- Back to Home »
- Embun »
- Karena Tuhan Belum Terlalu Kaya
Posted by : bakhruthohir.blogspot.co.id
Rabu, 07 Oktober 2015
Malang, Tujuh
Oktober 2015
Selamat pagi
Indonesia, sejuk sekali pagi ini, semoga juga ikut menyejukan siapa saja yang
sedang panas hati.
Beberapa
waktu lalu
di negeri ini sempat banyak orang yang mengingat-ingat suatu peristiwa dan
merefleksikanya. Ada pula diantara kita yang berpanas hati, dan semoga panas
hati ini bisa disejukan juga oleh indahnya alam dan sejuknya udaramu.
Yap,
peristiwa G30S/PKI nampaknya masih cukup menarik untuk diperbincangkan, apalagi
akhir-akhir ini terungkap beberapa temuan fakta baru. Selain hal ini, memang
sejarah di negeri ini banyak yang masih kabur, sehingga masih tetap hangat saja
ketika kita di mintak untuk membahasnya, demikian juga dengan peristiwa 65
-G30S/PKI- .
Beberapa dari
kita ada yang mengatakan bahwa peristiwa ini adalah sebuah proses kudeta yang
dilancarkan 7 dewan jendral TNI untuk mengulingkan kekuasaan rezim soekarno.
Beberapa yang lain mengatakan adalah proses kudeta dibalik kudeta. Jadi, memang
sudah ada yang tahu bakal ada kudeta bertingkat. Ada yang mengatakan pula bahwa
peristiwa ini adalah puncak kebengisan suatu partai politik dalam melakukan
perilaku semena-menanya.
Namun,
bebaslah kita mempersepsikan sebelah mana. Toh memang kebenaran yang pasti dan
diakui secara mutlak dan universal tak ada.
Dalam tulisan
ini penulis memposisikan dan mengartikan kejadian ini adalah sebuah praktik adu
domba skala internasional. Kenapa demikian? Menurut penulis, pada kejadian 65
tersebut, dunia sedang diadu domba oleh perkumpulan besar manusia dengan
beragam ideologi yang sedang mencari jati diri.
Praktik adu
domba ini adalah sebuah manifestasi dari kerakusan manusia pada hal-hal duniawi
saja. Sehingga dalam kejadian 65 tersebut segerombolan besar manusia tersebut
kedapatan jiwanya telah lupa bahwa mereka masing-masing memiliki tuhan yang
maha kaya dan maha kasih.
Dimuka
dikatakan bahwa peristiwa ini masih kabur kebenaran dan merupakan sebuah praktik
adu domba skala internasional. dibawah ini coba penulis utarakan sedikit runtutan
kenapa dikatakan peristiwa ini sebagai adu domba skala internasional
sepemahaman penulis.
Dalam
peristiwa ini, beberapa versi mengatakan diawali dengan adanya keinginan kudeta
oleh dewan jendral TNI karena kondisi yang semakin genting dinegeri ini pada
presiden. Disisi yang lain, dalam tubuh TNI yang orang-orangnya memiliki latar
belakang PKI tidak sepakat pada hal itu, karena pada saat itu PKI adalah
pendukung utama presiden soekarno, dan apabila hal itu terjadi, nasib PKI
dibirokrasi akan diujung tanduk. Saat itu presiden dan PKI memang kedapatan
memiliki hubungan yang sangat dekar, seperti termanifestasi dalam NASAKOM.
Sehingga pada saat itu PKI dikejar waktu dengan kudeta yang dilancarkan 7
jendral, sehingga PKI merencanakan aksi penculikan pada 7 jendral tersebut dan
berniat mengintrogasi pada dewan jendral, dan dengan cara memaksa.
Diluar ini
ada sosok jendral yang kurang diperhitungkan -soeharto- dan telah mengetahui
adanya rencana penculikan ini, dan kedapatan soeharto memang membiarkan aksi
penculikan pada ketujuh jendral ini dikarenakan soeharto menganggap ketujuh
jendral tersebut adalah saingan
terberatnya dalam memperoleh kekuasaan dinegeri ini, sehingga saat tujuh
jendral tersebut diculik dan dibunuh, dia akan melenggang dengan mudah untuk
memegang kursi kekuasaan tertinggi negeri ini.
Akhir-akhir
ini ada fakta yang mengatakan bahwa soeharto adalah putra terbaik Amerika di
Indonesia. Lo kok amerika ikut?
Cerita diawal
kita runtut dari isu skala kecil lalu membesar keatas, apabila diruntut dari atas
adalah seperti ini.
