- Back to Home »
- Embun »
- Mahasiswa Kita-Kita Mahasiswa
Posted by : bakhruthohir.blogspot.co.id
Selasa, 08 September 2015
Malang, duapuluh dua agustus 2015
Selamat pagi Indonesia, sejukmu cukup membuat aku dan kolega
selalu mengenakan jaket pada pagi ini. Semoga sejuk yang kau titipkan pada kami
barokah tuhan, bisa menyejukkan hati kami yang sering kali bertikai laten.
Pada kesempatan ini, kita akan membahas sedikit tentang
mahasiswa. Dari makna, peranan dan harusnya mahasiswa ini seperti apa. Cukup
menarik perhatianku tentunya, karena penulis benar-benar tergugah dengan
keadaan sekitar penulis saat ini. Keadaan yang mana sudah sangat jauh mungkin
dari keadaan ideal yang diharapkan jikalau kita masih memegang prinsip bahwa
mahasiswa adalah Agen of Change, Sosial
Control, Iron Stoke dan lain-lain.
Mungkin sebagian dari pembaca cukup risih mendengar kata-kata
Agen oF Change, Sosial Control, Iron
stoke dan lain-lain tersebut, karena mengangap kata-kata itu lekat pada
seorang aktifis dan kita sudah muak dengan keadaan aktifis saat ini yang sudah
pada tidak pejuang kemasyarakatan lagi tapi sudah memerankan peran
korupto-koruptor kecil di kampus yang memalukan. Agaknya kalau jawabanya iya,
kita memiliki keadaan yang sama.
Namun pada saat ini kita tidak akan membahas tentang para
aktifis-aktifis tersebut, karena penulis yakin masih ada beberapa aktifis
ikhlas yang memang dia masih berjuang untuk memperbaiki negeri kita ini. Cukup
kita berprasangka baik saja pada mereka.
Mahasiswa, yah sebuah status yang cukup keren ketika kita
sampaikan dimasyarakat awam, insan terdidik dengan sebegitu kompleksnya pendidikan
yang harus dijalani dan tugas-tugas yang melelahkan.
Sebuah tahapan dalam kehidupan dimana pada saat ini orang tua
dan orang-orang disekitar kita mengharapkan ada sebuah perubahan dihidup mereka
pada diri seorang mahasiswa. Cukup wajar permintaan itu, apabila kita melakukan
peran mahasiswa ini dengan benar-benar ideal. Namun kondisi saat ini, tak bisa
kita begitu saja percaya, ya seperti lahirnya tulisan ini, yang memang sebuah
manifestasi keresahan dari keadaan saat ini.
Penulis juga mahasiswa disalah satu perguruan tinggi di
Malang, dan sedikit memahami proses mahasiswa di kampusnya. Teringat sekali setahun yang lalu, pada
bulan-bulan seperti ini, ada segerombol mahawiswa baru masuk kedunia kampus,
harapan penulis tetaplah sama, semoga mereka semua sukses didunia mereka
masing-masing dan dapat bersumbangsi banyak untuk kemajuan negeri ini, namun
kok agaknya setahun ini harapan itu meleset, terutama apa yang terjadi
dijurusan penulis. Banyak mahasiswa angkatan tahun kemarin yang tidak ingin
berproses lebih didunia kemahasiswaan kampus dan malah memilih hanya fokus
belajar di pendidikan formalnya masing-masing. Cukup disayangkan keadaan ini,
dan sepertinya keadaan ini dilatar belakangi meluasnya isu waktu kuliah yang
dipersingkat dari waktu semula. Mungkin banyak dari mereka masih berangapan
bahwa tanpa gelar sarjana, hidup mereka tak akan baik dikemudian hari.
