bisa
menyampaikan sebuah pengetahuan yang asik dan bermanfaat.
Subhanallah tulisan yang sangat menginspirasi dalam menjajaki perbaikan hidup, Terimakasih sobat pena,,
BalasHapusMengutip dalam sebuah buku La Tahzan perbaikilah cintamu terhadap Tuhanmu niscaya Tuhanmu akan balik memperbaiki cintamu
Sama sama..semoga kita bisa lebih baik :)
BalasHapusSaling belajar dan mengingatkan