Amerika
adalah negara yang memegang ideology Liberalis Kapitaslis. Sudah jadi barang
yang umum Amerika sering perang dingin dengan Soviet yang memegang falsafah
komunis. Namun kedua kutup Ideologi dunia ini tak pernah berperang secara langsung.
Mereka berdua sering kali berperang dingin dengan membiayai perang-perang
diasia. Dari sini sudah cukup terasa kan aroma adu dombanya.
Saat itu,
amerika sedang tidak suka pada perilaku soekarno yang menjadi inisiator pada
negara-negara di asia dan afrika dengan gerakan non blok -gerakan anti blok
barat dan timur- dan keputusan mengelola kekayaan alam sendiri tanpa ada campur
tangan asing. Hal ini sangat dibenci oleh amerika karena falsafah kapitalisnya
yang selalu ingin memperkaya diri sendiri akan tersendat. Sehingga bagaimanapun
soekarno harus digulingkan agar memuluskan rencana amerika. Dalam proses
pengulingan soekarno, amerika memiliki tangan yakni soeharto, yang kedapatan
memang pemegang falsafah kapital. Ketakutan amerika tidak hanya itu, amerika
juga takut nantinya Indonesia dan negara sekitarnya akan memegang falsafah
komunis. Karena kita ketahui partai pendukung terbesar soekarno adalah PKI dan
PKI adalah partai komunis ketiga terbesar didunia saat itu. Meskipun Indonesia
non-blok, tapi ketika partai pendukung pemerintah yang paling kuat adalah PKI,
masih ada kemungkinan Indonesia berbelok menjadi negara yang komunis, dan
amerika tidak menginginkan hal itu.
Pasca
kejadian itu, proses adu domba belum selesai. Proses pembersihan komunis di Indonesia
sepenuhnya dipegang oleh soeharto. Dia melancarkan propaganda pada masyarakat
yang mengatakan komunis adalah sekumpulan orang keji, atheis dan perongrong
Pancasila serta kekuasaan. Sehingga PKI layak dimusnahkan dari negeri ini. Dan
nampaknya efek dari propaganda tersebut cukup kuat dan masih meracuni otak
masyarakat lebih dari 30 tahun.
Kejadian ini
selain penulis katakana sebagai praktik adu domba skala internasional, juga
penulis katakana sebagai manifestasi orang yang masih mengganggap tuhan tidak
kaya. Orang-orang pada saat itu sedang kedonyan stadium akut, semua masih tahut
miskin dan masih risau dengan kekuasaan. Bagaimana tidak dikatakan demikian?
Saat itu soekarno tak ingin mundur dan malu sehingga menggait PKI, saat itu PKI
tidak ingin keluar dari birokrasi sehingga mendekati soekarno, saat itu 7
jendral ingin menguasai negeri sampai ingin kudeta, saat itu soeharto ingin
menguasai Indonesia sehingga membiarkan 7 jendral dibunuh, saat itu amerika
ingin mengkapitalisasi dunia, dan soviet ingin mengkomuniskan dunia.
Selanjutnya,
apa yang akan kita lakukan? Ingin membunuh, ingin mengkudeta atau ingin mengadu
domba, Ingin membalas dendam, Ingin memaksa orang untuk meminta maaf? Penulis
rasa itu sama bodohnya dengan para pelaku peristiwa 65 tersebut.
Saat ini yang
bisa kita lakukan adalah mengihlaskan dan memaafkan kejadian itu. Baik kita
dipihak yang dibunuh -PKI- atau yang membunuh.
Peristiwa
yang jelas saja kita diminta untuk memaafkan, apalagi hanya sekedar hal kabur
semacam sejarah negeri seperti ini, dan nampaknya kita harus kembali pada
perkataan “cinta sewajarnya dan benci seperlunya”
Agar kita
tidak terlalau fanatik pada mereka yang membela PKI dengan membawa isu HAM atau
pada mereka yang membenci PKI karna kebengisanya.
Dan yang terahir,
penulis sangat yakin, apabila dalam satu elemen pelaksana peristiwa 65 tersebut
ada sekelompok orang zuhud disana, penulis yakin tak pecah peristiwa tersebut.
Sehingga apabila ditanya bagaimana cara melawan situasi seperti itu? Dengan
teguh hati penulis akan mengatakan “mari belajar zuhud bersama-sama”.
Wallahu A’lam
Semoga ini
bermanfaat dan penulis ucapkan pada semua yang telah memberikan data serta
fakta untuk melengkapi pengetahuan penulis terkait ini.