Mari kita ingat soekarno, tan malaka dan gus dur. Soekarno
adalah bapak refolusioner kita dan beliau mengikuti sekolah rakyat buatan kaum
imprialis, ya hanya sekolah rakyat, sekolah yang hanya dibuat sebagai kedok
bahwa kaum imprialis tidak membiarkan asupan pendidikan pada daerah jajahanya
kurang dan agar dipandang baik oleh dunia. Sekolah yang tidak ikhlas dan penuh
dengan unsur riya’. Namun bisa melahirkan purta luar biasa seperti soekarno,
harusnya jika keadaan kita saat ini lebih beruntung dari soekarno, kita harus
lebih pandai dari beliau.
Selanjutnya adalah tan malaka, pemuda melayu yang dari usia
remaja sudah ikut berjuan dan belajar dari kerasnya hidup dan beberapa kali
harus diasingkan. Dan gus dur, bapak plularis Indonesia, dari mana ijazah
pendidikan beliau? Nampaknya tidak ada yang begitu gemilang, bahkan istri
beliau sendiri pernah berkata “kau boleh gagal soal pendidikanmu gus, tapi kau
tak adak gagal urusan cintamu”. Dari ungkapan bu sinta tersebut jelas bahwa
riwayat pendidikan gus dur tidak begitu mulus. Ketiga tokoh ini memiliki
sejarah pendidikan masing-masing dan mereka sukses didunia mereka
masing-masing. Soekarno yang sukses memproklamasikan negara ini, tan malaka
yang pemikiranta sampai saat ini masih dikaji dan gus dur yang sampai saat ini
masih begitu disegani dan dihirmati karena ilmunya. Harusnya kita berkaca pada
beliau, bahwa kita harusnya memiliki gaya pendidikan kita masing-masing dan
kita harus sukses didunia kita dengan cara kita sendiri.
Tidak menjadi mahasiswa yang penakut dan kaku seperti ini. Yang
mau dibodohi dan mudah sekali dihasut, yang apabila dibilang jangan ikut
organisasi ini itu, bisa menghambat kuliah dan seraya berkata iya tanpa fikir
panjang, menjadi mahasiswa yang hanya membangakan kotak jurusanya masing-masing
dan tak ingin belajar hal-hal baru diluar kotaknya masing-masing.
Tulisan diatas dilihat dari sudut pandang historis, sedikit
mari kita lihat kondisi diatas dengan sudut pandang filsafat. Mengutip sedikit
dari buku filsafat dunia sophie, yang mana diibaratkan manusia adalah sebuah
kutu yang berada didalam tubuh seekor kelinci, dan para filosof adalah kumpulan
kutu yang memanjat bulu-bulu kelinci tersebut untuk melihat dunia lain selain
tubuh kelinci tersebut. Para pelajar (mahasiswa) harusnya bisa meneruskan
perjuangan kutu-kutu yang naik keatas bulu-bulu tersebut, namun agaknya keadaan
kita yang saat ini memaksa kita mengatakan bahwa pelajar saat ini tidak lebih
baik dari kitu-kutu yang hanya terdiam di dasar tubuh kelinci dan bahkan secara
hakikat lebih buruk keadaan dari kutu-kutu tersebut.
Dari sana marilah kita berubah menajadi lebih baik, dan mau
belajar untuk kemajua negeri ini, kita harus melanjutkan semangat pada faunding
father negara kita ini, dan jangan sampai membiarkan negara ini kejurang
kehancuran oleh bangsanya sendiri yang sidah berkarakter seperti kutu-kutu
busuk yang hanya hidup didasar bulu-bulu kelinci.
Subhanallah, sungguh pemikiran yang sangat membangun dan memotivasi.
BalasHapusLanjutkan di karya berikutnya, sobat penulis..
Subhanallah, sungguh pemikiran yang sangat membangun dan memotivasi.
BalasHapusLanjutkan di karya berikutnya, sobat penulis..
amin,, semoga bisa istiqomah,, mohon kritik dan saranya, mari bersama2 memperbaiki negeri
Hapus